Bab 39

1234 Words
Hans berlari mengelilingi seluruh tempat, yang berada di dekat Menara Eiffel. Pria itu merasa putus asa karena tidak mengetahui keberadaan Emma. Hingga sebuah ledakan terjadi di dua tempat membuat langkahnya terhenti. Ledakan besar terjadi dilangit, membuat gelombang getaran cukup kuat. Ditambah lagi ledakan kuat dibawah tanah. Hans merasa kalau hidupnya sekarang bukan dalam kategori normal. “Apa yang terjadi?” tanya Emely penasaran. “Seharusnya kau tidak ke sini. Karena tempat ini sangat berbahaya.” “Kau gila... aku kesini karena mencari Emma!” Emely menoleh ke arah Niken yang tertinggal dibelakang. Ada ledakan tidak terduga lagi, sehingga tubuh Niken terkena imbasnya. “Dokter Niken!” panggil Emely sambil menghampiri. Niken terluka parah disekujur tubuhnya, terlebih kagi bagian dahi karena terbentur batu. “Aku baik-baik saja. Kalian pergi cari Emma.” Niken berusaha bangkit, dibantu oleh Emely. “Cepat cari Emma!” Keduanya mengangguk patuh, pergi untuk mencari gadis kecil itu. Lalu, bagaimana pertempuran antara Martin dan dua raja? Wah mereka berdua sekarang terlihat unggul sedang melakukan akrobat yaitu mengendalikan bola kehidupan elemen api. Itulah mengapa para penduduk Planet Aques begitu menghormati mereka. “Steve, sekarang!” Steve mengangguk, memasukkan bola kehidupan itu ke dlaam tubuh Zack cukup kasar. “Aku tak akan membiarkan itu terjadi?” Martin berusaha menggagalkan bola itu di tengah perjalana, naas malah menembus tubuhnya hingga berlubang. Martin pun jatuh ke tanah karena merasa bawah tubuhnya mati rasa, dan kekuatannya menghilang. Kali ini, dia kalah telak. Namun bukan berarti tak punya rencana lain dalam menghadapi dua raja dan satu naga. Bola itu pun masuk dengan smepuran ke dalam tubuh Zack. Karena ledakan kekuatan yang tiba-tiba, tubuh pria itu mengeluarkan api. “Dimana Emma?” tanyanya cukup keras. Zack bangkit, berjalan menuju ke Martin yang tergeletak tak berdaya. Justin dan Steve juga demikina, mendekati sang musuh tanpa rasa takut. “Sayang sekali bakat yag terpendam harus berada di jalan yang salah,” kata Steve menyayangkannya. Ketika rekan Martin yang terluka para hanya bisa melihatnya dari jauh saja. Mereka tak bisa berbuat banyak karena rasa sakit luar biasa. Jangankan bergerak, bicara saja pun mulutnya kesakitan. “Aku tak akan kalah dengan mudah,” kata Martin masih berupaya untuk berdiri. Kegigihan pria itu patut di acungi jempol. Sayang sekali, dia harus terjerumus ke bidang yang namanya kejahatan. “Terserah..., maka aku akan mengakhirimu.” Saat mengumpulkan kekuatan, Steve berhasil membuat energi besar yang cukup untuk menghantam tubuh manusia. Bisa dipastikan jika api itu mengenai Martin pastinya akan menjadi daging bakar. “Bersiaplah menuju ke neraka! Aku tak akan lunak seperti dulu!” Steve tak tanggung-tanggung menyerang Martin yang lemah. Saat kekuatan bola api besar tersebut menghantam tanah, bunyi ledakan dan getaran menjadi satu. Ibarat ada gunung meletus. Bahkan beberapa bangunan pun terkena imbasnya. Kekuatan Raja Risius sangat luar biasa, Dan banyak orang yang terkagum. Makanya mereka menyebutnya dewa api. Namun, begitu asab yang mengepul perlahan muali menghilang, hanya ada bekas hantaman cekung ke dalam tanah. Tak ada jasad Martin sama sekali. “Kemana dia pergi?” tanya Steve keheranan. Justin yang baru saja berlindung dari kekuatan dahsyat Steve langsung bergega mendekatinya. “Ada orang yang membawa dia pergi, bahkan tiga orang lainnya juga tak ada” Ia menatap ke bekas tempat tiga anak buah Marin, dan hasilnya mereka tidak ada. Siapa yang menyelematkan mereka berempat sekaligus? Sialan! Pasti orang dibalik mereka bekerja, batin Steve dan Justin bersamaan. Tentu saja tuan mereka, seorang pria bertudung yang sedang berada di ruangan bersama dengan ke empat orang yang luka-luka. Tampak dilihat dari belakang, bahu kokoh dan lebar itu menyimpan kekesalan yang mendalam. “Kita gagal lagi. Padahal rencanamu cukup sempurna, Matin.” Baru kali ini Martin dapat pujian dari tuannya. “Tapi sayang sekali, lukamu cukup dalam. Sepertinya kalian harus memulihkan diri. Bersembunyi untuk mengatur stategi.” Meskipun kesal, pria itu tak marah sama sekali. Masih ada beberapa kesempatan di masa depan untuk menjatuhkan Zack. Pria itu bertepuk tangan sebanyak dua kali, beberapa orang pun masuk ke dalam ruangan. “Rawat mereka dengan baik.” Semuanya mengangguk, membawa mereka ke tempat khusus perawatan. Setelah smeuanya pergi, suasana menjadi hening. Pria bertudung bercermin ke kaca. Gambaran jelas mengenai Lanka membuatnya tersenyum. “Lanka, adikku sayang..., tunggulah sebentar lagi. Aku merindukanmu,” kata pria itu. Apakah Lanka merindukan sang kakak? Jawabannya tidak. Karena pria itu terlalu sibuk melihat beberapa data diri ksatria yang bekerja dibawah naungannya. “Moran...,” panggil Lanka sambil memberikan berkas itu. “Bagaimana perkembangan mereka?” Moran langsung menerima berkas tersebut. “Sejauh ini berjalan dengan lancar. Tapi untuk Amerta.” Wanita itu bingung mau menjelaskannya kepada Lanka. “Ada apa dengan Amerta?” tanyanya sambil bangkit. Sudah sebulan lebih kakaknya pergi. Hidupnya sangat tenang, tanpa tekanan. Jika ada dia, pasti selalu over. Bergerak sedikitpun saja tak akan boleh. Walapun sang kakak pergi, tapi kondisi Negara Adeus sangat aman sebab para pemberontak melakukan sumpah setia. Jika berkhianat, maka nyawa adalah taruhannya. Tidak hanya hidupnya akan mati, tapi sanak saudaranya akan binasa semua. Namun ada kasus berbeda dengan Amerta. Meskipun pria itu bersumpah setia, tapi tanda sumpah sudah hilang tanpa diketahui oleh kakak Lanka. Entah bagaimana caranya menghilangkan tanda itu, ia sendiri juga bingung. “Kenapa kau tak segera menjawab pertanyaanku, Moran?” tanya Lanka sekali lagi. “Maafkan saya, Tuan. Ada yang salah dengan Amerta. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.” Moran tak ingin berburuk sangka, tapi mau bagaiaman lagi. Sekali penghianat, maka bisa menjadi penghianat. “Lupakan. Dia memang seperti itu. Carilah informasi mengenai ramuan pelepas jiwa. Aku sangat membutuhkannya.” Tugas itu snagat berat, dan merupakan hal tabu bagi seluruh penghuni Planet Aques. “Jangan lupa berikan data sedail mungkin,” kata Lanka lagi. Bagaimana ini? Apakah aku harus bicara terus terang? batin Moran sambil mengigit bibir bagian bawahnya. Jelas waniat itu frustasi, tapi tak punya pilihan lain. “Saya akan berusaha, Tuan.” Itulah perkataan yang tepat keluar dari mulut Moran. “Saya permisi.” Waniat tersebut langsung pergi meningglakan ruangan milik Lanka. Satu hal yang pasti, ia pergi ke tempat Amerta berada. “Aku malas berbicara dengannya.” Moran mengetuk pintu ruangan tersebut dengan pelan. Semenit, dua menit tak ada jawabab. Akhirnya ia mengetuk pintu lagi. “Kemana dia pergi?” Moran balik badan, terkejut melihat Amerta sudah berdiri berada di depannya. “Kau menganggetkanku!” Ia mengelus dadanya berulang kali. “Apa yang membawamu menemuiku?” Amerta membuka pintu kamarnya, di ikuti Moran dari belakang. Tanpa diminta ia duduk begitus aja dengan santai. “Jangan bilang kau bicara omong kosong mengenai ramuan pelepas jiwa,” kata Moran mengawali pembicaraan. “Benar... aku tak ingin ada yang disembunyikan darinya.” Amerta tampak santai menaggapi pertanyaan Moran. “Kenapa kau melakukan ini? Sejak awal aku sudah bilang jangan menyeret tuan muda!” Nada Moran terlalu tinggi, tapi tak mengusik gendang telinga Amerta sama sekali. “Amerta!” Tawa Moran pecah seketika, “Sudah lama kau tak memanggilku seperti itu, Moran.” Ia duduk dengan santai setelah mengganti pakaiannya. “Ingat..., kita berada di perahu yang sama. Jangan mengusikku.” Gila, batin Moran kesal. Wanita itu pun bangkit dari kuris. “Setelah ini jangan bicara omong kosong yang tidak perlu. Aku akan melindungi tuan muda dari siapapun, termasuk kau.” Moran menutup pintu ruangan itu dengan kasar. Seperti itukah wanita tersebut? Selalu menaruh curiga kepadanya. “Dalam hidupku, hanya Ares yang percaya kepadaku. Sayang sekali aku berkhianat. Andai dia tahu yang sesungguhnya. Bisakah kau memaafkanku?” gumam Amerta meratapi nasibnya yang pahit. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD