Chapter 8

1412 Words
Raiga telah ditemukan oleh Yuna dan mereka langsung bergegas mencari keberadaan Zapar dengan menunggangi kuda, sementara Zapar sedang dikejar-kejar oleh gadis Si Penggila Anjing bernama Hara Vity di tepi pantai. *** "Tante, maaf kalau aku menanyakan hal ini, tapi dimana ayahnya Raiga? Apakah beliau sedang bekerja?" Pertanyaan dari Melios membuat wajah Felis menjadi sendu. "Yah," kata Felis dengan menundukkan kepalanya. "Sama seperti Raiga, ayahnya juga ditugaskan untuk turun ke bumi, tapi sampai hari ini, dia belum kembali." Melios terbelalak mendengarnya. "Jadi maksud Tante, ayahnya Raiga tidak pernah pulang ke rumah?" Felis menganggukkan kepalanya. "Karena alasan itulah, aku menolak untuk mengizinkan Raiga turun ke bumi, tapi anak itu benar-benar tidak bisa diatur, dia juga meyakinkanku bahwa dia pasti kembali, dan aku berharap omongannya itu bisa dipegang. Aku tidak ingin kehilangan satu-satunya harapan hidupku." Felis tiba-tiba meneteskan air mata, Melios langsung gelagapan melihatnya. "Ta-Tante, maafkan aku! Aku tidak tahu kalau pertanyaan itu membuat Tante sedih," Melios mengambil tisu di meja dan memberikannya pada Felis. "Hapus air mata itu, Tante, aku tidak mau melihat Tante menangis." Felis meraih tisu itu dan mengusap air mata yang masih mengalir di kedua pipinya. "Terima kasih," ucap Felis dengan mencoba tersenyum lembut. "Kalau begitu, akan kubawakan anggur manis untukmu, Melios." "Eh?" Melios kaget. "Tidak usah, aku--" "Baiklah, tunggu sebentar." Felis mengabaikan perkataan Melios dan pergi ke dapur untuk mengambil buah anggur yang dibilangnya. Selang beberapa detik, Felis kembali ke ruang tamu dengan membawa mangkuk berisi bubur. "Hahaha, aku lupa kalau anggurnya sudah habis dimakan Raiga, tapi aku masih punya ini, makanlah, bubur ini masih hangat." Melios meneguk ludahnya dengan kesal. Aku benci bubur. *** "Jadi begitu ya mengapa kau bisa mendapatkan kuda ini, Yuna?" ucap Raiga setelah mendengar cerita Yuna. "Kau ternyata boleh juga." Yuna hanya bisa mengembuskan napasnya. "Jangan memujiku disaat aku telah berbuat dosa, Raiga," Yuna merasa jengkel mendengar respon dari Raiga. Mereka masih menunggangi kuda, melewati beberapa pohon rindang untuk mencari Zapar yang hilang entah kemana. "Yuna," panggil Raiga. "Apa kau juga merasakannya?" Raiga memasang wajah gelisah, mendengar hal itu membuat Yuna juga memastikan sesuatu yang Raiga maksud. "Ap-apa ini!?" Yuna terkejut. "Aku merasakan kehadiran malaikat elit di sekitar kita!" Raiga mengangguk. "Kau benar, Yuna!" Raiga cepat-cepat mengendalikan kuda itu untuk berlari, dia benar-benar sedang ketakutan. "Jika malaikat elit turun ke bumi, itu artinya ada seseorang yang telah membocorkan siapa kita sebenarnya pada manusia?" Yuna menutup mulutnya. "Jangan-jangan ...." "ZAPAR!!" Raiga berteriak. "Ini pasti ulahnya! Kita harus cepat sebelum mereka menjebloskan Zapar ke Neraka! Kita harus menyelamatkannya!" *** "Aku tidak bohong, aku ini seorang malaikat dari surga!" Kini Zapar dan Hara sedang berbaring di pasir putih, sepertinya mereka sudah lelah untuk kejar-kejaran terus. "Kenapa kau masih mengatakan hal-hal aneh itu, Landak Merah?" balas Hara dengan menatap langit. "Kurasa kau harus dibawa ke rumah sakit jiwa." "Aku ini malaikat! Aku tidak bohong! Walaupun aku ini tidak dianugerahi sayap seperti malaikat pada umumnya, tapi aku ini masih seorang malaikat, kawan," Zapar terus mengulang hal itu pada Hara dengan napas yang menderu. "Apa kau juga seorang malaikat?" Mendengar itu, Hara langsung tertawa. "Apa? Malaikat?" Hara mencoba meladeni Zapar. "Yaa, aku ini malaikat, malaikat yang paaaaaaling cantik!" Zapar memasang wajah senang. "Wow! Ini hebat! Kalau begitu, kita bisa pulang bersama ke Surga, kawan!" Hara memutarkan bola matanya bosan. "Kau ini sangat ... BODOH!" pekik Hara dengan kesal. "Jelas-jelas aku ini bercanda, Landak Merah, kau ini seperti anak-anak yang memimpikan untuk menjadi robot, super hero, malaikat dan semacamnya, tapi sadarlah, kau ini sudah dewasa! Kau harusnya bisa menyesuaikan diri, Landak Merah!" Zapar langsung tersenyum. "Kenapa kau mengira malaikat itu anak-anak?" Zapar merasa aneh. "Malaikat sama seperti manusia lainnya, mereka memliki umur yang berbeda-beda." "BUKAN ITU MAKSUDKU, BODOH!" Hara kembali marah. "Lagi pula, jika kau ini memang seorang malaikat, kenapa kau bisa sebodoh ini? Yang kutahu, malaikat itu adalah sosok yang rupawan, super cerdas, memiliki kekuatan yang indah, tapi kau?" Zapar tersinggung mendengarnya. "Kalau itu, aku belum sampai tahap malaikat yang kau sebutkan, kawan!" jawab Zapar dengan menggigit bibirnya. "Pasti para manusia hanya mengetahui malaikat-malaikat elit kan? Semua manusia masih belum tahu keberadaan malaikat-malaikat biasa sepertiku, benar kan?" Hara mulai sedikit tertarik untuk membahas hal yang menurutnya konyol ini. "Elit? Biasa? Apa maksudmu, aku tidak mengerti." "Setiap malaikat itu berawal dari malaikat biasa yang tidak memiliki kelebihan apapun seperti manusia, tapi, setelah melewati berbagai tahap ujian, mereka akan menjadi seorang malaikat elit, malaikat yang ciri-cirinya kau bilang tadi, kawan." Hara ingin sekali tertawa mendengarnya tapi dia berusaha menahannya. "Oh, begitu." Zapar tersenyum senang. "Ya! Itulah kebenarannya, kawan!" BELEDAR! Tiba-tiba suara petir langsung menerjang seisi pantai ini dengan keras, Hara dan Zapar terkejut mendengarnya. "Astaga! Sepertinya akan terjadi badai, kalau begitu aku harus pulang!" Hara langsung beranjak bangun dan berlari meninggalkan Zapar sendirian. "Bodoh! Kenapa kau masih disana, Landak Merah? Kau bisa kehujanan nanti, bodoh!" Zapar tidak mendengar suara Hara, dia sedang takjub melihat cahaya terang yang mulai turun dari langit ke hadapannya. Cahaya itu mulai meredup disertai rintik-rintik hujan yang mulai berjatuhan. "Kuruga Zapar Bolton," ucap seseorang yang ada di hadapan Zapar, orang itulah yang barusan menjadi cahaya dari langit, dia memiliki dua sayap angsa yang sangat lebar dan tajam, mahkota emas bertengger di kepalanya, rambut hitamnya tertata rapi, dia juga memakai jubah putih berkilau, dan memegang sebuah terompet perak di tangan kanannya. "Apa benar itu namamu?" Zapar melotot, dia benar-benar tidak percaya kalau yang datang ke hadapannya adalah seorang malaikat elit. "I-iya! I-itu namaku!" Zapar tergagap-gagap menjawabnya. Pria itu tersenyum, memperlihatkan ketampanannya yang sangat luar biasa. "Namaku Claudio Geriz, aku datang kemari karena perintah dari Yang Mulia," ucap Claudio dengan suara bassnya yang sangat jantan. "Aku begitu senang bisa bertemu denganmu, Kuruga Zapar Bolton." Hujan masih berlangsung, Zapar mulai kedinginan. "Maaf, Tuan Claudio, tapi kenapa seorang malaikat elit sepertimu datang kepadaku, apakah aku telah melakukan sesuatu?" Claudio tersenyum. "Berdasarkan pengamatanku, kau telah mengatakan pada seorang gadis yang bernama Hara Vity bahwa kau merupakan seorang malaikat, apa aku benar?" Zapar mengangguk. "Dan, berdasarkan pengawasanku, kau juga mengatakan hal itu secara berulang-ulang bahkan membuat gadis yang bernama Hara Vity menganggapmu orang aneh, apa aku benar?" Zapar mengangguk lagi dengan tegang. "Dan juga, kau telah melupakan tugasmu untuk membimbing para manusia ke jalan yang benar, kau dengan segala kecerobohanmu membuat dirimu terjebak ke dalam masalah, seperti halnya bersikap sombong, mengganggu orang lain, merendahkan seekor anjing dan mengaku sebagai malaikat pada seorang gadis, apa kau lupa terhadap peraturan-peraturan yang tertulis untuk semua malaikat?" Zapar menggelengkan kepalanya. "Ak-aku--" "Kuruga Zapar Bolton, dengan segala hormat aku harus membawamu kembali ke Surga untuk dibetulkan, kau mau?" Zapar menundukkan kepalanya. "Aku mohon, jangan sekarang." Claudio mengerlingkan matanya pada pepohonan di belakang Zapar. "Keluarlah, aku tahu kalian ada di sana." Rupanya, yang ada di balik pohon itu hanyalah seekor anjing liar biasa. Claudio kembali menatap Zapar. "Kuruga Zapar Bolton, kenapa kau menolak perintah dari Yang Mulia?" "Itu karena ... Aku ingin berpamitan dulu pada teman-temanku, aku mohon, izinkan aku untuk melakukan hal itu, Tuan Claudio." Zapar kembali menegakkan kepalanya, menatap mata biru milik Claudio. "Kenapa kau bersikeras untuk melakukannya?" "Jika aku pulang tanpa memberitahu mereka, mereka pasti akan mencariku terus, aku tidak ingin mereka juga melupakan tugasnya hanya untuk mencariku, jadi kumohon, Tuan Claudio." Claudio diam mendengarnya. "Aku mohon ...." Claudio mengembuskan napasnya lalu menjawab, "Tidak, aku tidak mengizinkan seorang malaikat bermasalah sepertimu untuk mengganggu malaikat lainnya yang sedang bertugas." Zapar terkejut. "Aku tidak mengganggu mereka! Aku hanya ingin berpamitan saja! Kenapa Anda tidak mengizinkanku untuk melakukan hal itu, Tuan Claudio!?" "Itu dikarenakan kau sudah menjadi malaikat gagal, Kuruga Zapar Bolton, kau tidak bisa meminta apapun lagi padaku." Grauk! Tiba-tiba anjing liar itu langsung meloncat dan menggigit lengan kanan Claudio. "Kenapa seekor anjing menggigitku seperti ini?" "GAUG! GAUG! GAUG!" Anjing itu langsung dilemparkan oleh Claudio ke pasir dengan kasar. "Aku tidak punya urusan dengan seekor anjing," ucap Claudio, kemudian dia kembali menatap Zapar. "Sekarang kau harus ikut denganku, Kuruga Zapar Bolton." "Ikut katamu? Kau berkata seperti itu setelah melemparkan seekor anjing secara kasar di depanku, Tuan Claudio?" Zapar mulai panas. "Kau pikir, seorang malaikat elit sepertimu pantas melakukannya? Aku jadi heran kenapa kau bisa menjadi malaikat elit, padahal kau ... SAMA SAJA SEPERTIKU!" Di balik pohon, Hara sudah memperhatikan Zapar dan Claudio dari awal, dan karena hal itulah, dia mulai percaya terhadap perkataan Si Landak Merah, tapi, yang membuatnya marah kini adalah Gimba. Gimba telah dilempar dengan kasar oleh malaikat dewasa itu. Dia tidak terima. "Aku akan membalasnya dengan lebih kejam lagi, dasar Angsa Liar!" Wajah Hara kembali mengerikan dengan menatap ke arah Claudio. "Aku ... akan menghabisimu." BERSAMBUNG ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD