Ramalan
Di sebuah ranjang besar itu terbaring sesosok gadis kecil dengan rambut secerah emas dengan kulit sepucat salju, gadis itu tengah tertidur dengan damai. Tarikan nafasnya herhembus dengan lembut, di sampingnya ada seorang wanita bersurai emas persis seperti gadis kecil tersebut.
Suara ketukan pintu membuat Winola menoleh dan mempersilahkan pintu untuk di buka, tak lama setelah itu datanglah seorang prajurit istana yang keluar dan menyampaikan berita kepada Winola selaku pemimpin dari bangsa Elf Calaquendi.
“ Yang mulia, ada berita penting yang di bawa oleh jendral Zion.” Ucapnya dengan penuh hormat.
“ Beritahu dia untuk menunggu di ruanganku, aku akan kesana sebentar lagi.” Balas Winola.
“ Di laksanakan yang mulia.”
Setelah pelayannya pergi barulah Winola beranjak dari tempatnya, sebelum pergi dari kamar putrinya itu dia memperbaiki posisi selimut dan memberikan kecupan lembut di keningnya.
“ Ibu akan segera kembali.” Bisiknya pelan.
Winola akhirnya berjalan menuju ruangannya yang terdapat di lantai paling bawah istana Sandora, disana sudah ada jendral dan para bawahannya yang menunggu kehadiran ratu di kerajaan tersebut.
“ Ada informasi apa Zion.?” Tanya Winola setelah dia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi singgasana miliknya.
“ Yang mulia, kami mendapat laporan dari penjaga di balai desa kalau ada orang asing yang baru saja masuk ke Sandora. Kami sudah menangkap dan mengamankannya, dia mengaku kalau dirinya adalah seorang peramal. Dan dia ingin bertemu denganmu yang mulia.” Jelas Zion selaku jenderal di kerajaan Sandora.
“ Suruh dia menghadap padaku sekarang juga.” Titah Winola.
“ Apa anda yakin yang mulia? Dia orang asing, dan bukan bagian dari bangsa kita.”
“ Tidak apa-apa, mungkin dia memiliki ramalan tentangku sehingga dia datang untuk bertemu denganku.”
“ Baik yang mulia, saya akan membawanya ke hadapan anda.”
Seorang pria dengan jubah berwarna putih dengan sedikit corak emas muncul dan berdiri di samping Winola, dia adalah Aslan selaku penasehat kerajaan yang sudah bersamanya sebelum dia resmi menjadi seorang ratu seperti sekarang.
“ Mungkin saja peramal itu datang untuk Alissa kali ini.” Kata Aslan.
“ Entahlah, yang pastinya aku masih belum percaya seratus persen dengan ramalan mereka selain dari valar.” Balasnya kemudian.
Tak lama setelah itu jenderal Zion kembali bersama seorang wanita dengan rambut panjang keriting dengan penampilan khas seorang peramal perlahan mendekati Winola, dia menundukkan kepalanya dengan hormat sebagaimana yang di lakukan semua makhluk saat berhadapan dengan sang ratu.
“ Senang bertemu denganmu yang mulia, perkenalkan nama saya Amoera.” Ucapnya masih dengan sopan santun.
“ Sebutkan dari mana kau berasal?” Tanya Winola.
“ Dari negeri bagian timur, saya mendapat ramalan tentang anda dan juga putri anda itu sebabnya saya datang dari perjalanan yang cukup jauh untuk menyampaikan tentang ramalan tersebut.” Ungkapnya.
Sebelum Amoera menyebutkan ramalan tersebut, dia memerintahkan semua orang keluar dari ruangan itu kecuali penasehatnya. Setelah hanya ada mereka bertiga, barulah Amoera menjelaskan inti dari ramalan yang dia dapatkan.
**
Malam itu Winola kembali ke kamar putrinya Alissa dan mengecek keadaannya yang saat ini sudah jauh lebih baik dari kemarin, beberapa hari yang lalu Alissa pingsan tanpa sebab dan dewa pengobatan asklepios sudah memeriksa keadaan Alissa waktu itu dan masih belum di ketahui dengan pasti apa penyebabnya sehingga Alissa hanya di minta untuk lebih banyak istirahat saja.
“ Peramal itu pasti berbohong, kamu tidak akan meninggalkan ibu. Kamu pasti bisa sembuh.” Ucap Winola sambil membelai lembut kepala putrinya.
Seorang ratu dari bangsa Elf Calaquendi tentu membuat Winola menyadari jika ada sesuatu yang mendekat di istana, dan dia mengenal hawa itu yang tak lain adalah valar hutan yang baru saja datang bersama Aerox di atap kerajaan.
Winola bangkit dan segera menemui suaminya yang akhirnya datang setelah sekian lama berada di Valinor, pesan darinya ternyata sudah sampai sehingga Fanwe segera datang menemuinya.
“ Aku merindukanmu.” Ucap Winola sambil memeluk Fanwe yang juga balas memeluknya.
“ Aku juga merindukanmu.”
Setelah mereka saling melepas rindu satu sama lain, keduanya berpindah menuju kamar mereka. Baik Winola dan Fanwe saat ini sedang duduk bersebelahan dimana mereka akan membahas tentang ramalan tadi pagi dari seorang peramal asing.
“ Peramal itu mengatakan kalau Alissa akan meninggal karena penyakitnya, dia juga berkata kalau Alissa tidak boleh sampai bertemu dengan manusia.”
“ Itu hanya sebuah ramalan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Dan juga manusia hidup dengan dunia mereka sendiri, tidak ada yang bisa masuk ke dunia kita.”
“ Aku tahu, tapi aku takut sesuatu terjadi pada putri kita. Dia terlahir tanpa kekuatan, siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan kerajaan ini nantinya?”
“ Kau tidak perlu memikirkan soal itu, yang terpenting saat ini kamu bisa menjaga Alissa dan juga kerajaan dengan dirimu yang sekarang.”
Meskipun Fanwe adalah seorang valar, dia tidak bisa memimpin kerajaan Sandora ataupun memberikan tahta tersebut kepada bawahannya. Hanya keturunan Elf Calaquendi yang bisa melanjutkannya, dan semua itu mereka harapkan kepada Alissa. Tapi dengan keadaannya sekarang besar kemungkinan Alissa tidak bisa melanjutkannya.
**
Gadis cantik bermata biru cerah itu baru saja membuka kedua matanya, dia baru saja sadar setelah dua hari tertidur. Alissa melirik sekitar kamarnya yang sepi, dia tidak melihat siapapun dan langsung membuatnya bangun dan berjalan menuju jendela kamarnya.
Ketika Alissa membuka pintu jendela kamarnya, dia bisa melihat keindahan negeri Sandora dari atas sana. Kehidupan yang damai dan menyejukkan membuat Alissa selalu senang saat membuka jendela, dan dari tempat itu juga dia bisa memanggil teman-temannya yang seorang peri.
Bubble, Berry, Sparkel, dan Leonard adalah teman-teman Alissa yang merupakan peri hutan. Mereka selalu datang menemani Alissa jika dia merasa bosan, sebab Winola tidak memperbolehkan Alissa keluar istana sehingga teman-temannya lah yang datang berkunjung.
“ Bagaimana keadaanmu Alissa? Kami sudah merindukanmu sejak dua hari yang lalu.” Seru Berry.
“ Aku sudah lebih baik sekarang, dimana Boun, Beam, dan Sandy? Kenapa mereka tidak ikut kalian.?” Tanya Alissa.
“ Para kurcaci itu sedang sibuk di tambang emas, mereka mulai mengumpulkan emas lagi untuk di jual di balai desa.” Jawab Leonard.
“ Bagaimana dengan Thanos dan Gamora.?”
“ Dua raksasa itu juga sedang sibuk, hanya kami para peri yang bisa datang menjengukmu.” Lanjut Bubbles.
Pintu baru saja terkuak dan memunculkan sosok Winola yang membuat keempat peri itu langsung tunduk hormat kepadanya, Winola senang melihat putrinya yang sudah sadar namun tetap menyuruhnya untuk berada di tempat tidur.
“ Tolong untuk kalian, jangan ada yang menemui Alissa untuk sementara waktu.” Kata Winola sontak membuat Alissa terkejut.
“ Tapi kenapa bu? Mereka hanya datang berkunjung, aku kan tidak pergi keluar dari istana.” Sahut Alissa.
“ Ibu tahu, tapi kamu harus tetap istirahat sampai kondisi kamu benar-benar pulih.” Balasnya tegas.
Alissa tidak bisa melawan kehendak sang ibu sehingga dia hanya bisa melihat teman-temannya pulang ke rumah mereka, padahal dia baru saja bangun setelah tidur dua hari. Alissa bahkan bingung kenapa sang ibu jauh lebih protektif kepadanya sekarang.
**
“ Ramalan.?”
“ Iya, kemarin ada seorang peramal yang menemui yang mulia. Dan dia memberitahu yang mulia kalau istana akan di serang oleh sekumpulan kelompok jahat dalam waktu dekat ini. Kemudian peramal tersebut memberitahunya kalau tuan putri akan meninggal di tangan manusia.” Jelas Andrew yang merupakan pelayan kerajaan.
“ Aku di bunuh oleh manusia? Tidak mungkin, meskipun aku tidak memiliki kekuatan seperti ayah dan ibuku tapi aku tidak akan sudi mati di tangan mereka.” Ungkap Alissa berusaha terlihat kuat meski sebenarnya dia sangat takut.
Sejak kecil, Alissa di beritahu oleh sang ibu bahwa manusia itu jahat dan mereka sangat sombong. Itu sebabnya dunia mereka di pisahkan, para manusia tidak boleh bercampur tangan dengan bangsa mereka, jika hal itu sampai terjadi maka dua dunia akan berantakan.
Setelah Andrew selesai memberitahu Alissa, dia pun pergi. Namun sebelumnya dia meminta kepada Alissa bahwa hal itu jangan sampai di dengar oleh sang ibu alias Ratu Wilona, dan Alissa mengangguk paham sebelum pria itu pergi.
Alissa kemudian berjalan menuju sebuah cermin besar yang terdapat di kamarnya, setelah mendengar pengakuan Andrew dirinya mulai merenung. Lahir dari bangsa yang hebat, antara ras Elf dan dewa tak menjadikannya sebagai keturunan yang hebat juga.
Hal ini sudah di dapatkannya sejak ia lahir, dimana tidak di temukannya satu kekuatan pun pada tubuh Alissa dan menjadikannya sebagai Elf biasa. Itu sebabnya Alissa tidak di biarkan berbaur dengan para Elf yang lain kecuali dengan para peri, kurcaci, dan raksasa temannya.
Alissa mencoba mencaritahu apakah kekuatannya bisa bangkit suatu hari nanti, dia masih percaya pada hal tersebut dan selalu membaca sebuah buku yang membahas tentang sejarah para Elf.
Elf Qalaquendi sepertinya merupakan ras yang paling di hormati dulu hingga kini, meskipun dulu pernah ada sejarah kelam tentang leluhurnya tetap tak menutup kemungkinan kalau Elf Qalaquendi memiliki sihir yang paling hebat setelah Moriquendi.
“ Tidak berguna sama sekali.” Celetuk Alissa kesal setelah dia mencoba untuk menggerakkan sebuah benda dengan pikirannya seperti yang selalu di lakukan oleh Winola ibunya.
“ Alissa.” Panggilan tertuju padanya dan membuat gadis itu menoleh kea rah jendela kamarnya.
Rupanya yang datang adalah Thanos, teman raksasa Alissa yang selalu datang setiap hari bersama teman-teman yang lain. Namun kali ini Thanos datang sendirian tanpa Gamora saudaranya, kedatangannya tak lain adalah membawa bunga kesukaan Alissa.
“ Maaf kalau kemarin aku tidak sempat menengokmu, Gamora juga menitipkan ini untukmu.” Ucapnya sambil memberikan sekantung bery segar dari hutan.
“ Terima kasih, aku sangat suka dengan bery hutan tapi disini aku tidak mendapatkannya karena ibuku sangat pilih-pilih.” Balas Alissa.
“ Kalau begitu jangan sampai ibumu tahu hihihi.”
Dari bawah sana terdengar suara senjata yang mengarah kepada Thanos, raksasa yang memiliki tinggi hampir 15 meter itu angkat tangan kea rah para prajurit yang menodongkannya senjata dari bawah.
Rupanya hal itu di perintahkan langsung dari Winola yang menyuruh paksa Thanos untuk pergi dari sana, Alissa kemudian meminta kepada Winola dari kamarnya untuk tidak menyakiti Thanos.
“ Biarkan dia pergi, tolong jangan sakiti dia.” Sahut Alissa dari jendela kamarnya,
Setelah mendengar permohonan langsung dari Alissa, kini Thanos beranjak meninggalkannya. Lagi dan lagi, para sahabatnya harus pulang saat itu juga. Alissa teringat dengan ramalan yang dia dengar, sejak kedatangan peramal itu sikap Winola sangat berubah kepadanya.
“ Beri penghalan untuk semua jendela di ruangan ini.” Titah sang Ratu kepada suruhannya untuk menutup akses terutama jendela kamar Alissa.
“ Ibu tidak harus melakukan ini, lagi pula aku tidak akan kemana-mana.” Sahut Alissa.
“ Semua ini demi kebaikanmu Alissa.” Balasnya.
“ Demi kebaikanku? Tapi ini menyiksa ku bu, aku juga ingin sering-sering bertemu dengan teman-temanku.”
“ Untuk saat ini kamu harus membatasi diri bertemu mereka..”
“ Tapi sampai kapan.?”
“ Alissa, ibu tidak ingin kamu tumbuh menjadi anak yang kurang ajar. Apapun keputusan ibu, kamu harus mendengarnya.”
Dan Winola pun segera pergi meninggalkan Alissa yang hanya dapat terdiam saat aksesnya untuk bertemu dengan teman-temannya telah di tutup. Sekarang setiap dia ingin melihat pemandangan akan sangat sulit karena terhalang oleh penghalang tersebut.
**
Alissa baru saja menyelesaikan belajarnya dengan seorang guru yang di datangkan langsung di kerajaan, karena dia tidak bisa bersekolah di luar hal itu membuat Winola terus menerus mendatangkan guru yang berbeda agar Alissa juga bisa mendapatkan pendidikan seperti para Elf lainnya.
Setelah kelasnya berakhir dia pun beranjak menuju kamarnya, namun pada saat dia hendak ke kamar tiba-tiba saja perhatian Alissa tertuju pada pintu menuju dapur kerajaan. Dia penasaran dan berniat untuk kesana, baginya tak menjadi masalah jika dia hanya berkeliling di dalam istana asal tidak keluar dari istana.
Begitu tiba di dapur, Alissa melihat banyak pekerja yang sibuk menyiapkan makanan untuk nanti siang. Mereka sangat sibuk sampai tidak menyadari kehadirannya, dan saat itu Alissa melihat Andrew yang keluar masuk melalui sebuah pintu yang menyala.
“ Pintu apa itu.?” Benak Alissa penasaran dan segera mengeceknya.
Andrew baru saja masuk ke dalam pintu yang jika di buka akan memperlihatkan kilauan yang cantik, dan saat Alissa membuka pintu tersebut dia tidak melihat suatu ruangan melainkan hanya sebuah cahaya yang kemudian membawanya masuk ke dalam.
Alissa terkejut ketika dirinya tiba di sebuah padang rumput yang hijau dengan pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, Alissa melirik ke belakang dan pintu itu masih ada tapi anehnya hanya ada pintu tanpa bangunan lainnya.
“ Ini dimana.?”
“ Tuan putri.?”
Alissa menoleh dan dia berhasil menemukan Andrew, melihat Alissa yang berada di luar dan menggunakan aksesnya keluar sontak membuat Andrew panic.
“ Tuan putri cepat kembali ke istana atau yang mulia ratu akan marah.” Sahut Andrew.
“ Beritahu aku dulu ini dimana? Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini, dan soal pintu juga. Sebenarnya itu pintu apa.?” Tanya Alissa.
Andrew kemudian menjelaskan kepada Alissa bahwa pintu itu merupakan pintu ajaib yang menghubungkan istana menuju hutan, biasanya para pelayan dan juru masak akan ke hutan untuk mencari kayu bakar seperti yang dilakukan oleh Andrew saat ini.
Alissa sekarang paham dan dia bisa tahu seperti inilah rasanya berada di hutan, rumah untuk teman-temannya. Hari ini dia tidak ingin berada lama-lama disana, tapi siapa tahu apa yang akan terjadi besok dan seterusnya.