Entah mengapa aku selalu tak bisa menolak sentuhan dari Mas Salman. Padahal tadi aku begitu merinding mendengar ucapan Mas Sandy. Apalagi saat aku mengingat kembali suara demi suara yang aku dengar di kamar hotel hari itu. Namun, nyatanya aku tidak bisa menolak ketika Mas Salman mengecup bahkan melumat bibirku di hadapan Sandy. "Mas, hentikan!" teriak Sandy menarik tubuh Mas Salman. "Hentikan, Mas! Kamu milikku," ucapnya lagi. Mas Salman mendorong Sandy dari tangannya. "Kamu yang seharusnya menghentikan ucapan-ucapan gila mu, Sandy. Aku baru sadar jika memang manusia diciptakan dengan berpasang-pasangan. Dan Ana lah manusia yang pantas dipasangkan oleh Tuhan denganku." Mas Salman melirikku sekilas, lalu kembali menatap Sandy. "Sadarlah, Sandy. Aku ingin kamu pun hidup seperti pria pada