Bab 24

1221 Words
Zack berusaha membuka kedua matanya saat tubuhnya tiba-tiba di angkat oleh seseorang. Suara gemuruh bebatuan membuat pria itu hendak bergerak, tapi tak bisa sama sekali. Dia hanya bisa pasrah begitu saja. Hans yang berupaya keras membawa Zack ke tempat lebih aman sedang berjuang menghindari beberapa batu tersebut. Dan akhirnya, dia berada di tempat cukup aman untuk bersembunyi. Namun tiba-tiba tanah bergetar cukup hebat, dan tembok besar langsung muncul dari tanah. Tembok tanah yang sangat kokoh itu mampu menampung beberapa bebatuan baik besar maupun kecil. Martilah yang melakukan tidakan tersebut, tapi tujuannya bukan untuk menyelamatkan mereka, melainkan mengulur waktu agar Maxel segera pulih dari cideranya, begitu juga cidera Will. “Aku tak menyangka kau melakukan ini.” Justin terbang ke udara dengan air mengelilingi tubuhnya. Dia membentuk sebuah tombak es siap dilayang kepada dua orang lainnya yang sedang terluka parah. “Tapi, aku bukan orang bodoh yang tak tahu tujuanmu sebenarnya.” Martin tersenyum, pantas saja Raja Adeus terpilih menjadi raja di seluruh Planet Aques. Faktanya, dia begitu mudah menebak taktik sang lawannya. Sedangkan Steve yang tadinya mengeluarkan kekuatan besar pun perlahan mulai kelelahan. Tapi dia berusaha untuk teap dalam kondisi prima, dan berdiri di samping Justin. “Wah... kalian berdua sangat suka saling mengeroyok.” Lion berujar begitu nyaring di bawah sana, tak jauh dari tempat Martin berada. “Dua lawan dua akan menjadi adil.” Mereka pun tak segan mulai bertarungan begitu snegit dan hebat. Justin melawan Martin, lalu Steve melawan Lion. Keduanya beradu seimbang hingga tidak menyadari kalau Will sudah mulai pulih. Meskipun luka yang dihasilkan cukup serius, tapi ia berusaha untuk bangkit kembali. Mata Willy mencrai keberadaan Hans dan Zack. Senyum diwajahnya pun terbit kalah meliaht mereka berdua. “Aku tak peduli kalian bermusuhan sampai mati seklaipun.” Angin berhembus kencang menerpa Hans yang belum siap. Tubuh Zack sontak melayang di udara, tapi pria itu berusaha keras memegangnya. “Apa yang terjadi?” “Aku yang melakukannya,” celetuk seseorang dengan tiba-tiba tepat berada di samping kanan Hans. “Sebagai manusia biasa, seharusnya kau tak ikut campur. Duar Bunyi ledakan besar pun terjadi karena perkelihian ke empat orang yang tak jauh dari mereka berdua. Hans langsung menutup telinganya sambil menunduk, berpegangan erat kepada Zack yang masih setengah sadar. “Serahkan dia padaku dengan baik-baik.” Kondisi Zack begitu lemah pasca batu kehidupan elemen api masuk ke dalam tubuhnya. Karena itulah, Will mencari kesempatan untuk segera melenyapkan naga tersebut. “Tidak!” tolak Hans cukup cepat. “Hadapi aku dulu!” Pria itu terlihat menantang Will dengan penuh percaya diri. “Dasar semut!” teriak Willy cukup keras sambil mencekik Hans. Melihat temannya berada dalam bahaya, Zack mulai terlihat cemas. Pria itu merasa tidak berguna, dna hanya mengandalkan bantuan dari orang lain saja. Zack berusaha mengumpulkan energinya, tapi yang keluar malah aura naga. Sontak semua orang yang ada di sana langsung berhenti karena tekanan yang begitu hebat. “Sepertinya Zack sudah bangun.” Steve berusaha melirik ke arah Justin yang sedang bersimpuh. Dia terlihat kesakitan luar biasa. “Justin...” “Aku baik-baik saja. Leherku merasa tercekik.” Justin menatap Martin dan Lion bergantian. Mereka juga merasakan hal yang sama. Willy yang masih berusaha melawan tekanan itu tak kuasa, dan melepaskan Hans begitu saja. Melihat mereka semua dalam kondisi kurang prima, Zack perlahan mulai bangkit meskipun kesusahan. “Hans, apakah kau baik-baik saja?” tanya Zack terlihat khawatir. Anehnya Hans tidak emrasakan tekanan itu, dia bahkan terlihat biaa saja. “Aku tidak apa-apa. Kenapa mereka seperti kesakitan?” tanya Hans tidak emngetri. “Kita pergi dari sini, ke tempat aman,” pinta Zack sedikit memelas. Jujur kepalanya sangat pusing, sampai matanya sendiri berkunang-kunang tidak karuan. “Baiklah.” Zack terus mengeluarkan aura naganya untuk melindungi diri agar para musuh tidak mengejar. Begitu melewati Maxel yang pingsan, langkah kaki mereka berdua berhenti. “Apakah kita tidak menolongnya?” tanya Hans merasa iba. “Dia musuh. Kita pergi dari sini.” Willy yang melihat mereka pergi tak bisa berbuat seenaknya. Yang dilalukan hanya berteriak. “Kemanapun kalian lari, kalian akan tetap tertangkap!” Suaranya begiru keras sehingga membuat empat orang yang berada ditengah medan pertempuran menoleh ke sumbernya. “Tuan,” panggil Martin bersusah payah. “Sepertinya kita kehilangangan kesempatan baik.” “Kau tenang saja.” Martin berusaha bangkit melawna aura naga. Zack yang merasakan perlawan itu langsung melototkan mata menambah tekanan sehingga pemimpin asosiasi pemburu naga tersebut langsung batuk seteguk darah. “Tuan!” pekik Lion berusaha membantu, tapi karena tekanan itu mencekiknya, ia tak bisa berbuat banyak. Melihat Martin yang kewalahan, Steve pun merasa senang. Hanya saja, kapan aura naga itu hilang? “Justin, apakah kau punya cara lain?” Steve melirik Justin yang sedang duduk bersila. “Apa yang kau lakukan di saat seperti ini?” Justin diam, tapi siapa sangka bahwa jiwanya keluar dari tubuh untuk menghampiri Zack. Ternyata, pria itu sangat pintar. “Zack...,” panggil Justin. Zack menoleh dan sedikit terkejut. “Apa yang kau lakukan? Kau bodoh.” Hans yang tidak bisa melihat ruh, hanya diam melongo saja, bak orang bodoh. “Siapa yang kau panggil bodoh?” “Yang jelas bukan kau. Tapi dia,” tunjuk Zack kepada tubuh Justin yang sedang bersila. “Jangan bertanya apapun, Hans. Apakah kau mengerti?” Hans mengangguk patuh meskipun snagat penasaran. Zack pun menghela nafas panjang, “Kenapa kau mengeluarkan energi hanya untuk membuang waktu.” “Pergi ke sisi barat. Ada gua di sana. Selama pemulihan, sembunyi di tempat itu. Kondismu sangat rawan karena energi di dalam tubuhnya mulai menyatu.” Justin melihat pola energi api yang mulai bergerak masuk ke dalam tulang dan darahnya. “Jangan sampai ketahuan. Kami akan menjemputmu nanti.” Zack mengangguk, tanda mengerti. Pria itu mengajak Hans untuk segera pergi dari tempat tersebut. Tentu aura naga terus dikeluarkan. Karena misi sudah selesai, Justin pun kembali ke dalam tubuhnya. “Justin!” teriak Steve dengan kesal karena Justin tak menyahut sama sekali. Tidka lama kemudian, sang Raja Adeus membuka kedua matanya. Aura naga kian menipis, sehingga mereka mulai bisa bergera. Jika aura menipis, tandanya Zack sudah menjauh dari lokasi pertempuran. Justin langsung mengumpulkan kekuatannya kembali, dan tujuan kali ini adalah Willy. Willy sangat berbahaya, karena memiliki kekuatan cukup besar. Padaal cidera yang di alami cukup parah, tapi dia cepat pulih dan bebas bergerak. Aku akan mengunci kekuatan pria itu, geram Justin di dalam hati Martin yang merasa ada kejanggalan pun mulai menampakan wajah waspada. Pria itu snagat mencurigai Justin karena bersikap tenang. Apa rencana Raja Adeus? Sialan! Aku tak bisa menebaknya dengan baik. Karena kondisinya belum pulih, Martin memutuskan untuk mundur. “Lion, kita kembali ke markas.” “Tapi, Tuan,” tolak Lion kurang setuju. “Maxel terluka, begitu juga aku. Jika ini berlanjut, kita pasti tak akan selamat.” Martin akan membuat taktik lebih hebat lagi untuk menyerang balik mereka. “Lagi pula, naga itu sudah pergi.” Lion pun mencari keberadaan Zack, dan ternyata dia benar-benar sudah pergi alias kabur. “Jika Tuan Besar marah, aku tak sanggup bertahan.” “Aku yang akan menagggungnya.” Martin berusaha bangkit, kakinya dihentakkan beberapa kali. Sebuah lubang besar terlihat di sampingnya. “Suruh Willy untuk mundur.” Sangat menjengkelkan, batin Lion kesal setengah mati. Rencana Justin harus batal karena mereka mundur satu persatu. Dilain sisi, Steve tampak lega lantaran jika perkelahian diteruskan maka ia tak bisa lagi bertahan. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD