Bukan perkara mudah membunuh naga yang sudah menyatu dengan tubuh manusia. Meskipun hewan itu di tusuk ribuan kali pun tak akan mati. Kekuatan penyembuh yang dimiliki akan bereaksi dengan cepat.
Sebenarnya sangat sulit menemukan tubuh yang cocok untuk jiwa naga. Kebanyakan dari tubuh manusia yang dimasuki tak akan bertahan lama. Tapi kasus Zack sangat spesial, dan tak ada yang tahu rahasia dibalik tubuhnya.
Martin bangkit setelah mencabut pisau dari d**a Zack. Ajaibnya, luka milik pria itu sembuh seketika. Bukan hal baru lagi bahwa luka naga akan sembuh dengan cepat.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya seseorang bertudung hitam. Wajahnya masih disembunyikan dan jarang diekspos. Makanya tak banyak dari para pemburu naga tahu dia.
“Ka-kami tidak melakukan apapun,” jawab Lion tergagap, melirik sekilas ke arah Zack yang darah segarnya masih terisisa di kaosnya.
“Tuan..., kenapa Anda datang ke tempat kumuh seperti ini?" Will mencoba mengalihkan perhatian.
“Untuk melihat kinerja kalian. Sampai disini, biar aku yang mengendalikan situasi. Kalian istirahatlah.” Dia berjalan mendekati Zack, dahinya berkerut ketika melihat ada noda darah segar di tubuh pria itu. “Sepertinya, kau melakukan hal yang tak perlu, Martin.”
Dia mengeluarkan bola api langsung di arahkan ke Martin hingga tekanan besar itu membuat tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang. Api pun langsung menempel di kaosnya. Lion dan Maxel langsung bertindak memadamkan api.
Dia, pemimpin asli asosiasi pemburu naga. Seorang campuran yang memiliki kekuatan tanpa batas, seperti layaknya naga. Pria itu meskipun siang hari dapat mengeluarkan elemen api yang dimiliki. Hanya saja harus ada harga yang dibayar. Dan itu masih menjadi rahasia.
“Maafkan saya , Tuan.” Martin menunduk hormat, takut kalau tuannya lepas kendali.
“Pergilah... aku maish berbaik hati,” pinta pria itu terus menatap Zack dari atas sampai bawah.
Mereka pun memilih pergi meninggalkan pria yang masih saja berdiri di depan sang naga. “Aku dan kau sama. Berada di situasi yang sulit.”
Pria itu menekan sesuatu di dinding gua, sontak beberapa besi langsung turun memberi sekat, layaknya sel yang ada di penjara.
“Cepat bangun.” Dia pergi meninggalkan Zack yang masih pingsan. Beberapa menit kemudian Zack bangun dalam kondisi tubuh yang sangat letih.
“Sialan...! Aku merasakan sakit luar biasa.” Dia meraba dadanya yang nyeri dan sesak. Begitu merasakan basah, reflesk langsung berdiri. “Apa ini? pekiknya sambil melihat sesuatu yang basah itu. Warna merah segar dan berbau amis. “Kurang ajar!” geramnya tertahan, membuka paksa pakaiannya.
“Ini hilang!” Dia bahkan meraba-raba kulitnya dengan perlahan, lalu tawanya pecah seketika. Pria itu masih belum menyadari kalau situasinya tidak menguntungkan.
“Berisik!” sela seseorang tak jauh darinya. Zack mengedarkan pandangannya, baru mengingat kalau tertangkap oleh musuh. “Sel..., aku sampai lupa kalau tertangkap.”
Zack maju beberapa langkah ke depan, mencari orang yang bersuara tadi. “Siapa kau?” tanyanya berteriak cukup nyaring.
“Zack!” panggil Justin di sisi kanan sedikit jauh darinya. Steve terlihat masih pingsan karena pukulan yang dilayangkan cukup kuat. “Apakah kau baik-baik saja?”
“Mereka menusuk jantungku!” jawab Zack terus mencari suara asing yang menyela bicaranya tadi.
“Hentikan ocehanmu. Aku sedang tidur,” kata seorang pria yang terdengar ditelinga Zack.
“Kenapa kau hanya diam, Zack?” tanya Justin di ujung sana.
“Tutup mulutmu sebentar!” Zack mencari keberadaan orang yang tadi. Dia sedikit terkejut ternyata pria itu berada di sel sebelahnya dengan kondisi cukup mengenaskan. Seluruh luka di sekujur tubuh membuatnya ngeri.
“Sialan kau, Zack!” teriak Justin berusaha melepaskan diri, tapi tak bisa karena rantai terlalu kuat.
Zack menghiraukan Justin karena lebih fokus kepada pria muda yang masih meringkuk itu. “Apakah kau baik-baik saja?”
Pria muda itu berusaha bangkit, tersenyum dengan wajah lembutnya membuat Zack terperangah. “Sudah terbiasa. Jadi tak masalah.”
Kenapa kau bisa berakhir seperti ini?” Zack penasaran dengan pria itu.
“Aku adalah salah satu pemuda desa yang tanpa sengaja mendengar rencana mereka waktu mencari kayu bakar.” Pria itu mulai mendekat ke arah Zack. “Mereka adalah pemburu naga.”
Mata Zack melotot, tak bisa berkata satu kata pun. Bagaimana bisa di bumi adalah pemburu naga? Siapa dalang dibalik terbentuknya organisasi itu?
“Tapi tenang..., aku punya ini.” Pria muda itu menunjukkan kunci kepada Zack. “Aku merebutnya tanpa sepengetahuan mereka. Jadi, kita bisa keluar dari sini bersama-sama.”
“Berapa lama kau terkurung disini?” Zack duduk sila, menghadap pemuda itu. Sekat besi yang menjadi pembatas mereka berdua hanya bisa berdiri tegak saja.
“Dua hari, dua malam.” Pria muda itu pun meraih tangan Zack. “Namaku Hans.”
“Aku Zack,” katanya dengan singkat, merasa sangat canggung luar biasa. Hans mulai bangkit perlahan menuju ke gembok tak jauh darinya. Begitu memasukan salah satu kunci, gembok terbuka. Bunyi pintu digeser terdengar jelas.
“Siapa itu?” tanya Justin yang masih berusaha melepaskan rantai tersebut. Hans melewati Zack yang masih duduk, lalu dia langsung bangkit.
“Kenapa kau tak mengeluarkan aku?” tanya Zack sambil berteriak.
Langkah kaki Hans berhenti seketika, “Kalau aku mengeluarkanmu, apakah aku diperbolehkan untuk bersamamu.”
Justin yang mendengar perkataan pria asing itu terkejut. Jika dia ikut, maka akan menambah beban hidup mereka. “Zack..., jangan diperbolehkan!”
Menunggu matahari tenggelam adalah salah satu cara agar mereka bisa keluar dari ruang yang pengap itu. Dengan kekuatan elemen api milik Steve, bisa membakar besi dengan mudah.
“Aku setuju,” jawab Zack tanpa pikir panjang membuat Justin kesal setengah mati.
“Dasar bodoh! Kau membuat semuanya jadi rumit!” Teriakan Justin membuat Steve yang tadinya pingsan langsung membuka kedua matanya.
“Telingaku sakit,” eluh pria itu sambil menggosok-gosok telinganya sendiri.
“Kau sudah bangun. Zack seenaknya membuat keputusan sendiri.” Justin terlihat marah, mengoceh di depan Steve tiada habisnya. Tidak lama kemudian, Hans datang membuka pintu sel. Melihat pria muda itu, mulut Justin langsung bungkam seketika.
Pasti sangat sakit. Pantas saja Zack memperbolehkan dia ikut bergabung. Tapi, dia hanya manusia biasa.
“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Zack berada di belakang Hans. Pria itu pun menghampiri Justin dan Steve untuk membuka rantai yang mengikat mereka.
“Siapa namamu?” tanya Steve sarkasme.
“Hans Walker.” Hans menyentuh lengannya sendiri sambil menunduk.
“Maafkan perkataanku tadi.” Justin berusaha bangkit, mendesah ringan karena pergelangan kakinya memar.
“Tidak apa-apa,” kata Hans sambil tersenyum polos.
Wajah itu membuat Steve tak bisa berkata apa-apa. Dia sendiri juga merasa bersalah karena tanya nama dengan kasar.
“Kita pergi dari sini. Sebelum mereka kembali.” Zack berjalan terlebih dahulu, diikuti mereka bertiga keluar drai ruang penjara. Setelah mereka pergi, sosok bertudung itu tersenyum berada di kegelapan.
“Aku rasa, kita akan mulai permainanya, Zack. Insting hewan atau kemanusian yang lebih mendominasi dirimu yang sekarang.” Pria itu pun pergi menuju ke suatu tempat. Ada ruang rahasia yang menghubungkan penjara itu.
Saat pintu terbuka, empat orang yang sedang duduk menoleh ke arahnya. “Rencana sudah berhasil. Tinggal menunggu waktunya. Jika dia sudah mendapatkan bola kehidupan elemen api, maka bunuh dia. Kondisi saat penerimaan kekuatan akan buruk dan lemah.”
“Baik, Tuan,” jawab mereka serempak. Tapi Martin seakan ragu dengan tugas itu karena Zack adalah manusia. Dalam kamus hidupnya, dia tak pernah membunuh manusia sekalipun. Akankah Martin goyah dengan pendiriannya?
Bersambung