Bab 36

1142 Words
Justin mulai sadar dari pingsannya, tapi kedua matanya terasa gelap. Hal itu membuatnya terganggu karena hanya mengandalkan indera pendengarannya saja. Tidak hanya mata tertutup, tapi tanganya juga di ikat kuat. Pria itu mencoba bangun, duduk di tepi ranjang. Penculiknya ternyata memperlakukan dnegan hormat, karena statusnya sebagai raja. “Seharusnya aku tak memikirkan hal yang konyol.” Justin tahu kalau hari sudah malam, maka dari itu ia berusaha menggunakan kekuatannya. Ia berdiri tegak, mengandalkan kaki untuk menggunakan kekuatannya. Air yang ada disekitar langsung terangkat. Melihat air yang melayang ke udara, Will langsung bergegas menuju ke kamar Justin. Pria tersebut menggunakan angin kecil untuk menggoyakan kaki Justin sehingga kosentrasinya pecah, dan air kembali ke tempat semula. “Tak semudah itu kau menggunakan kekuatanmu.” Will melempar tubuh Justin kembali ke ranjang, menekannya kuat-kuat dengan tubunya sendiri. Karena perbedaan tubuh yang signifikan, sang raja tampak kwalahan. “Aku lebih suka memajangmu hidup-hidup karena kau terhormat.” Justin membung muka ke arah lain. “Percuma kau menculikku. Mereka tidak akan datang.” “Temanmu yang bodoh itu sudah masuk perangkap,” celetuk Martin berada di ujung pintu. “Bawa dia sekarang. Kita tak punya banyak waktu.” Will tersenyum, sedangkan Justin berusaha melepaskan diri. “Jika aku lepas dari ikatan ini, aku akan mengulitimu hidup-hidup.” Sayang sekali teriakan itu harus lenyap karena Will menyuntikkan obat bius kepadanya. “Sungguh merepotkan. Kenapa kita harus menculiknya?” “Kali ini kita tak boleh gagal. Karena Zack bukan lagi manusia, aku bebas membunuhnya.” “Wait..., tuan tak akan setuju dengan itu. Karena dia yang akan membunuhnya sendiri.” Will menggendong tubuh Justin dipudak layaknya karung beras. “Aku tahu.” Martin melenggang pergi begitu saja setelah interaksi dengan Will. Lion dan Maxel yang melihat itu slaing mengedikkan bahu satu sama lain. “Apakah sudah daoat kabar dari penculik itu?” tanya Maxel sambil melihat punggung Martin yang muali menjauh, diikuti dengan Will dibelakangnya. Belum sempat Lion menjawab, dua penculik itu sudah berada dihalaman depan rumah yang mereka singgahi. Mereka pun keluar rumah karena mendengar mobil yang berhenti. “Aku sudah melakukan tugas yang kalian perintahkan.” Pria berambut gondrong membuka pintu mobilnya, tampak Emma sednag pingsan. Maxel tak tingal diam, langsung membawa bocah itu masuk ke dalam rumah. Mara pria berambut gondrong itu melirik sekilas ke arah Will. “Tenang saja, aku tak akan ikut cmapur.” Lion pun mengeluarkan uang untuk diberikan kepada pria berambut gondorong. “Senang bekerja sama denganmu.” “Aku juga. Terimakasih.” Pria berambut gondrong melambaikan tangan, lalu masuk ke dalam mobil. “Aku ingin dia ikut ke lokasi,” kata Martin final. “Tapi, Tuan. Dia hanya manusia biasa.” Lion tak bisa berurusan dengan manusia yang tidak memiliki kekuatan sama sekali. “Turuti saja,” kata Will langsung melenggang pergi dengan kekuatan angin yang dimiliki. Sumpah dia terlihat arogan dan tidak memikirkan kejadian dimasa depan jika ada manusia yang melihatnya. Matin hanya bisa menghela nafas panjang karena tingkah Will. Pria itu pun memilih menggunakan mobil miliknya untuk pergi ke lokasi. Sementara itu, Steve sudah sampai. Posisinya pun tepat dibawah Menara Eiffel, tapi sayang tempa itu sepi manusia. “Sepertinya mereka benar-benar merencanakaannya dengan matang.” Steve tak peduli lagi jika nanti ada manusia yang melihat kekuatannya. Itupun tak masalah sama sekali. Tidak tanggung-tanggung, ia menggunakan roda api untuk terbang ke puncak menara yang memiliki tinggi tiga ratus dua puluh lima meter. Namun sampai di puncak menara, Steve tak melihat Justin sama sekali. Ia merasa dibohongi oleh para musuh. “Bodoh! Kenapa aku percaya begitu saja dengan mereka?” Tiba-tiba angin kencang berhembus begitu kuat, sampai-sampai tubuh Steve ikut terseret. Angin itu membentuk bola, muncullah Will bersama Justin. Melihatnya, pria itu langsung melakukan p*********n besar-besaran terhadap musuh. “Sambutan yang menyenangkan.” Will maish menggendong Justin di pundaknya. “Lepaskan Justin sekarang juga!” Stau demi satu bola api di arahkan tanpa jeda sama sekali. Steve pun langsung berteleportasi tepat dibelakang Will. Seketika, ledakan besar terjadi karena angin dan api saling berbenturan satu sama lain. “Ternyata kekuatanmu sudah kembali normal. Kau sudah bisa beradaptasi di Planet Bumi.” Will masih mengambang di udara cukup tenang, sedangkan Steve terengah-engah karena terlalu mengeluarkan kekuatan dengan membabi buta. “Sialan!” teriak Steve mengeluarkan seluruh api ditubuhnya. Zack yang melihat api berkobar dari bawah menara langsung terbang menuju ke puncak dengan kekuatan apinya. Naasnya, banyak gumpalan tanah menghujami dirinya. Ternyata Martin sudah lebih dulu tiba dan berada tak jauh dari tempatnya berada. “Mau menyelamatkannya, jangan harap.” Martin menggunakan alas tanah untuk terbang mendekati Zack. Tentu saja untuk menghalanginya agar tak sampai ke puncak menara. “Tipuan rendahan!” siapa sangka Zack mengkloning dirinya menjadi dua orang. Seorang pria api yang langsung menyerang Martin sehingga terpaksa menggunakan dua kekuatan miliknya. “Kau!” tunjuk pria api semakin geram melihat Martin memiliki dua kekuatan. Tubuh Zack yang asli akhirnya mampu menghindari bola tanah dan sampai ke puncak. Zack melihat dua orang bertarung cukup sengit dan tiada henti. Bahkan beberapa ledakan kcil menghiasi pertempuran mereka di udara. “Menungguku,” kata Lion membawa seorang gadis di pundaknya. Zack pun menoleh, kaget ketika melihat wajah bocah yang dikenalnya. “Bagaimana kalian melakukan pekerjaan rendahan?” geram Zack tertahan, merasa kalau mereka sangat menjengkelkan. “Asalkan kami bisa menangkapmu. Apapun akan kami lakukan?” Lion membuat kurungan dari tanah. Bocah yang ada dikursi itu pun dikelilingi oleh mantra. Siapa sangka, pria itu bisa membuat mantra yang dapat membuat kekuatannya meningkat. Zack geram, mengeluarkan aura naga untuk menekan musuhnya. Sontak orang yang berkelahi langsung kehilangan kekuatannya. “Apa kau sudah gila? Aku bisa jatuh!” suara teriakan Steve menggema di udara, karena sedang melayang-layang jatuh ke bawah, Siap menghantam tanah. “s**t!” umpat Zack cukup keras. Pria itu tak punya pilihan lain, selain menarik aura naganya kembali. Siapa sangka, begitu aura ditarik sebuah hantaman keras dikepala terjadi padanya. Ternyata Martin langsung bertindak cepat saat aura naga menghilang. Darah segar pun menetes di dahi luamyan deras. Tapi Zack tidak merasakan sakit sama sekali. Ajaib, lukanya sembuh dengan cepat. “Kalian membuatku geram...!” teriak Zack membuat seluruh isi bumi bergejolak. Inikah kekuatan sesungguhnya dari naga. Padahal semua kekuatan belum terkumpul. Pria bertudung yang ada di hotel langsung menatap ke arah bulan yang berwarna merah. “Sepertinya, dia mau mengeluarkan energi besar-besaran. Haruskah aku bertindak? Cih, sungguh merepotkan. Matanya berkilat biru, sementara Hans yang pingsan langsung bangun. Matanya pun menyala sekilas. Pria itu melihat Niken yang terbaring lemah tak berdaya. “Aku harus pergi ke Menara Eiffel,” kata Hans sambil bangkit, meskipun rasa sakit dikepala masih menderanya. Meskipun sempoyongan, Hans berusaha keras keluar dari rumah. Bulan yang berwarna merah membuat hatinya bergejolak khawatir tidak menentu. “Semoga mereka baik-baik saja.” Saat melihat bulan itu, sepasang mata merah terlihat samar di udara. Hans terhenyak kaget, langsung bergegas menuju ke tempat Zack dan yang lainnya berada. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD