Bab 41

1185 Words
Tanah terus bergetar tiada henti hingga membuat retakan demi retakan yang tidak terhindarkan. Bumi yang bergejolak itu merupakan pertanda alam bahwa kekuatan bola kehidupan elemen tanah akan segera tampak. Justin yang sudah bersiap untuk melelehkan tanah keras tersebut mengarahkan air yang di ambil dari Sungai Shine. Namun air itu jatuh karena kosentrasinya pecah. Tanah menggumpal tersebut retak saat tangan Zack menyentuhnya. “Emma...,” panggil pria itu lagi dengan wajah sendunya. Air mata Zack tidak berhenti mengalir, malah terus menetes tiada henti. Melihat Zack yang menangis, Steve dan Justin tertegun sejenak. Dalam benak mereka, naga itu ternyata bisa memiliki perasaan layaknya manusia juga. Pasti ada alasan, kenapa bola kehidupan tersebar? Besar kemungkinan memang kehendak dari sang kuasa. Para penduduk Planet Aques, mengenal Tuhan mereka dengan sebutan Dewa. Hal-hal spiritual yang begitu kental sangat dihargai. Bahkan seorang peramal pun diyakini dekat dengan Dewa Matahari. Mereka menganggap kalau peramal adalah utusan dari Dewa Matahari. Karena keyakinan itulah, Amerta melakukan semuanya untuk mencegah bencana. Dimana sang pemberontak akan membunuh satu-satunya naga pelindung. Dan demi menyelamatkan naga, Amerta mengorbankan banyak hal untuk mengembalikan kejayaan Planet Aques. Namun sayangnya, dia diklaim menjadi pengkhianat. Zack yang masih menyentuh tanah liat tersebut. Retakan itu mulai meluas sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya, tanah yang tadinya keras menjadi pasir. Ketiga pria itu terkejut melihat sebuah patung yang menyerupai Emma. Bagaimana bisa bocah tersebut menjadi seperti itu? Kembali ke beberapa waktu sebelum terjadi ledakan. Api yang mulai menyebar hendak mengenai minyak sudah diketahui terlebih dulu oleh Emma. Gadis kecil tersebut semakin gelisah dalam satu waktu. Perasaan cemas yang menyelimutinya sungguh menggerogoti tubuh tiada henti. Air mata Emma terus menenets, berharap semua hal yang menimpa padanya akan sirna seketika. Bayangan-bayangan Zack yang membekas di hati terlihat jelas. “Zack... aku ingin kau bisa mendengar suaraku.” Emma berusaha untuk keluar lewat pintu, tapi usahanya sia-sia saja. Begitu api sudah mulai mendekati tong minyak, gadis itu berteriak menutup kedua matanya. Waktu seakan melambat di depan Emma. Meskipun ledakan besar itu terjadi. Sesuatu yang ada di dalam tubuhnya bersinar. Jantung sebelah kiri mengeluarkan sinar berwarna putih kecoklatan. Gadis itu meringkukkan badan saat api mulai melahab semuanya. Emma terus saja berteriak cukup keras sampai mengundang beberapa getara-getaran didalam tanah. Namun siapa sangka, dengan secepat kilat ada tanah yang melindungi dirinya, membentuk bola sehingga ia selamat dari ledakan. Setelah kejadian itu, mata Emma tertutup begitu saja, seolah mati suri dan tidak bisa mendnegar apa-apa. Perlahan tubuhnya mengeras, dan bola air kenyal yang melindungi dirinya pun berbaur dengan tanah itu sehingga mengeras dalam satu waktu Dan sekarang, hasilnya Emma menjadi sebuah patung. Tanpa sadar, Zack memeluk gadis itu cukup erat, menyalurkan segala kesedihannya. Emma yang cuek dengan sekitar, dan yang berusaha hidup dalam kekosongan harus menderita seperti itu. Sejak kapan Zack peduli? Ia sendiri juga tak tahu. Mungkin karena perasaan mereka terhubung sehingga membuat jalinan kasih sayang begitu erat. “Emma....!” teriak Zack menggelegar di udara, memeluk patung itu dengan erat. Tiba-tiba awan mengumpul menjadi satu, bunyi guntur dan kilatan pun terdengar cukup jelas di telinga. Tak lama kemudian, hujan mengguyur sangat lebat. Zack masih memeluk gadis itu dengan erat. Sementara Justin dan Steve memilih menepi dibawah pohon. “Apakah kita hanya akan menjadi penonton saja, Jus?” tanya Steve yang tak menegrti dengan keadaan sekitar. “Biarkan dia seperti itu, merasakan perasaan yang bergejolak di dalam hati. Kita tak bisa ikut campur dengan urusan mereka.” Justin menatap langit yang terus mengeluarkan air hujan itu. “Kenapa prosesnya lama sekali?” Steve merasa tidak sabar, lelah menunggu dan juga energinya terkuras karena pertempuran. “Yang jadi kewaspadaan kita adalah, siapa dalang dibalik orang yang menyuruh ras campuran itu?” Otak Justin tak bisa bekerja jika berada di dalam tempat seperti itu, sangat bising dan juga kondisi tubuhnya tak fit. Mereka berdua pun menyudahi pembicaraan, lebih fokus kepada Zack yang terus tenggelam dalam kesedihannya. Tiba-tiba, sesuatu aneh masuk ke dalam kulit dan tubuhnya. Tanah itu bergerak, seperti pasir hisap. Zack mengabaikan semua kejadian yang di alami hingga akhirnya tanah itu menyelimuti seluruh tubuhnya. Steve hendak membantu, tapi dicegah oleh Justin. “Jangan ikut campur. Biarkan Zack menyelesaikannya sendiri.” Steve hanya bisa mengepalkan tangan dengan kuat, ketika melihat tubuh Zack melayang di udara. Emma yang tadinya menjadi patung berubah kembali menjadi manusia. Sesuatu yang bercahaya samar di d**a sebelah kirinya terlihat jelas. “Justin..., lihat itu!” seru Steve tak percaya kalau bola kehidupan elemen tahan berada ditubuh manusia, apalagi gadis berusia sepuluh tahun. “Bagaimana bisa itu terjadi?” Justin sendiri juga syok melihat bola itu keluar sendiri dari tubuh Emma. Pantas saja emosi gadis itu tidak stabil, tapi sebuah keajaiban besar karena tubuhnya bertahan cukup lama. Tidak menunggu waktu, ketika bola kehidupan itu benar-benar keluar drai tubuh Emma, Justin langsung menyelamatkan gadis itu. Takutnya dia terkena imbas dari ledakakan kekuatan Zack yang tiba-tiba. “Kita sedikit menjauh dari tempat ini,” sara Steve membantu Justin menggendong Emma. Pria itu pun mengangguk, memilih mencari tempat aman. Benar saja, masih beberapa detik pergi Zack berteriak cukup keras karena bola kehidupan elemen tanah mulai beraksi di dalam tubuhnya. Tanah pun ikut bergetar, kali ini lebih berbaya lagi sebab kondisi tanah tidak stabil. Karena getaran begitu hebat, membuat tanah terbelah menjadi dua. Sesuatu yang tajam, seperti tanah mengeras keluar dari inti bumi. Fenomena alam tersebut sangat luar biasa, tak bisa di nalar oleh manusia. Layaknya tombak yang siap menjadi senjata, benda tersebut bergerak menjulang ke atas langit. Terdapat empat buah berada di empat arah mata angin. Zack yang terus berteriak keras, terbang ke udara. Kulitnya seakan tertusuk-tusuk dan snagat sakit luar biasa. Ia mengambang kurang lebih lima puluh meter ke atas, beserta empat tanah yang mengeras. Tanah yang berukuran sebesar paha manusia itu membuat sebuah piramida. Lalu tubuh Zack berada di puncaknya. “Sangat sakit... aku tidak tahan,” gumam Zack dengan wajah lemas dan pucat pasi. Tulangnya seperti retak semua, bahakn ada yang patah. Tenaga bak tersedot habis, tak tersisa sama sekali. Sakit itu terus menjalar masuk ke dalam tulang belulangnya, seolah ada kekuatan yang mengalir. Namun tetap saja sebagai seorang manusia biasa mendapatkan kekuatan besar sangat sulit untuk diterima. Karenanya Zack batuk seteguk darah hingga akhirnya pingsan. “Apa yang harus kita lakukan, Jus?” Steve gelisah karena melihat Zack pingsan selama proses penerimaan kekuatan. Justin tak bisa memberi keputusan, sebab proses itu memang menyakitkan dan panjang. “Kita tak bisa mengusik bola itu menyatu di dalam tubuhnya.” Cahaya putih kecoklatan itu terus menyebar hingga dan menutupi seluruh tubuh Zack. Justin berharap, kalau pria itu bisa melalui semua rintangan yang ada, termasuk rasa sakit yang diderita. Bertahanlah..., karena memang ini adalah takdirmu, Zack, batin Justin menyimpan kekawatiran dalam benaknya. Hans yang melihat Zack berusaha keras terus menatapnya dengan pandangan kososng. Sesuatu yang aneh terjadi pada pria itu. Ia tampak tersenyum, tapi sedetik kemudian senyumnya berubah total. Setelah membawa pulang Emely, Hans kembali lagi ke lokasi kejadian untuk melihat kondisi Zack. Namun sampai sana, langkah kakinya terhenti sebab ada penyatuan kekuatan dari bola kehidupan elemen tanah. “Kau snagat kuat, seperti rumor yang beredar. Tapi aku juga tak akan menyerah sama sekali. Terbanglah sangat tinggi, sampai kau bahagia.” Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD