Bab 29

1258 Words
Lanka berjalan di depan Amerta dengan perlahan. Meskipun kondisi tubuhnya lemah, ia tak akan berdiam diri begitu saja. Tentu rencanannya harus dijalankan. Sementara Amerta terus menatap punggung yang pura-pura kuat tersebut. Sampai kapan Lanka bertahan hidup? Melihat kondisi tubuhnya saja semua orang tahu, bahwa waktunnya tidak banyak. Meskipun nanti sang tuan berhasil mendapatkan kekuatan naga untuk membuka pola bintang, tapi kemungkinan besar dia tidak dapat diselamatkan. Sungguh waktu yang percuma, batin Amerta menggelengkan kepalanya. “Aku masih ragu denganmu, Amerta,” kata Lanka tanpa mengehntikan langkahnya. Lorong yang gelap itu membuat suasana tambah hening walau ada beberapa lampu yang menyala. Apa tujuan Amerta masih ambigu, dan Lanka harus hati-hati dalam bertindak. “Kau musuh, atau kawan? Bagiku masih abu-abu.” “Tuan, aku rasa kau tak perlu menaruh kepercayaan kepadaku.” Amerta tersenyum tipis. “Dimasa lalu, aku menghianati naga, besar kemungkinan aku menghianatimu juga.” Cerita yang dijelaskan oleh Amerta membuat Lanka bimbang, Kenapa dia memberikan ramuan pelepas jiwa? Dan kenapa dia mencoba menghianati naga? Ia sendiri tak menggerti sama sekali. “Aku akan melihat kinerjamu dalam mengurus ksatria pilihanku,” kata Lanka sambil menghentikan langkah kakinya di depan pintu besar berwatna keemasan. Ketika pintu tersebut dibuka, di dalam ruangan tampak silau. Mata Amerta terbelalak melihat beberpaa ksatria terpilih yang sedang berbaris. Totalnya ada sepuluh orang. Dan kekuatan mereka tak main-main. Dari mana dia mendapatkan mereka? Sangat sedikit orang yang memiliki kekuatan karena banyak dari mereka mati di medan pertempuran. Makanya Amerta terlihat kebingungan. Sepuluh orang itu pun menunduk hormat kepada Lanka, tapi tidak kepadanya. “Aku membawa seseorang yang akan bergabung dengan kalian.” Lanka muali bicara. “Aku harap kalian dapat bekerjasama dengannya.” Sepuluh orang itu tampak tak merespon, tapi di dalam hati mereka ada rasa benci yang tak dapat di ukir dengan jelas. Dua di antara mereka saling pandnag satu sama lain, tersenyum penuh misteri. “Kami setuju,” jawab mereka serempak. Amerta terlihat lega, tapi bukan berarti hidupnya akan mudah jika bersama mereka. Dapat dilihat aura kebencian berkoar-koar membara tiada henti. Sementara itu, Steve yang namanya dipanggil oleh seorang anak kecil pun tersenyum profesional. Mereka terlihat senang, slaing bersorak karena kedatangan seorang seleb. Sungguh di luar dugaan, bahkan anak-anak sangat antusias. “Zack..., aku harus segera pergi dari sini,” bisik Steve masih tersenyum. “Aku serahkan semuanya kepadamu.” Inginnya melihat Zack dalam kondisi kesulitan. Tapi ia sendiri mengalami kesulitan tersebut. Sungguh sebuah karma padahal belum bertindak. “Karena aku hanya mengantarmu, jadi aku akan pergi!” Steve melambaikan tangan. Para bocah iu berteriak memanggilnya tiada henti. “Sayang sekali dia harus pergi.” “Ibuku sangat menyukainya. Seharusnya aku minta tanda tangan.” “Dia sangat tampan. Aku mau dia jadi ayahku.” “Tidak...! Aku tidak menyetujuinya. Dia idola semua orang. Kau tak boleh memilikknya.” Masih banyak lagi celoteh anak-anak yang membicarakan Steve tiada henti. Padahal pria itu sudah masuk ke dalam mobil. Beruntung ada pagar besi yang menjadi penghalang. Jika tidak, tamatlah sudah. Lalu, bagaimana dengan Zack? Ia mencoba membujuk Steve untuk ikut masuk. “Jika kau pergi, aku akan membakarmu!” “Lalukan saja, karena kita sesama api!” Steve mengunci pintu mobil yang berusaha dibuka oleh Zack. “Kita pergi skearang!” Mobil tersebut melaju dengan cepat meninggalkan arena itu. “Sialan dia!” geram Zack tertahan. Pria itu tak punya pilihan lain, jadi mau tidak mau demi mendapatkan petunjuk dari bola kehidupan selanjutnya, ia memilih masuk ke tempat itu. Seorang wanita paruh baya langsung menyambutnya. “Pasti kau Zack. Tuan Justin sudah menghubungiku. Silahkan masuk.” Semua anak yang ada disana melihatnya tiada henti, tapi tak lama kemudian mereka kembali ke aktivitasnya masing-masing. “Jadi, tugasmu adalah menjadi pengawas dari mereka semua. Tapi ada tugas yang sangat penting.” Wanita itu membuka sebuah pintu berwarna biru. Terdapat seorang gadis kecil yang sedang menundukkan kepala. “Dia adalah Emma Geraldin. Mulai sekarang kau pengasuh pribadinya.” Wanita itu duduk jongkok di depan Emma. “Em..., aku membawa seseorang untukmu.” Gadis itu mendongak, menatap manik Zack, kemudian membuang mukanya dengan cepat. Apa-apaan reaksi itu, apakah aku monster di depannya.” “Ikut denganku.” Wanita tersebut mengajak Zack ke kantornya untuk memberikan sebuah berkas. “Kau bisa baca itu.” Satu persatu, Zack membaca kertas itu. “Aku bukan orang profesional. Kenapa aku harus mengasuh gadis yang memiliki ganguan di otaknya.” “Banyak yang profesional sudah angkat tangan karena metode mereka. Jika kau cocok dengan Emma, meskipun bukan profesional tak masalah.” Wanita itu memberikan alamat rumah Emma. “Nona Emely berharap kau melakukan yang terbaik. Tentu bayarannya akan sangat mahal.” Itu bukan perkara uang, tapi bisa tidaknya Zack melakukan tugas yang menurutnya berat. Haruskah dia berhenti? “Sekarang kau boleh kembali. Nanti sore pergilah ke rumah Emma. Jangan lupa bawa semua barang-barangmu kesana,” kata wanita itu lagi. “Tunggu! Barang!” pekik Zack tak percaya. “Kasus Emma spesial. Jadi, kau harus tinggal bersamanya. Di akhir pekan, datang ke sini untuk mengawasi anak-anak. Intinya Zack melakukan dua pekerjaan dalam sebulan. “Ini tak adil... kau memintaku menjadi pengawas gadis itu dan pengawas anak-anak yang ada di tempat ini?” tanya Zack tak sudi karena diperintah oleh manusia. “Tuan Justin sudah setuju. Lagi pula aku adalah pemilik tempat ini sekaligus dokter. Sementara kau adalah asistenku,” jawab wanita itu membuat mulut Zack terkunci rapat. Sialan betul, hanya itu yang keluar dari hatinya. “Aku mengerti.” Zack pergi meninggalkan wanita yang tengah tersenyum menatap punggungnya. Tak lupa dia mengirim pesan kepada seseorang. Siapa lagi kalau bukan Justin? Pria itu tampak tersenyum saat membaca pesannya. Ia yang masih berada di balkon melihat Steve keluar dari mobil. “Aku rasa. Biarkan dia menemukan jalan pulang.” Justin balik badan, sedikit terkejut melihat Hans yang duduk tak jauh darinya. “Bukankah kau tidur?” tanya Justin dengan nada dingin. “Aku menunggumu untuk mengajak makan.” Bunyi keroncongan terdengar jelas di telinga Justin. “Ikut denganku,” katanya sambil berjalan mendahului. Hans tampak riang karena akan mendapatkan jatah makan. Belum juga mereka keluar dari kamar hotel, Steve sudah masuk duluan sambil membawa beberapa pelayan yang membawa makanan. “Kalian pasti sudah lapar. Sajikan semuanya!” Semua pelayan mengangguk, mengikuti perintah Steve. Hans langsung menyantap tiada henti. “Kau membuang uang,” kata Justina menatap ke arah pintu. “Mencari Zack? Aku sudah mengirim sopirku kembali?” “Kenapa kau pulang dulu? Bukankah kau sangat antusias tadi?” Justin duduk dengan tenang, mengetuk meja untuk menunggu jawaban dari Steve. “Karena aku terkenal, para bocah itu mengetahui identitasku.” Beruntung saja hotel tersebut menyembunyikan identitasnya dengan baik. Sehingga para pelayan dan stafnya tidak begitu peduli. Tapi, ada juga pengunjung yang masih mengenalinya, padahal ia sendiri menyangkal indentitas tersebut. Selesai dengan aktifitas mereka, Zack pun tiba. Wajah kelelahan dan frustasi nampak jelas. Pria itu tak memperdulikan mereka bertiga yang sedang mengoceh ria tiada henti. Justin bangkit, membawa sepiring makanan untuk pria itu. “Apakah kau baik-baik saja?” tanyanya sambil duduk disamping Zack. Zack diam, mengambil makanan yang aa ditangan Justin. Setelah beberapa suap, piring tersebut di kembalikan lagi ke tangannya. “Aku lelah..., ingin tidur,” kata Zack sambil menutup pintu cukup kasar membuat semua ornag yang ada di sana tampak terkejut. “Dia merajuk seperti anak kecil,” kata Steve merasa Zack menjadi naga yang labil. Justin menghela nafas kasar sambil menatap pintu kamar yang dimasuki oleh Zack. Pasti snagat sulit sebagai naga beradaptasi menjadi manusia, pikirnya merasa tidak bisa membantu sama sekali. Aku hanya bisa mengarahkanmu saja, Zack. Dan semua tergantung kinerjamu. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD