Justin turun ke jurang dan terkejut melihat banyak potongan daging berserakan di tanah. Matanya melihat ke arah dua manusia yang sedang duduk bersantai karena kelelahan. Steve terlihat mengomel-ngomel di depan Zack.
Sementara Zack masih acuh saja. Tidak memperdulikan burung beo yag sedang mengoceh ria itu. Justin yang melihat pemandangan tersebut tersenyum. Bukan sekali atau dua kali mereka berdebat hanya karena sepele. Yah, begitulah keduanya, saling tak mau mengalah satu sama lain. Tapi jika dijadikan partner mereka bisa membentu kerja sama yang baik.
“Jika saja kau tak bodoh terjun ke jurang? Aku tak akan berurusan dengan laba-laba besar itu.” Steve mulai membersihkan tangannya karena sangat lengket.
“Sekarang aku hanya manusia biasa. Kekuatanku tak ada. Jadi, jangan menyalahkanku.” Zack membelakangi Steve begitu saja. “Kalau aku kuat, kau tak perlu melindungiku.”
Selama menjadi Ares, Zack tak pernah mengeluh apapun pada penghuni Planet Aques. Dan sekarang mendengar Steve selalu saja menyalahkannya membuat hati tak enak.
“Sudah..., untuk apa kalian bertengkar. Hanya membuang waktu.” Justin menengahi pembicaraan mereka. “Sekarang kita kembali ke permukaan. Jangan membuang waktu.”
Mereka bertiga kembali ke permukaan dengan kekuatan yang dimiliki. Akhirnya, dua ornag dari mereka bisa bernafas lega.
“Sebentar lagi, matahari akan muncul. Kalian tahu kan apa artinya?” Justin menatap ke sisi timur. Tempat sang pusat surya hendak mengeluarkan cahayanya.
“Ah... aku tak suka ini. Jika mereka menemukan kita, pasti semuanya akan berakhir begitu saja.”
“Mereka juga memiliki kelemahan seperti kita. Ras campuran sendiri tak bisa mengeluarkan kekuatannya ketika matahari muncul.” Justin menaruh kedua tangannya dibalik pinggang.
"Aku rasa identitas mereka tidak sederhana, " kata Zack menduga-duga.
Kau benar, Zack. Sepertinya mereka banyak tahu tentang kita,” sahut Steve. “Jangan membuang waktu lagi. Sebelum matahari benar-benar muncul, kita harus ke puncak gunung sekarang.”
Justin dan Zack mengangguk, lalu mereka bertiga sepakat untuk pergi ke puncak gunung dengan kekuatan masing-masing. Steve menggunakan dua bola api di kaki untuk terbnag, sedangkan Justin menggunakan air untuk berjalan bersama dengan Zack.
Begitu sampai di puncak, ada angin topan kecil sebanyak lima kali mengelilingi mereka. “Alam atau buatan manusia!” pekik Steve mencari keberadaan manusia pengendali angin.
“Turun!” intruksi Justin.
“Aku tak suka ini!” Zack hendka mengeluarkan aura naganya. Seketika empat ornag yang bersembunyi dibalik semak langsung tercekik.
“Kau ingin membunuhku!” teriak Steve merasa kesakitan.
“Aku tak punya cara lain.”
Bukan Martin namanya kalau tak bisa menolak aura naga milik Zack. Pria itu menggunakan tanah untuk membuat tembok besar berbetuk kubus untuk menglindungi anak buahnya.
“Hilangkan energi kalian agar tidak ketahuan,” kata Martin bersikap waspada. Mereka mengangguk, memasang telinga lebar-lebar.
Kelima amngin tornado itu langsung berhenti seketika. Zack juga ikut menghentikan aur naganya. “Ada yang tidak beres,” kata pria itu sambil mengedarkan ke sekitar puncak gunung. Angin sepoi berakhirnya malam membuat dia merasakan sesuatu yang aneh.
Begitu matahari mulai tampak, kekuatan dinding kokoh milik Martin langsung berubah menjadi gundukan tanah. Mereka pun bersembunyi lagi di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh dua raja dan naga itu.
“Tuan, matahari sudah muncul. Haruskah kita berhenti menyerang?” tanya Maxel sambil terus menatap mereka bertiga yang mulai berjalan.
"Kita ahli dalam berkelahi. Jangan membuang waktu. Inilah sebabnya aku meminta kalian untuk berlatih fisik setiap hari."
Martin tahu kalau suatu hari nanti, kekuatannya akan tidka berguna jika melakukan misi penting seperti tersebut. Maka dari itu, dia meminta seluruh anak buahnya untuk latihan berkelahi.
“Ikuti mereka,” intruksi Martin-keluar dari persembunyian. Sebenarnya menyerang sekarang juga tak apa-apa. Tapi, menunggu ketiganya kelelahan adalah jalan terbaik.
“Will, kau pergi duluan untuk menghadang mereka.”
“Baik, Tuan.” Will pun bergegas pergi melakukan perintah.
“Dan kalian berdua, pergi ke sisi kanan dan kiri. Aku akan berada di belakang mereka. Tunggu intruksiku untuk melakukan p*********n. Siapkan senjata. Jangan menggunakan senjata api apapun. Kalian mengerti?”
“Kami mengerti!” jawab Lion dan Maxel serempak.
Saat mereka berpisah, Martin mengeluarkan pisaunya yang sudah dilumuri racun. Pisau itu khusus untuk Zack. “Aku akan menangkapmu, tapi tidak akan membuatmu mati.”
Kembali ke dua raja dan satu naga, mereka masih berjalan menuju ke puncak gunung. Steve sudah merasa kelelahan, begitu juga dengan Zack.
“Kita istirahat dulu. Lagi pula puncak gunung masih jauh,” pinta Steve sambil mengusap keirngat yang mulai bercucuran. Inikah rasanya jadi manusia biasa? Melakukan perjalanan yang melelahkan.
“Kita tak bisa menunda waktu lebih lama lagi,” kata Zack merasakan kehadiran orang asing dii sekitar. Dia memasang wajah waspada, menghunuskan tatapan tajam ke sekitar.
“Ada apa?” Justin merasa ada yang aneh dengan sirkulasi udara saat itu.
“Waspada!” teriak Zack balik badan. Benar saja, Will sudah berada dibelakang dan langsung menyerang Zack tanpa ampun dengan sebilah pisau.
“Mundur!” titah Zack kepada Justin dan Steve. Namun ketika mereka mundur ke belakang beberapa langkah, Maxel menyerang ke sisi kanan. Sedangkan Lion ke sisi kiri.
Sialan!” Steve tak tahan lagi, melayangkan pukulan demi pukulan ke arah Lion. Begitu pula dengan Justin. Mereka semua berkelahi satu sama lain dnegan tangan kosong, tapi tidak Will yang menggunakan pisaunya.
“Naga lemah sepertimu tak akan mampu mengalahkan kami!” Will terlatih di emdan pertempuran tanpa kekuatan. Fisik dan staminanya kuat. Di sini, Zack yang terlihat lemah akrena tak pernah menggerakkan otot sama sekali.
“Orang campuran rendahan!” maki Zack menggelegar, sambil mengeluarkan aura naganya, sontak semua orang yang ada di sana langsung tunduk. Tekanan yang begitu hebat itu membuat tubuh mereka berat ketika hendak bangkit.
Namun siapa sangka, karena terlalu fokus dengan aura naga yang dikeluarkan, Zack tidak menyadari bahwa Martin sedang menyergapnya lewat belakang. Dengan menembak obat bius ke tubuhnya.
“Serangga kecil!” geram Zack sambil menyentuh lehernya. Perlahan aura naga yang dikeluarkan mulai menghilang. Steve dan Justin mendongak, hendak membantu sang naga. Tapi karena kekuatannya terkuras habis kaki mereka tak mampu menyangga tubuh.
“Kau berhasil, Tuan,” kata Lion bertepuk tangan. Zack menghunuskan tatapan tajam ke arah musuh satu persatu.
“Lihat saja! Jika aku...” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Zack sudah ambruk duluan. Sedangkan Steve dan Justin berteriak bersama memanggil namanya.
“Apa yang kalian inginkan?” tanya Justin merasa terpojok.
“Kalian campuran sialan!” Steve juga tak kalah memaki mereka.
“Tutup mulutmu!” Maxel tak tahan mendnegar mereka berteriak, dan langsung memukul tengkuk keduanya bersamaan hingga pingsan.
“Uppsss... aku tak bisa mendengarnya ocehan mereka lagi.” Maxel berkata tanpa rasa bersalah sama sekali.
“Itu jauh lebih baik,” tambah Martin sambil memanggul tubuh Zack. “Bawa mereka ke markas terdekat.”
Semua orang mengangguk, melakukan tugas mereka untuk membawa Steven dan Justin menuruni gunung. Tidak lama berjalan mereka sampai ke sebuah gua. Letkanya lumayan terpelosok, tapi tak jauh dari puncak gunung.
“Apa yang akan kita lakukan pada mereka?” Will menatap Steve dan Justin bergantian. Sayang sekali, orang tampan seperti mereka harus terlibat dengan Martin yang terkenal kejam. “Mereka cukup tampan.”
“Will...! Hentikan ocehan gilamu!” Lion kesal karena Will bicara tak masuk akal.
“Ikat mereka. Masukkan ke dalam penjara yang sudah aku buat.” Martin menaruh pelan tubuh Zack, lalu meraba bagian dadanya. Meskipun dia lemah, tapi aura naga yang dimiliki begitu kuat. Berarti tubuh yang di diami sangat cocok.
Tak ingin menunggu lama, Martin langsung menghunuskan benda tajam tepat di d**a Zack hingga mata pria itu langsung terbuka lalu pingsan seketika.
“Apa yang kau lakukan, Tuan?” tanya Maxel penasaran.
“Mencoba mengeluarkan bola kehidupan jiwa naga.” Martin mengamati reaksi Zack, tapi tak ada perubahan sama sekali. Yang ada darah terus saja merembes keluar. “Jiwa naga sudha menyatu dalam tubuhnya.”
Martin mengira kalau bola kehidupan jiwa naga berada di jantung. Tapi nyatanya tidak, benda itu sudah menyantu melalui darah dan tulangnya.”
“Kalua dia mati. dia akan marah.” Terdapat kekawatiran di mata Maxel, lalu matanya menatap Will yang acuh. “Jangan membocorkan kejadian hari ini.”
“Aku tak peduli sama sekali. Aku hanya menjalankan tugasku saja.” Will mengikat kaki dan tangan Steve, Justin secara bergantian. “Lagi pula, tujuan dia datang kemari kan untuk membunuh naga itu.”
“Tuan, kau terlalu gegabah,” tambah Lion melihat suara kaki seseorang yang mendekat. Seketika mereka langsung terdiam, mampertajam pendengaran masing-masing.
Bersambung