Bab 42

1134 Words
Amerta pergi ke perpustakaan dikala waktu luangnya. Meskipun kekuatannya telah hilang, dalam latihan mereka tidak longgar sama sekali. Tujuannya kali ini pergi ke tempat itu adalah mengumpulkan informasi lebih mendetail tentang perpindahan jiwa. Walau Amerta sudah menggunakan tubuh yang sesuai untuk Ares, tapi tetap saja rasa cemas masih menggerogoti tubuhnya. Dua tahun lalu, Amerta pergi ke bumi untuk mencari raga yang cocok. Sangat sulit menemukan tubuh yang sesuai, tapi ia tetap berusaha keras sehingga berhasil menemukan satu orang. Zack Winter, adalah orang yang cocok dengan naga Ares. Pria itu lahir di malam bintang jatuh, dan merupakan ras campuran. Hanya saja, ia adalah anak buangan karena tidak diharapkan. Kenapa Amerta bisa tahu? Karena ia menyelidiki asal-usul Zack. Sebagai orang kepercayaan Ares, tentu semuanya harus dilakukan dengan baik. Sampai akhirnya, ia memberi tanda pada Zack sebuah tato naga kasat mata agar jiwa Ares bisa masuk ke tubuh tanpa halangan apapun. “Memikirkan semua usahaku saja membuatku merinding.” Amerta mengambil buku tebal yang tak jauh darinya berdiri. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Moran dengan wajah curiganya. “Kau selalu saja memataiku. Cobalah bersikap lunak.” “Itu karena kau adalah seorang penghianat, Amerta.” Amerta balik badan, bersikap tenang di depan Moran. Mereka saudara kembar, tapi tidak identik sama sekali. Bukan hanya tidak identik, pendapat mereka pun sering kali berbeda, bahkan sifat sangat bertolak belakang. “Kau sudah berjanji tak akan mengusikku.” “Jika itu berhubungan dengan Tuan Lanka, maka aku maju duluan.” “Kenapa?” tanya Amerta. “Apakah kau mencintai pria itu?” Wow! Pertanyaan itu sukses membuat Moran kehilanagan kendali. Mencintai iya. Baginya Lanka adalah seorang malaikat yang berada ditengah para penjahat. “A-apa yang kau bicakan? Aku tidak.” Wanita itu membuang muka ke arah lain. “Anggap aku mati. Dan jangan memperdulikan apapun tentangku.” Amerta menghela nafas panjang, hendak melangkah tapi tangannya dicekal oleh Moran. Tanpa sengaja, lengannya sobek. Mata Wanita itu terbelalak ketika menyadari kalau tanda kekuatan saudaranya tak lagi nampak. “Apa yang terjadi? Kenapa tanda kekuatanmu menghilang? Katakan padaku, Amerta!” Pertanyaan itu terus ditanyakan oleh Moran hingga telinga Amerta gatal mendengarnya. “Aku sudah bilang..., jangan ikut campur urusanku!” sentak Amerta untuk pertama kalinya selama mereka hidup bersama. Moran terkejut, tapi ia bersikap biasa. “Jika kau hidup seperti ini, kau akan mati. Sekarang kau jadi penghianat, aku yakin banyak musuh yang mengejarmu.” Amerta tak peduli dengan omongan Moran, malah ia lebih memilih pergi dengan acuh. Sedangkan wanita itu masih menyimpan berpuluh-puluh pertanyaan untuknya. “Kenapa kau jadi seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi?” Banyak yang disembunyikan oleh Amerta dan Moran tidak tahu akan hal itu. Wanita tersebut bergegas keluar ruangan tanpa menyadari ada seseorang yang bersembunyi di dalam perpustakaan di sudut ruang yang gelap. Kedua mata merahnya menyala terang, langsung menerbangkan kertas origami dengan kekuatan sihirnya. “Tugasmu ke bumi. Beri tahu tuan semuanya.” Kertas itu pun terbang tinggi, melewati langit menembus ke ruang angkasa. Beberapa meteor dan planet-planet dilewatinya. Sampai akhirnya, ada planet yang begitu indah, tampak biru dan hijau dari jauh. Benda itu langsung menukik tajam, terbang dengan kecepatan penuh menuju ke sebuah hotel. Pria bertudung yang melihat ada pesan dari bawahannya bergegas membuka jendela ruangan. “Setelah sekian lama, ternyata dia berguna juga.” Benda itu pun mendarat di telapak tangannya, lalu berubah menjadi kertas yang bertuliskan banyak informasi. “Moran dan Amerta memiliki hubungan cukup unik,” kata pria bertudung itu sambil tersenyum. “Aku rasa, adikku sudah cukup dewasa mengambil keputusan.” Kertas itu pun dibuang begitu saja, “Kembali ke tuanmu. Bilang padanya untuk mengawasi mereka lebih lanjut lagi.” Tulisan dikertas berubah, seketika membentuk origami kembali. Dia pun terbang, jelas kembali ke pemiliknya. Mendapat sebuah kabar, rasa kerinduan untuk snag adik terobati. “Sekarang, aku akan menunggu sebuah emas yang terkumpul.” Tawanya pecah seketika, menggelegar diseluruh ruangan. Kalah bukan berarti tak punya kesempatan. Dia akan memupuk kesempatan itu menjadi kemenangan yang besar. Lalu, bagaima dengan kondisi Zack? Setelah kekuatan bola kehidupan elemen tanah benar-benar masuk ke dalam tubuhnya, pria itu langsung pingsan. Walapu bagaimanapun, ia adalah seorang manusia biasa. Bisa hidup setelah mendapatkan kekuatan besar itu adalah keajaiban. Ajaibnya tubuh Zack sangat mampu menerimanya dnegan baik, meskipun butuh waktu yang cukup lama. Karena bola itu sudah merasuk ke tulang Zack, tanah yang membentuk piramida itu langsung retak dna hancur. Tubuh pria itu pun turun dengan kecepatan penuh hendak menyentuh tanah, tapi karena kekuatan air yang dimiliki Justin, dia jatuh tanpa cidera. “Kita cari tempat lain, karena hotel tak aman,” kata Justin. “Ke rumah Emma saja. Aku yakin di sana aman.” Steve yang menggendong Emma langsung masuk ke dalam mobil. Justin hendak menyetujui, tapi ada keraguan. Pria itu menatap bulan yang bersinar terang. Untuk sekarang sangat aman, karena Martin beserta anteknya sudah terluka parah. “Kapan kau akan muncul? Aku tahu, kau adalah dia. Orang kejam yang membinasakan emat negara dalam waktu satu bulan. Apa tujuanmu sebenarnya?” Karena masih tenggelam dalam pemikirannnya yang mendalam, Justin tak menyadari kedatangan Hans. “Zack...” panggil pria itu tampak cemas. “Hai, Hans. Seret Justin masuk ke dalam mobil. Dia sedang linglung!” kata Steve. Hans mengangguk, menyeret Justin yang sedang menggendong Zack. Mereka pun masuk ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Di dalam alam bawah sadar Zack, dunia yang dihadapi sekarang adalah dunia tanpa warna. Hany ada hitam dan putih. Ia diam ditengah ruangan dengan wajah kebingungan. “Dimana aku?” Zack mengedarkan seluruh pandangannya. Dalam sekejap, ia sudah berada di gua yang cukup gelap. “Sialan..., aku merasa tercekik.” Zack berjalan menelusuri gua, dengan menggunakan instingnya. Entah berjalan ke arah mana, ia sendiri juga tak tahu sama sekali. Yang jelas, terus melangkahkan kaki tiada henti. “Zack...,” panggil seseorang dengan suara familiar ditelinganya. Langkah kaki Zack terhenti seketika. Begitu ia menoleh, matanya terbelalak kaget. Di depannya sekarang adalah seserang yang dikenalnya. “Emma....” panggil Zack penuh rasa kaish sayang. Sejak kapan? Entahlah, ia sendiri juga tak tahu, kenapa rasa sayang itu muncul kepada seornag gadis yang baru saja dikenal. Ikatan itu ada hubungannya dengan bola kehidupan elemen tanah, jadi wajar saja kalau mereka mudah sekali terhubung. Lalu, bagaimana Emma bisa memiliki batu kehidupan elemen tanah di dalam tubuhnya? Itulah teka-teki yang masih belum terjawab. “Emma....” Zack memanggil gadis itu dengan hangat, lalu langsung berlair memeluknya. “Aku tahu kau akan selamat. Kau tak akan meninggalkanku.” “Apakah kau menangis?” tanya Emma, sedikit mengejek. “Tidak!” Zack melepas pelukan mereka. “Apa yang kau lakukan di dalam gua yang pengap dan gelap ini, Emma?” Pria itu tampak curiga, meskipun hanya sedikit. Emma yang ada dihadapannya memanglah dia, tapi ada hal yang janggal. Apakah aku berada bermimpi? Jika iya, tapi kenapa aku merasa sangat nyata? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD