Chapter 5 - Tuan Damian

1300 Words
Chapter 5 - Tuan Damian Berkat bantuan Nathan yang merekomendasikan dirinya, Lily berhasil diterima bekerja sebagai sekretaris di Unity Coorporation. Kebetulan ia harus bertemu dengan sang pemilik sekaligus CEO perusahaan ini yang bernama Tuan Damian. Jika ia berhasil membuat mereka terkesan, Lily akan sah menjadi sekretaris utama CEO mereka. Lily merapikan pakaiannya, menarik napas dalam sebelum ia menuju ruang CEO. Di depan ruangan, seorang pegawai wanita menyambutnya sinis. “Ada yang bisa dibantu?” Dari nada suaranya yang amat tidak ramah, Lily tahu kehadirannya sama sekali tak diharapkan. “Halo, perkenalkan. Nama saya Aurora. Tuan Damian mengharapkan wawancara dengan saya untuk posisi sekretaris pribadinya. Apa Tuan Damian ada di ruangannya?” Wanita itu menelisik penampilan Lily. Dia sudah siap untuk wawancara kali ini. Sengaja ia memakai pakaian yang sedikit terbuka untuk menampilkan kesan seorang sekretaris yang elegan, ia juga telah menggerai rambutnya yang semula ikat kuat. Untungnya, ia sempat merias diri di toilet sebelum mendatangi ruang orang pertama Unity Cooperation. “Sebentar,” potong wanita itu, lalu menekan tombol panggilan yang langsung terhubung oleh kantor utama CEO. “Kau sudah ditunggu olehnya. Silakan masuk,” ujar wanita itu, tampak merengut. Lily mengetuk pintu ruangan, hingga ia mendengar suara bariton mempersilakannya masuk. “Silakan, duduk!” Lily menatap lelaki berusia muda yang duduk di kursi utama. Lily tak mengira usia pemilik Unity Coorporation masih sebelia itu. Dari wajahnya yang terlihat berusia awal tiga puluh tahunan sudah menjadi pengusaha sukses. “Tolong jelaskan padaku, tentang diri Anda?” tanya lelaki itu, sopan. Senyumnya ramah dan hangat. Lily merasa nyaman saat wawancara dengannya. Ia sama sekali tak canggung, apalagi lelaki itu begitu antusias saat dia memperkenalkan dirinya. “So, jadi namamu Aurora?” Lily mengangguk. Dia memang mengubah identitasnya menjadi Aurora. Menggunakan nama tengahnya tanpa nama keluarganya. Ia tak mau identitasnya terkuak, apalagi jika dia menyebutkan nama lengkapnya yaitu Lily Aurora Hailey. Siapapun pasti mengenal keluarga Hailey. Keluarga terpandang dan terkaya di negara ini. Banyak perusahaan yang dinaunginya, Ayahnya Hailey membangun bisnis kerajaannya. Lily adalah salah satu pewaris yang dibuang oleh keluarga itu. “Hanya itu? Tidak ada nama keluarga?” “Maaf, Tuan. Saya berasal dari panti asuhan.” “Oh, maafkan ucapanku jika menyinggungmu,” ucap lelaki itu penuh penyesalan. Lily menggeleng, “Tidak apa-apa, Tuan. Saya memang tidak mencantumkan kehidupan masa laluku.” “Sudah menikah?” tanya lelaki itu merasa tertarik dengan status Lily yang masih single. Lily menggelengkan kepalanya lagi. “Punya anak?” Kali ini Lily mengangguk, “Ya. Tapi, tolong jangan bahas identitas putraku. Aku ingin ini tetap menjadi privasiku.” Lelaki itu menghela napas, “Baiklah. Jika itu maumu. Sekarang, bagaimana orang-orang memanggilmu?” “Panggil saja aku, Au,” sahut Lily yang berperan menjadi Aurora saat ini. “Baiklah. Kau diterima bekerja di perusahaan ini. Mulai besok kau akan bekerja denganku.” “Baik, Tuan Damian.” Lily sangat gembira. Ia nyaris melonjak dari kursinya. “Sampai ketemu besok, Nona Au.” “Terimakasih Tuan Damian.” Ia menjabat tangan lelaki itu dengan semangat. *** “Bagaimana?” Selepas kepergian Lily, Lucas muncul dibalik pintu, tempat ruang kerja khusus untuk Darren. “Dia bukan Lily. Namanya Aurora. Dia juga bukan alumni dari kampus kita dulu.” “Aku mengerti. Sejak awal aku ragu kalau itu dirinya,” tukas Lucas, mengusir keyakinan dirinya. “Sudahlah, Luc. Lagipula banyak wanita di luar sana yang memiliki aroma lili seperti yang kau sebutkan. Mungkin saja itu aroma parfum murahan, sehingga siapa pun mampu membelinya.” “Tapi, aroma lili gadis itu begitu khas. Seolah-olah, hanya dirinya yang memiliki aroma tersebut.” Darren menjentikkan jari, “Bukan hanya dia. Tapi juga Rose. Kau ingat almarhum tunanganmu yang model cantik itu. Apa kau sudah menemui ayahnya?” “Belum.” “Kau memang kejam!” “Pertunangan kami didasarkan oleh bisnis semata. Kalau ayahku tidak mengancamku, aku takkan menerimanya. Sekarang dia sudah mati. Apa yang kuharapkan dari wanita yang sudah mati, hah?” “Apakah kau selalu sekejam itu, Luc?” “Aku menerima pertunangan Rose juga karena dia memiliki aroma yang sama dengan gadis itu. Sekarang wanita yang bernama Aurora.” “Fetish-mu memang sangat aneh sekali,” celetuk Darren. Lucas hanya mencebik. “Kau sendiri bagaimana? Kau bahkan ditolak lagi oleh gadis itu ‘kan?” “Jangan meledekku, Luc.” “Kalau begitu tutup mulutmu, atau kupotong habis gajimu!” ancam Lucas. Darren terpaksa menutup mulutnya sebelum Lucas melakukan ancamannya. *** “Mereka menerimaku.” Nathan merasa lega mendengarnya, meskipun ia sangat yakin Unity pasti akan menerima Lily untuk menjadi kandidat potensial mereka. Lily amat cekatan dan piawai. Kemampuan gadis itu di atas rata-rata. Meski dia tidak lulus kuliah, tapi dia berhasil membuktikan dirinya. Membangun jaringan bisnisnya sendiri berkat bantuan putranya yang di usianya menginjak lima tahun sudah sangat pandai memainkan kode komputer yang sulit dipecahkan. Beberapa kali, Lily meminta bantuan Lucas untuk menjebol pertahanan perusahaan. Berdua, mereka menjelma menjadi hacker yang handal. “Aku yakin mereka pasti menerimamu, Ly.” Nathan berkata penuh keyakinan. “Kapan kau mulai bekerja?” “Besok.” “Baiklah, kalau begitu besok aku akan mengantar Lucas ke sekolah.” “Biar aku yang menjemputnya.” Lily terpaksa membiarkan Lucas pergi ke sekolah bersama Papa Nathan. Lucas memang memanggil kakak sepupunya dengan sebutan ‘Papa’, karena dialah yang menjadi ayah baptis Lucas. Lily setengah berlari, karena dia masih kesulitan menyesuaikan diri dengan aktivitas barunya. Ini pertama kalinya Lucas bersekolah, karena sebelumnya putranya itu selalu menolak bersosialisasj di sekolah. Berkat Nathan, Lucas antusias pergi ke sekolah. Dia merasa gembira karena menemukan sosok ‘ayah’ dalam diri Nathan. Terlebih Nathan dan Lily tinggal di kota yang sama. Jadi mudah bagi Nathan untuk ikut alih mengurus Lucas. Untungnya Lily tiba lima menit lebih awal sebelum jam kerja dilaksanakan. Dengan napas terengah-engah dia berjalan memasuki kantor barunya. Di atas meja, beberapa catatan sudah tertulis di selembar kerja. Tugas baru untuknya. Lily segera mengerjakannya dengan cepat dan akurat. Dia sudah terbiasa dengan ritme kerja yang cepat dan efisien, sehingga kurang dari dua jam, dia sudah menyelesaikan beberapa dokumen dan presentasi yang dibutuhkan. “Au, Tuan Damian meminta Anda mengantar dokumen ini ke kantornya. Ada beberapa yang perlu direvisi.” “Baiklah.” Lily mengangkat tubuhnya dan melangkah sigap ke ruang tuan Damian. “Masuk!” Lily tak mencurigai suara berbeda yang ia dengar dari dalam kantor. “Ini dokumen yang Anda min ... “ Seketika Lily mematung melihat sosok yang selalu memenuhi imajinasi liarnya. Sosok yang menghangat hatinya. “Ada apa? Kau terlihat ka-get?” Damian alias Lucas tertarik dengan wajah sekretaris barunya yang memucat saat melihatnya. “Ma-af, siapa Anda?” Lily pura-pura tak mengenalnya, walau sejujurnya dia sangat mengenal secara intim setiap senti tubuh lelaki itu. ‘Si-al, kenapa bayangan erotis dan romantis di berputar di kepalanya?’ batin Lily mengomel dirinya sendiri. “Oh, sepertinya saya lupa memperkenalkan diri. Saya Damian. CEO sekaligus pemilik Unity Cooperation. Syaa bos Anda mulai sekarang!” “Ta-tapi?” Lily tampak kebingungan, karena Tuan Damian yang dikenalnya bukanlah Lucas. Melainkan sosok lain yang sama tampannya dengan Lucas namun tidak semenawan dan sememesona Lucas, sang pemilik hati. “Oh, sepertinya asistenku Darren lupa memperkenalkan dirinya. Darren!” Lelaki itu memanggil asistennya yang bernama Darren. Lily melihat sosok yang sama yang ia temui kemarin. Lelaki yang mewawancarai dirinya. “Perkenalkan, dia Darren. Asisten pribadiku sekaligus orang kepercayaanku. Jika aku tidak ada, kau bisa menyerahkan semua dokumen untuk dia urus.” Lucas memperkenalkan Darren, asistennya. “Halo? Sepertinya saya sudah memperkenalkan diriku kemarin.” Benarkah? Sepertinya Lily merasa tak yakin. Karena ia menganggap Darren adalah Tuan Damian. Ternyata dugaannya salah. Dan yang paling mengejutkan dirinya adalah Damian dan Lucas adalah orang yang sama. Juga lelaki yang menjadi tunangan Rose yang dia curigai terlibat dalam kasus kecelakaan Rose hingga saudarinya meninggal secara tragis. Lily mematung, wajahnya memucat. Ia mulai kehilangan kata-kata. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD