Semua orang tertawa bahagia. Walau pun aku yakin mereka tidak percaya dengan ucapan Mas Salman. Mereka pasti menganggap Mas Salman hanya bergurau. "Anaaa," ucap Ibu memanggiku. "Apa itu benar?" tanya Ibu denagn mulut yang terbuka karena tertawa. "Haaaah." Aku ternganga bingung. 'Ng-Enggak, Bu." "Ya sudah, Al. Apa mungkin sebaiknya kalian istirahat di kamar?" sahut Ayah seperti sudah mengerti dengan keadaan kami. "Iya, Ayah. Masih banyak yang harus Al bicarakan dengan Ana. Tadi terpotong dengan adanya Sandy. Huuufff ...." Mas Salman menarik napasnya seperti tengah kecapean dan ingin istirahat. "Ana, ayok!" Aku melirik pada Ayah dan ibu mertuaku. Aku pun pasrah saat mereka mengangguk. Mas Salman menarik tanganku menuju ke kamarnya di rumah Ibu. Aku sedikit terkejut karena Mas Sal