Chapter 9

1433 Words
Saat ini Zapar sedang terjebak, dia telah ditemukan oleh seorang malaikat elit yang bernama Claudio Geriz di pinggir pantai. Sementara Raiga dan Yuna masih mencari keberadaan Zapar menggunakan kuda putih, mereka juga cemas karena  merasakan kehadiran malaikat elit di sekitar pulau yang mereka tempati. *** Sendok terakhir berisikan bubur hangat dari Felis telah dilahap habis oleh Melios dengan terpaksa, pemuda berambut pirang itu sampai menahan diri untuk memuntahkan makanan yang dia benci tersebut. "Nyam~" Melios mengunyah bubur tersebut dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. "Bagaimana?" tanya Felis dengan tersenyum ramah. "Bubur itu rasanya enak kan?" Melios mengangguk ragu dan menelan makanan lengket itu ke tenggorokannya secara pelan. Kemudian, dia buru-buru mengambil segelas air putih dan meminumnya. "Huh, buburnya nikmat sekali, Tante, terima kasih ya." Felis senang sekali mendengarnya. "Ah, tidak usah sungkan-sungkan, kau boleh memakan bubur itu sepuasnya, bahkan jika kau mau, aku akan mengambilkannya lagi untukmu." Sungguh biadab, pikir Melios. "Ahahaha, jangan Tante, perutku sudah tidak bisa menampung makanan lagi," ucap Melios dengan tersenyum. "Oh, sepertinya hujan sudah reda, kalau begitu aku harus pulang, Tante." Melios bediri dari kursi. Felis juga ikut berdiri tegak. "Baiklah, akan aku antarkan sampai depan." Akhirnya penderitaanku berakhir. Mereka berdua sudah berada di teras rumah Raiga, Melios berpamitan pada Felis untuk pulang. "Kapan-kapan datang lagi ya, Melios?" teriak Felis pada Melios yang sedang berjalan pulang. Melios menoleh ke belakang lalu tersenyum. "Aku pasti akan datang lagi, tenang saja." Aku tidak mau datang ke tempat ini lagi. *** "Jangan menentang perintah dari Yang Mulia, Kuruga Zapar Bolton, kau pasti sudah tahu bukan kalau perintah itu adalah mutlak, jika kau berani memberontak, sebuah dosa besar akan menghantui hidupmu." ucap Claudio pada Zapar dengan tatapan lembut. "Sudah kubilangkan? Aku akan menuruti perintah itu jika kau mengizinkanku untuk berpamitan pada teman-temanku!" Claudio tersenyum tipis. "Pemberontak sepertimu harus diberi hukuman," Claudio mengangkat terompetnya untuk didekatkan pada mulutnya. "Sekarang, nikmatilah teriakan dari terompetku." Baru saja terompet itu akan ditiup, lemparan sebuah kerikil langsung mengenai benda tersebut sampai lepas dari tangan Claudio dan jatuh ke pasir. "EHEM!" Suara seorang gadis membuat Claudio dan Zapar menoleh. "Apakah kau tidak membaca peringatan ini, wahai Tuan Claudio?" Tiba-tiba Hara muncul di samping Zapar dengan tangan kanan mengenggam sebuah plastik berisikan ratusan kerikil dan tangan kiri memegang papan peringatan yang bertuliskan, DILARANG MEMAINKAN ALAT MUSIK DI TEPI PANTAI! Zapar dan Claudio terkejut setelah membaca papan peringatan itu. "Wow! Aku tidak tahu kalau ada peringatan seperti ini di pantai!" ucap Zapar dengan kaget. Claudio kembali mengambil terompet miliknya yang jatuh, kemudian menatap Hara yang sedang menyeringai iblis padanya. "Bukankah kau adalah manusia yang bernama Hara Vity?" tanya Claudio dengan dingin. "Untuk apa seorang gadis penyuka anjing yang hidupnya berantakan membawa benda-benda semacam itu?" Hara hampir tersedak ludah mendengar sebutan yang Claudio katakan untuknya. "Gadis penyuka anjing yang hidupnya berantakan katamu?" ulang Hara dengan wajah memerah. "Kuperingatkan padamu untuk menjauhi tempat ini! Kau telah melanggar lima peraturan di pantai ini!" Mendengarnya, Claudio tersenyum lembut. "Sebutkan lima peraturan yang kau katakan itu padaku, Hara Vity." Hara benar-benar kesal melihat wajah Claudio yang sama sekali tidak takut padanya. "PERTAMA! Kau telah masuk ke pantai ini tanpa membayar surat izin! KEDUA! Kau juga telah menganiaya seekor anjing! KETIGA! Kau telah membuat Zapar yang merupakan wisatawan di sini ketakutan karena kehadiranmu! KEEMPAT! Kau berencana untuk memainkan alat musik di sini! DAN KELIMA! Kau telah memanggilku dengan sebutan yang aneh!" Hara mengucapkannya dengan napas terengah-engah. "Kau sudah tidak bisa diampuni lagi, Tuan Claudio, kau harus tunduk padaku! Jika kau berani menolak permintaanku! Kau akan kulaporkan pada pihak yang berwajib!" Claudio melebarkan sayapnya, menurunkan terompetnya dari mulut, dan tersenyum tampan pada Hara. "Baiklah, dengan segala hormat, aku meminta maaf atas kecerobohanku karena telah melanggar peraturan di tempat ini, dengan begitu, aku akan tunduk padamu, Nona Hara Vity." Mendengar hal itu membuat Hara tersenyum jahil. "HAHAHAH! Kalau begitu, dengan senang hati aku memaafkan kesalahan yang telah kau perbuat, tapi kau tidak bisa lepas dari hukumanku!" Hara langsung melemparkan papan peringatan itu ke segala arah dan membuang plastik kerikil itu ke mana saja, kemudian dia menatap Zapar. "Apa? Kenapa kau menatapku?" Zapar merasa terganggu. Hara memasang wajah kesal lalu dia langsung berbisik pada Zapar. "Sejujurnya aku benci mengatakan ini tapi aku percaya dengan omongan yang kau katakan tadi siang, dan karena aku sudah menolongmu dari sergapan Angsa Liar ini, aku ingin kau membantu rencana yang telah kubuat, Landak Merah." Mendengar bisikan itu berhasil membuat Zapar tersenyum sombong. "Aku mengerti, ayo kita buat malaikat elit seperti dia menderita, Hara!" Hara mengangguk. *** "Aku rasa kita sudah semakin dekat dengan kehadiran malaikat elit!" ucap Raiga dengan menarik tali yang ada dileher kuda tersebut agar hewan itu berhenti bergerak. "Ayo kita turun, Yuna!" Raiga dan Yuna langsung menuruni kuda putih dan mengendap-endap melalui semak-semak untuk melihat sesuatu yang terjadi di tepi pantai. "Hah?" Raiga terbelalak. "Bukankah dia itu Tuan Claudio Geriz, salah satu malaikat elit tingkat sepuluh yang memiliki terompet kiamat?" Yuna mengikuti arah telunjuk yang Raiga tunjuk dan ternyata benar, di sana ada seorang malaikat elit berjubah putih dan bersayap lebar dengan dua orang yang mereka tidak kenal. "Tapi, kenapa Tuan Claudio ada di sana? Dan Di mana terompet andalannya?" tanya Yuna dengan cemas. "Ada di genggaman seorang pria berambut merah," ucap Raiga dengan cepat. "Dan kurasa itu adalah ...." "Itu Zapar!" pekik Yuna. "Kenapa Zapar bisa menyentuh terompet itu?" "Hmm," Raiga memejamkan matanya. "Sepertinya kita harus ke sana untuk mencari tahu." Dengan santainya, Raiga keluar dari semak-semak meninggalkan Yuna yang terkejut melihatnya, pemuda berambut perak itu berjalan menghampiri Zapar, gadis asing dan Malaikat Claudio. "Bolehkah aku bergabung?" Mendengar suara tersebut membuat mereka bertiga menoleh pada Raiga yang sedang tersenyum miring dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. "Raiga! Kau Raiga kan!?" Zapar menduga-duga dengan senang, lelaki berambut merah itu langsung mendekati Raiga. "Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini?" "Diam," jawab Raiga dengan dingin. "Siapa namamu?" tanya Raiga pada gadis asing itu. "Atas dasar apa kau--" Saat Hara membalas, wajah Raiga langsung didekatkan pada telinga sang gadis. "Eh!?" Hara terkejut. Napas Raiga mengusap permukaan telinga Hara dengan sentuhan yang lembut. "Siapa namamu?" "Ha-Hara Vity," jawab Hara dengan pipi memerah malu. "To-tolong, jauhi telingaku!" Raiga langsung menuruti kemauan Hara untuk menjauhi telinganya, kemudian dia menatap semak-semak. "Yuna! Keluarlah, kau tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi di sana." "Kuruga Raiga Bolton," Claudio kembali bersuara. "Apa benar itu namamu?" Raiga langsung menatap Claudio. "Ya, benar, itu namaku." jawab Raiga dengan santai. "Dilihat dari manapun, kau sudah melupakan tugasmu kan?" Namun, Hara langsung berkata, "Cukup, Tuan Claudio!" pekik Hara dengan senyuman jahil. "Sudah kubilang kan? Kau tidak boleh berbicara jika tidak kuizinkan!" Mendengarnya, Claudio mengangguk dan diam kembali, sementara Raiga terkejut atas hal itu. "Apa-apaan ini?" Raiga merasa ada yang tidak beres di sini. "Kenapa kau memerintahkan malaikat elit seperti itu, Vity?" Hara memalingkan muka dari Raiga. "Bukan urusanmu," Hara menggigit bibirnya. "Biar kuberitahu padamu, mulai saat ini, Malaikat Elit yang bernama Claudio sekarang menjadi PELAYANKU!" Yuna yang baru datang langsung tersentak mendengar hal itu, apalagi Raiga. Zapar hanya bisa mendesah. "Pelayan?" Raiga tidak percaya. "Jangan konyol, kau tidak berhak melakukan hal itu, Vity!" "Jika kau tidak setuju, pergilah, ini adalah urusanku dengan Zapar, bukan denganmu!" "Tapi kau sudah keterlaluan!" Raiga benar-benar kesal. "Tarik kembali ucapanmu, Vity." Yuna berusaha menenangkan Raiga. "Jangan menambah masalah, Raiga," bisik Yuna pada Raiga. "Biarkan mereka, kita lihat apa yang akan mereka lakukan pada Tuan Claudio." *** Dan akhirnya, mereka semua dibawa oleh Hara ke tempat tinggalnya. Rumah Hara ternyata sangat mewah, dia juga memiliki penjaga gerbang, taman yang luas, prajurit militer, puluhan pembantu, dan ratusan kandang anjing. "Selamat datang kembali, Nona Hara," ucap sang penjaga gerbang dengan senyuman ramah pada Hara. "Sepertinya Anda membawa teman bermain ya?" Hara berdehem sebentar. "Buka saja gerbangnya, aku benci basa-basi." Lalu, gerbang besi itu terbuka, Raiga dengan yang lainnya memasuki sebuah jalan yang disekelilingi oleh rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran. "Indah sekali." Yuna mengagumi taman milik Hara. "Eh?" Hara langsung memasang wajah aneh mendengarnya. "Indah katamu? Apanya yang indah, lihatlah di sebelah sana." Semua mata mengikuti arah telunjuk Hara dan ternyata ada bongkahan sampah di sisi rumah mewah itu. Yuna langsung meneguk ludah melihatnya. Akhirnya mereka sampai di pintu rumah, Hara langsung mengetuk pintu dan berkata, "Tolong bukakan pintunya!" DOBRAK! Pintu itu langsung hancur karena ditendang oleh seseorang, Raiga, Zapar, Yuna dan Claudio terkejut melihat Hara terinjak oleh pintu tersebut, sementara orang yang menendangnya malah tertawa. "Rupanya kau sudah kembali ya?" ucap pria yang telah menghancurkan pintu tersebut. "Wahai pelayanku, Hara Vity!" Mendengarnya, Raiga kaget, Yuna menutup mulutnya, Zapar terkesiap dan Claudio hanya tersenyum. Pelayan? Jadi Hara hanyalah seorang pelayan di sini? Pikir Raiga. BERSAMBUNG ... Chapter 9 telah selesaii!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD