Ini adalah kali kedua Alissa keluar dari istana melalui pintu kemana saja, dia tahu kapan pintu itu dapat di gunakan dan kapan waktunya untuk di kunci. Setiap ia selesai belajar, Alissa akan keluar secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapa pun.
Hanya Andrew yang tahu kalau Alissa keluar, dan untuk saat ini Andrew tidak akan memberitahu siapa pun, justru dia beralih menjaga Alissa dari bahaya yang mengancam. Seperti hari ini, Alissa pergi ke ladang bunga yang indah bersama Andrew, gadis itu memetik beberapa bunga yang ingin dia bawa pulang ke istana nanti.
“ Tuan putri cukup sampai disana, anda tidak boleh melewati perbatasan hutan.” Sahut Andrew yang mencegah Alissa ketika dia ingin memetika satu bunga yang terdapat tepat di seberang sungai.
Alissa tidak mengerti kenapa Andrew sampai melarangnya untuk ke seberang, kemudian pria itu menagajak Alissa untuk duduk dan menceritakan mengapa bangsa Elf tidak boleh masuk ke dalam perbatasan hutan tersebut.
Andrew menjelaskan bahwa perbatasan itu di jaga ketat oleh para raksasa sebab di bagian ujung hutan terlarang terdapat gerbang yang menghubungkan dua dunia, dimana bangsa manusia hidup di dunia mereka dan bangsa Elf yang hidup di dunia yang di pijaki Alissa sekarang.
“ Aku tidak menyangka kalau dunia kita ternyata begitu luas, terima kasih karena telah memberitahuku Andrew.” Seru Alissa.
Setelah mereka selesai bersenang-senang sudah tiba saatnya untuk Alissa kembali ke istana, biasanya Winola akan datang ke kamar untuk mengecek sehingga dia sudah harus kembali sebelum dia ketahuan.
**
Malam telah datang dan saat ini Alissa terlihat sedang asyik menatap cahaya rembulan dari jendela kamar yang terhalang oleh besi, meski begitu dia masih bisa melihat keindahan dari rembulan yang sangat menyejukkan mata.
Mata biru Alissa tampak bersinar ketika ia menatap rembulan, perlu di ketahui bahwa Alissa merupakan ras Elf yang memiliki mata biru emerald satu-satunya. Dan jika terkena sinar matahari maka warnanya akan menjadi sedikit gelap, namun jika terkena sinar rembulan warnanya akan lebih cerah.
Saat itu Alissa membayangkan jika dirinya memiliki kekuatan sihir dia ingin mencoba menggerakkan sebuah benda, dan ssaat itu dia iseng mengangkat tangannya dan melirik sebuah vas bunga di sebelah tempat tidurnya.
Alissa terkejut ketika vas itu bergerak meski sebentar, dan ketika dia mencobanya lagi hal itu tak kembali terjadi. Winola justru masuk mengecek keadaannya, tapi untuk saat ini Alissa belum ingin memberitahu sang ibu atas apa yang terjadi barusan sebab dia juga belum merasa begitu yakin.
“ Kenapa belum tidur.?” Tanya Winola dan membuat Alissa bergegas naik ke atas tempat tidurnya.
“ Aku baru saja ingin tidur.” Balasnya setelah dia naik ke atas tempat tidurnya.
Winola bergerak membantu Alissa saat memasang selimut, setelah itu dia duduk dan ingin melihat putrinya sejenak sebelum dia kembali ke kamarnya.
“ Ibu, kapan ayah datang berkunjung ke Sandora lagi.?” Tanya Alissa lirih.
“ Ayahmu sibuk, kamu tahu kan kalau Valar memiliki tugas yang sangat berat dan dia tidak boleh meninggalkan tempatnya sesuka hati.” Jelas Winola.
“ Kalau begitu kenapa bukan kita yang ke Valinor, ku rasa akan lebih menyenangkan tinggal disana dari pada di istana ini.”
“ Kalau kita tinggal disana, siapa yang akan menjaga Sandora.?”
“ Ibu benar, tugas ibu juga sama beratnya dengan ayah.”
“ Sebaiknya kamu tidur, besok ada kelas pagi dan kamu tidak boleh bangun kesiangan.”
Alissa mengangguk pelan, setelah Winola mengecup kening putrinya dia pun bergegas untuk segera keluar. Namun tiba-tiba saja pandangan Winola tertuju pada vas bunga, matanya memicing heran melihat bunga yang hanya tumbuh di luar istana namun bisa ada di kamar putrinya.
“ Dimana kamu mendapatkan bunga ini.?” Tanya Winola.
“ Andrew yang memberikannya padaku, dia bilang bunga itu sedang mekar di luar istana.” Jawabnya terpaksa bohong.
Winola tampak percaya dan segera pergi, begitu ibunya keluar barulah Alissa menghela nafas lega. Dia sudah berbohong kepada ibunya dan itu membuat Alisa merasa sangat berdosa.
**
Seperti kemarin, Alissa kembali ke hutan dan menikmati suasana yang menurutnya jauh lebih menyenangkan dari pada di istana. Dan hari ini, Alissa kedatangan teman-temannya yang selalu datang di jendela kamarnya, mereka mendengar pesan yang Alissa sampaikan kepada katak hutan sehingga membuat mereka semua berkumpul disana.
“ Apa kau yakin ratu tidak akan mengetahui hal ini.?” Tanya Bubbles.
“ Ibuku sibuk dengan kerajaan, biasanya dia datang di saat pagi dan malam saja.” Jelas Alissa.
“ Ibumu adalah Ratu dari bangsa Elf, dia sangat hebat apalagi dalam membaca pikiran makhluk hidup.” Sambung Berry.
“ Ibu tidak bisa membaca pikiran jika dia tidak menyentuh kepalaku, aku bisa menghindari hal itu sehingga dia tidak akan mengetahuinya.” Ucap Alissa lagi.
“ Sudah jangan terlalu banyak membahas soal itu, karena Alissa dan kita semua baru pertama kali berkumpul di luar istana, lebih baik kita bersenang-senang saja.” Usul Sandy.
“ Setuju.” Seru mereka semua.
Di sana, Andrew masih sibuk mengawasi mereka. Dia duduk di bawah pohon kenari sambil memainkan alat music petik yang di buat oleh ras peri, alat music yang di mainkan Andrew seakan menjadi alunan melody permainan yang saat ini tengah di mainkan oleh Alissa dan teman-temannya.
Permainan petak umpet yang di mainkan oleh Alissa dan yang lain membuat Alissa harus bersembunyi di tempat yang terbaik, dia melihat ada sebuah pohon besar yang cocok untuk menutupi seluruh tubuhnya sehingga dia segera kesana untuk bersembunyi.
“ Selamatkan kami.”
Alissa menoleh ke segala arah denga kaget, dia baru saja mendengar suara yang terdengar asing yang entah sedang berbicara dengan siapa.
“ Siapa itu.?”
“ Selamatkan kami Alissa, hanya kamu yang dapat menyelamatkan kami.”
Suara itu berasal dari hutan terlarang namun Alissa tak berani melangkah lebih jauh ke tempat itu, sekarang Alissa berdiri tepat di tepi sungai yang membatasi hutan terlarang dengan pandangan lurus ke depan.
“ Ada apa denganmu? Siapa yang menyakitimu.?” Tanya Alissa.
“ Alissa tertangkap.” Seru Sandy yang kebetulan bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi.
“ Apa yang kau lakukan Alissa? Jangan mendekati hutan terlarang.” Cegah Sandy menarik tangan Alissa menjauh dari sana.
“ Aku mendengar seseorang meminta pertolongan padaku.” Jawab Alissa.
“ Itu hanya halusinasi, hutan itu cukup berbahaya untukmu. Ayo kita kembali, kamu sudah ku tangkap.” Ucap Sandy lagi dan segera membawa Alissa pergi.
Gadis itu masih sesekali menoleh ke arah hutan terlarang dengan perasaan tidak enaknya, mungkin benar apa kata Sandy bahwa suara itu hanya sebuah halusianasi saja.
Batas bermain sudah habis, sekarang sudah waktunya Alissa kembali ke istana. Dia dan Andrew pamit dengan teman-temannya yang lain sebelum memasuki pintu kemana saja, Alissa akan lebih sering keluar setelah ini begitu teman-temannya berkata akan bermain besok dan besoknya lagi di tempat yang sama.
**
Alissa berjalan santai di sekitar bunga-bunga rumput berwarna ungu muda. Terkadang kakinya menginjak tanaman putri malu yang akan mengatup dengan sendirinya setiap di setiap langkah kaki Alissa.
Alissa menolehkan kepalanya ke samping kanan dan kiri, di sisi lain utan tempatnya saat ini berdiri adalah hutan terlarang yang di jaga oleh para raksasa. Meskipun dua temannya yaitu Thanos dan Gamora adalah raksasa yang baik, bukan berarti raksasa yang lain bisa berbaik hati kepadanya. Saat itu Alissa melihat ada seberkas cahaya yang terlihat dari ujung hutan terlarang, karena penasaran dia pun berjalan menyebrangi sungai, dan suara-suara itu kembali di dengar olehnya.
Alissa tidak tahu cahaya yang membawanya pergi lebih dalam memperlihatkan sebuah pohon daunnya hijau rimbun dengan bunga-bunga kecil berwarna merah. Alissa tidak tahu pohon apa itu, melihatnya saja sudah membuat rasa takutnya muncul.
Gadis itu mendongakan kepalanya menatap pohon besar itu dimana bunga-bunganya sedang berguguran di tiup oleh anginya. Dia mencoba untuk semakin mendekat, tidak sengaja tatapannya jatuh pada kaki yang terlihat dari tempatnya berdiri, sepertinya ada orang lain yang menemukan tempat itu juga.
“ Apa kamu yang memanggilku kemari.?” Tanya Alissa seketika membuat pria itu menoleh ke arahnya.
Alissa sedikit terkejut sebab pria yang berdiri di depannya saat ini bukanlah Elf, melainkan peri. Namun dia jelas tidak seperti teman-temannya yang juga peri, pria itu jauh lebih besar dan memiliki rambut dan mata yang indah seperti halnya para Elf.
“ Kau harus menyelamatkan kami Alissa.” Ucapnya lirih.
“ Menyelamatkan kalian dari siapa.?”
“ Manusia jahat.”
“ Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.?”
“ Para manusia itu sudah menculik bangsa kami, kau harus tahu kalau kami adalah peri hutan bagian timur dimana kami memiliki tubuh besar sama seperti bangsa Elf. Ras kami hampir punah karena para manusia itu telah menculik kami, keluarga dan teman-temanku sudah banyak yang menghilang karena ulah mereka. “
“ Hanya kamu yang bisa menolong kami, kumohon.” Pinta peri itu dengan sangat.
“ Tapi aku tidak memiliki kekuatan yang besar untuk menyelamatkan mereka, kamu harus tahu kalau aku adalah satu-satunya Elf yang tidak di beri kekuatan sejak lahir.”
“ Kau salah, kamu memilikinya. Kekuatanmu hampir setara dengan para Valar di atas sana.”
Alissa terkejut mendengar peri itu mengatakan bahwa dia memiliki kekuatan Valar, kemudian dia kembali memberitahu peri itu untuk menunggu sebab dia akan memberitahu ibunya soal ini. Alissa sangat yakin ibunya pasti akan menolong, apalagi bangsa peri menjadi taruhannya.
“ Ibumu tidak bisa menolong kami.”
“ Kenapa tidak.?”
“ Karena hanya kamu yang memilikinya.”
“ Sudah ku katakana aku tidak.”
Peri itu tiba-tiba menghilang di pandangan Alissa, dia heran menncari kesana kemari dengan panik. Alissa mengira itu adalah perbuatan manusia, tapi suara peri tersebut kembali muncul terdengar.
“ Datanglah ke hutan sebelah timur, kau akan mendapat jawaban atas kekuatanmu yang selama ini terpendam.”
**
“ Tidak tunggu, jangan pergi. Dulu.!!!” Teriak Alissa yang kinis udah bangun dari tidurnya yang panjang.
Alissa yang baru saja bangun di hampiri oleh para pelayan yang biasanya datang menyiapkan sarapan dan membersihkan kamarnya, mereka terkejut karena Alissa tiba-tiba bangun sambil berteriak.
“ Anda tidak apa-apa tuan putri.?” Tanya mereka panik.
“ Saya tidak apa-apa.” Balasnya pelan.
Alissa mencoba lebih tenang sampai mereka pergi meninggalkan kamar, setelah itu dia turun dari tempat tidurnya menuju jendela yang terhalang oleh besi. Dari jendela kamar itu dia masih bisa melihat arah hutan bagian timur seperti yang di beritahu oleh peri di dalam mimpinya.
“ Aku harus kesana untuk mencaritahu.” Ucap Alissa sungguh-sungguh.
**
Seperti biasa, Alissa akan menunggu sampai Andrew akan menggunakan pintu kemana saja. Dia menunggu Andrew di lorong istana yang menghubungkan antara dapur dan ruang makan. Setelah menunggu cukup lama akhirnya pria itu muncul dan menyapa Alissa seperti biasa.
Alissa memberitahu Andrew kalau dia membutuhkan pintu kemana saja untuk kesuatu tempat kali ini, namun Andrew merasa Alissa sudah cukup banyak keluar istana dan dia tidak ingin sesuatu terjadi kepadanya.
Alhasil Andrew hanya mengabaikan Alissa dan tetap melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, Alissa jelas tak ingin menyerah dan mengejar langkah Andrew dengan cepat.
“ Bantu aku pergi ke hutan timur.” Ucapnya sukses membuat langkah Andrew berhenti.
“ Kau haru tahu tuan putri kalau hutan timur jauh lebih berbahaya dari hutan terlarang, disana bukan kekuasaan Ratu Winola lagi. Bangsa Elf bahkan tidak boleh menginjakkan kaki disana, berhentilah meminta untuk pergi kesana.” Ucap Andrew ketus.
“ Tapi aku harus kesana, banyak peri yang di culik dan salah satu dari mereka memberitahuku untuk menolong mereka.” Pinta Alissa sekali lagi.
“ Maaf tuan putri, saya tidak bisa membantu kali ini.” Tolak Andrew dan segera pergi meninggalkan Alissa.
“ Aku akan mencoba sendiri kalau begitu.” Benaknya sungguh-sungguh.
**
Alissa mencoba mencaritahu dimana pintu kemana saja di sembunyikan kali ini, sejak tadi pagi dia memperhatikan kea rah dapur namun pintu itu sudah tidak disana lagi. Hampir semua tempat di dalam istana dia kunjungi namun tetap tak menemukan pintu itu berada.
Dari semua ruangan masih ada satu ruangan lagi yang belum di masuki, ruangan itu tak lain adalah kamar Winola ibunya sendiri. Alissa merasa harus mencarinya disana, dia yakin sang ibu memiliki pintu kemana saja juga tak mungkin hanya satu di istana yang sangat besar.
Hari ini dia mendengar kalau ibunya akan kedatangan tamu dari kerajaan luar, Alissa ingin mengambil kesempatan ini untuk masuk ke dalam kamar Winola. Namun sebelum itu dia ingin memastikan apakah Winola tidak akan kembali ke kamar sampai pertemuannya selesai.
Setelah mendapat informasi kalau Winola hanya akan berada di ruang pertemuan sampai malam membuat Alissa bergegas menuju kamarnya. Kamar seorang ratu tentu saja akan di jaga ketat oleh penjaga meskipun di dalam tidak ada Ratu.
Alissa mencoba mengecoh mereka dengan memerintahkan mereka mengambil sesuatu di dapur, kedua penjaga itu tentu tidak akan menolak sehingga mereka pergi dengan sangat mudah. Kini Alissa bisa masuk ke dalam dengan tenang.
“ Aku menemukanmu.” Ucap Alissa setelah dia mencari ke setiap sudut kamar Winola.
Pintu kemana saja itu terletak di balik sebuah rak buku yang bisa di geser, pintunya berwarna coklat tua dengan emas yang ketika Alissa membukanya seberkas cahaya terlihat menyilaukan mata.
Jika ingin pergi ke suatu tempat melalui pintu tersebut, siapapun yang membuka knop harus menyebut kemana tujuan mereka ingin pergi sehingga ketika pintu terkuak maka mereka akan sampai di tempat tujuan.
Alissa membuka kedua matanya dan dia di buat terkejut dengan suasana hutan timur yang jauh dari ekspektasinya. Ternyata memang benar kalau hutan itu terlihat seperti sudah di serang oleh sesuatu, pepohonan yang sudah tidak kokoh dan terlihat seperti terbakar serta rumah-rumah yang hanya menyisakan atap dan tiangnya saja.
“ Sebenarnya apa yang telah terjadi disini.?” Ucap Alissa benar-benar penasaran.