Bab 44

1284 Words
Jika ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Tentu saja Zack tak selamanya berada di dekat Emma. Mereka akan berpisah, tapi belum ditentukan, kapan pria itu akan pergi meninggalkan gadis tersebut. Beberapa hari setelah kejadian penculikan tersebut, Emma semakin dekat dengan Zack. Mereka bercanda ria, seolah dunia hanya milik berdua. Sementara yang lain hanya menumpang saja. Emely bermuka seperti cuka, sangat asam sampai Justin yang melihatnya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Steve dan Hans pun juga sama, tapi mereka berusaha acuh, tak mau ikut campur dengan tidakan Zack. “Bagaimana perkembangan kalung sisik naga itu, Jus?” tanya Steve mulai angkat suara. Kali ini mereka akan membahas sesuatu yang sangat penting. “Aku tidak yakin. Tapi setelah Zack mendapatkan dua perasaan, kalungku sesekali bersinar. Sepertinya kita tak perlu membangkitkan perasaan lainnya lagi.” Justin melepaskan kalung itu, menatapnya dengan seksama. Benar saja, kalung itu bersinar mesikipun samar. “Aku benar bukan.!” “Dimana letak bola kehidupan itu?” tanya Steve ikut menatap kalung tersebut. “Bali..., Indonesia.” Justin mengeluarkan kalung hitamnya. “Kali ini kita akan pergi ke Pantai lagi. Tapi tempatnya sangat berbeda.” “Akhirnya..., keinginanku untuk berlibur terlaksana juga.” Tawa Steve pecah, bahkan gelak tawanya sampai terdnegar di telinga Emma. “Ada apa?” tanya Zack yang melihat Emma menundukkan kepalanya cukup dalam. Ibarat padi yang keberatan isi. “Aku tahu kau akan pergi,” kata Emma mulai mendongak. “Apakah kau tak bisa tinggal bersamamu, hem?” Emma tak mau jika Zack pergi meinggalkannya. Terlebih lagi setelah pria itu pergi, kebebasaan yang dimiliki akan sirna. Yang jelas, ia ingin sekali hidup normal. Bisakah? “Kau terlalu berpikir panjang, Emma.” Zack menyentuh kepala gadis itu dnegan lembut. Jujur saja, ia enggan juga berpisah dengan bocah itu. Rasa kasih sayang yang dimiliki semakin besar kala mereka bersama. “Aku akan mandi. Setelah itu kita makan malam bersama.” Gadis itu pun beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan Zack begitu saja. Tahukah Emma bahwa kebersamaan mereka adalah hari terakhir pertemuan? Setelah Emma benar-benar pergi, Justin segera mendatanginya. “Kita pergi dari sini.” Ia menjeda perkataannya. “Sekarang...” Zack tampak kebingungan. “Kenapa harus terburu-buru?” “Bola kehidupan lainnya sudah terlihat. Ingat tujuanmu, Zack.” Justin meraih lengan pria itu. “Jangan menunda waktu lagi, kau kesini bukan untuk bersennag-senang. Sepertinya, Zack sudah terhanyut dengan perasaannya, sampai enggan meninggalakn rumah Emma. “Beri aku waktu lagi.” “Kau tak punya waktu, Zack.” Steve menuruni tangga, baru saja keluar dari kamar Emma. “Lagi pula, bocah itu tak akan mengenalimu. Aku sudah menghipnotisnya.” Ah, Zack terlihat sangat kecewa. Akan tetapi mau bagaimana lagi? Kenapa juga ia menjadi lemah seperti manusia. Ada apa denganku? Zack tak tahu, bahwa perasaannya mulai tumbuhsedikit demi sedikit. Perasaan kompleks milik manusia yang begitu membingungkan karena baru kali ini ia merasakannya. “Kita pergi sekarang.” Suara Zack terdengar dingin di gendang telinga mereka berdua. “Apakah kau yakin akan melanjutkan perjalanan sekarang?” bisik Steve melihat punggung Zack yang semakin menjauh. “Karena kita tak punya waktu yang tersisa, Steve.” Justin takut kalau pemberontak yang ada di Planet Aques mulai melakukan ritual perpindahan kekuatan. Meskipun dengan membunuh Ares adalah satu-satunya, tapi tubuh naga yang masih ada di Planet Aques adalah ancaman bagi mereka. Ada apa dengan tubuh naga itu? Tubuh naga adalah raga yang sakral, tidak bisa dibakar, atau pun di kubur. Karena tubuh naga yang spesial, konon dapat meningkatkan kekuatan. Untuk meleburkan raga naga, hanya bisa menggunakan api biru milik keturunan Raja Risius. “Apakah kau tahu apa kekawatiranku?” Justin mulai menggigit bibirnya cemas. “Yola Wilson,” kata mereka bersamaan. Yola Wilson adalah saudara kandung dari Steve, merupakan adik perempuan yang menyandang status sebagai seorang putri. Dari kecil, gadis itu berada di luar istana. Keberadaannya tak pernah diketahui oleh siapapun, kecual Steve sendiri. Lalu, apa yang dilakukan Yola saat ini? Gadis tersebut bekerja sebagai pelayan istana dibawah naungan Moran. Untuk menyembunyikan kekuatannya, ia sengaja menato lengan mulus miliknya dengan tato naga. Jika tidak dilihat seksama, semua orang mengira Yola adalah gadis manusia biasa. “Moran...” panggil gadis itu saat melihat Moran terbengong menatap bulan. “Berapa kali aku sudah bilang padamu, panggil aku dengan sebutan. ‘Nona’.” Moran menghela nafas panjang karena lelah memikirkan semuanya. Apalagi sekarang ada bocah pembawa masalah seperti Yola. Yola dijuluki oleh semua orang sebagai gadis ceroboh. Apapun yang dikerjakan olehnya, selalu saja berantakan. Untuk itu, Moran selalu hati-hati menaruh gadis itu dan memilih pekerjaan dengan benar. Namun, ada kelebihan yang dimiliki oleh Yola, dia yang masih muda sangat bijak memberi saran kepada seseorang yang berkeluh kesah. Wajar saja, karena ada darah biru mengalir padanya. “Apakah kau sedang memikirkan sesuatu? Aku perhatikan kau selalu saja bengong.” Yola melirik sekilas wajah Moran. Matanya pun kembali fokus pada bulan. “Jika kau jujur, bukan berarti semua orang tak akan menermanya, Mor. Kau harus percaya bahwa semua yang kau lakukan untuk kebaikan.” Yola seperti bisa membaca pikiran Moran. “Kau hanya bocah berumur tujuh belas tahun. Jangan menceramahiku.” Yola tersenyum, “Mengakui bukan berarti salah.” Gadis itu menyentuh pundak Moran. “Tuan Lanka tak akan marah padamu.” Setelah itu, ia bergegas pergi meninggalkan Moran begitu saja. “Dasar anak itu!” geram Moran tidak dalam amarahnya. Menurutnya, perkataaan Yola snagat benar. Dari pada ia pusing karena masalah hubungannya dengan Amerta, lebih baik bicara terus terang. “Aku akan menemui Tuan Lanka sekarang.” Moran tak lagi dilema, bahkan langkah kakinya sangat mantap. Namun saat hendak belok ke kanan, gadis itu tersentak melihat Lanka dan Amerta saling berbicara stau sama lain. Ia pun memutuskan untuk sembunyi sambil mendengar percakapan mereka. “Tuan, kau tau sendiri aku tak mampu untuk bergerak bebas ditempat ini meskipun Kerajaan Adeus adalah tempat tinggalku.” Tadi sewaktu hendak ke perpustakaan, Amerta dihadang oleh Lanka. Pria itu ingin meminta akses ke ruang bahwa tanah yang tersegel. Dan ia sendiri juga tak tahu cara membuka ruangan itu. “Apakah kau akan diam saja kalau melihat tubuh Ares diperlakukan buruk?” Lanka melipat kedua tangannya. “Sebentar lagi purnama, ada desas-desus mengenai kekuatan tubuh naga yang dilebur oleh api keturunan Raja Risius. Tenggorokan Amerta langsung kering mendengar pengetahuan luas dari Lanka. “Darimana Tuan Lanka mengetahui informasi itu? Sepertinya, ada yang sengaja memberitahunya.” Tawa Amerta pecah, “Itu hanya mitos.” Ia tampak tertawa garing. Tubuh yang jiwanya sudah pergi, tak dapat lagi digunakan. Jangan membodohi diri sendiri, Tuan.” “Bukan itu yang aku khawatirkan.” Lanka menyentuh kedua bahu milik Amerta. “Tapi para bawahan kakakku. Mereka sedang mencari keberadaan tubuh Ares.” Raut wajah Amerta sedikit pahit dan gelap. Tapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja. “Istirahatlah..., jangan membuang waktu dengan memikirkan hal yang tak perlu.” “Apa yang kau rencanakan sebenarnya, Amerta? Kau pasti tahu sesuatu.” Lanka hanya butuh kepastian. Jika semuanya pasti, ia bisa menggerakan sepuluh ksatria untuk mencari keberadaan tubuh Ares. “Aku tak mengerti. Dan maaf, aku harus ke perpustakaan.” Amerta jelas menghindari Lanka yang masih mencari tahu kebenaran mengenai tubuh milik Ares. “Beruntung sekali aku sudah menyembunyikan di tempat yang aman,” gumam Amerta tersenyum karena merasa lega. Saat hidup Amerta sudang di ambang batas, ia minum ramuan pengikat jiwa. Setelah pulih, hal yang dilakukan pertama kali adalah mencari keberadaan tubuh naga Ares. Beberapa hari setelah pencarian, akhirnya tubuh itu ketemu. Untuk menghilangkan kecurigaan musuh, ia menyimpan tubuh dalam botol ajaib yang diberikan oleh peramal. Nama benda itu adalah botol penyedot tubuh. Tubuh siapaun yang dimasukkan akan bertahan lama. Cara penggunaannya cukup simpel, yaitu dengan membuka tutupnya, seketika tubuh yang berada di dekat botol akan menjadi kepulan asap, dan masuk ke dalam benda tersebut. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD