Menyentuh

1036 Words
Jelita terperanjat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. “Aduh, bagaimana ini? aku harus pakai baju apa?” Jelita mulai panik. Suara ketukan terdengar lagi. “Iya, tunggu sebentar!” karena panik dan tidak sempat memilih baju yang lain,dengan cepat ia memakai gaun malam itu lalu menutup tubuhnya dengan kimono. Ia melangkah dengan ragu menuju pintu. “Maaf Nona, ini saya bawakan s**u hangat untuk nona. Ini juga ada obat dari Ibu Jovanka, kata beliau Nona harus minum ini sebelum tidur nanti.” Jelita menghela nafas lega karena ternyata yang datang seorang pelayan. “Oh iya terima kasih.” “Sama-sama Non, kalau begitu saya permisi.” Setelah pelayan itu pergi Jelita buru-buru menutup pintu dan membawa nakas yang berisi segelas s**u dan obat yang entah itu obat apa. Meletakkannya di atas meja. Jelita duduk degan pikiran yang kalut. Ia benar-benar tidak merasa nyaman memakai pakaian malam ini di tubuhnya. Ia tidak boleh memperlihatkan Abizar apa yang sedang di pakainya sekarang. “Pak Abi tidak boleh melihat ini, tidak boleh!” ia mengeratkan kimono yang ada di tubuhnya dan mengikat tali pakaiannya dengan kuat. Sementara itu, Abizar yang baru pulang langsung menuju kamarnya. Saat membuka pintu, kamarnya kosong, biasanya Jovanka sudah berada di ranjang menunggunya atau tertidur. Tapi kali ini tidak ada siapa-siapa di dalam. Ranjangnya juga kosong. Abizar melonggarkan dasinya dan duduk di sofa. “Kemana Jova?” gumannya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. “Sayang, malam ini aku nginap di apartemen. Kalau kau belum makan, makanan kesukaanmu sudah tersaji di meja. Oh iya, habiskan susumu dan beri aku kabar baik esok pagi okey? Sampai jumpa.” Isi chat Jovanka yang ia baca kembali membuat hatinya gundah dan sedih. Ia menghembuskan nafas frustrasi, mengusap wajahnya dan menyandarkan kepalanya di sandaran soda. “Jova, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku. Padahal kau sangat tahu jika aku tidak bisa melakukan itu,” gumannya sedih. Abizar keluar kamar mandi lalu memakai pakaian tidur. Ia melirik segelas s**u yang sudah tersedia di atas meja. s**u yang ia rutin minum setiap malam sebelum tidur. Ia meminumnya setelah itu keluar kamar dan menuju kamar Jelita. Abizar menghembuskan nafas dalam, meyakinkan dirinya, mengetuk beberapa kali tapi tidak ada balasan. Ia membuka pintu dan masuk dan mendapati Jelita ternyata sudah terlelap. Ia pun berpikir untuk kembali ke kamarnya tapi tiba-tiba ia merasa sangat gerah. Rasanya panas dan sesak. Tenggorokannya kering, tubuhnya berkeringat. Ia merasakan sesuatunya tiba-tiba menegang di bagian bawah tubuhnya tanpa alasan, gairahnya muncul membuatnya tidak nyaman. Ia ingin sekali bertemu Jovanka dan melampiaskan gairahnya. Tapi kenapa Jovanka malah pergi? Ia benar-benar tidak bisa menahan gairah yang semakin lama semakin membuncah itu, apa yang harus ia lakukan? Abizar melirik ke arah Jelita yang sedang terlelap. Tubuh gadis itu terlihat sangat menggairahkan sekarang. Abizar menelan ludahnya meredam serbuan gairah yang semakin membara. Ia melangkah menghampiri Jelita. Hatinya sama sekali tidak ingin mendekati gadis itu tetapi nafsunya benar-benar sudah mendominasi gerakannya sekarang. Dengan wajah yang memerah, ia menatap wajah cantik di hadapannya itu. Jelita juga istrinya dan ia berhak menyentuhnya. Tidak ada yang salah dengan itu. Tangannya perlahan menyentuh wajah indah itu membuat sang empu tersentak. “Ah…!” Jelita terbangun dan terkejut sekali melihat Abizar sudah berada di depannya sambil menatapnya dengan tatapan mata yang sangat menginginkannya. Bukan hanya sorot mata, bahkan wajahnya pun memerah. Apakah pria ini mabuk? “Pa..Pak, ada apa? kenapa Bapak bersikap aneh?” Jelita masih mempertanyakan hal yang sebenarnya sudah ia pahami karena Ia tiba-tiba merasa sengat takut sekarang. “Jelita, apakah malam ini kita bisa melakukannya?” tanya Abizar dengan suara bergetar menahan hasrat yang sebentar lagi akan meledak. Ia benar-benar hampir tidak bisa menahan diri lagi dan takut akan berakhir dengan memaksa gadis muda yang ada di hadapannya ini. “Ah, ta..tapi Bapak terlihat sangat aneh? apa Bapak sedang mabuk?” kemarin Bapak tidak bersikap seperti ini? aku jadi takut,” ucap jelita sambil memeluk lututnya dan beringsut menjauhi Abizar. Abizar mulai cemas, istrinya ini ternyata belum siap melakukannya. Tapi bagaimana dengan dirinya yang sudah terlanjut b*******h ini? dan lagi, kenapa ia bisa sampai merasakan gairah aneh ini secara tiba-tiba? Ia lalu teringat dengan pesan Jovanka dan s**u yang ia minum. Hah! ini pasti ulah Jova. Dia benar-benar tidak bisa bersabar. Pikirnya. Dalam keadaan yang genting itu itu, Abizar berusaha berpikir jernih meski semakin lama gairahnya semaki tidak terkontrol. Ia harus membujuk Jelita untuk melakukan itu malam ini. Mungkin ini kesempatan baik karena belum tentu ia bisa melakukannya lagi dengan Jelita dalam kondisi normal. Abizar menghampiri Jelita dan menatapnya dengan tatapan lembut. “Jelita, dengarkan aku. Kau jangan takut, aku berjanji akan bersikap lembut padamu. Aku tidak akan menyakitimu. Kau juga istriku kan? Berarti kau dan Jovanka memiliki hak yang sama atas apa yang aku lakukan dan apa yang aku berikan. Kau tahu malam ini aku sangat ingin melakukannya denganmu, aku mohon izinkan aku melakukannya karena tidak tahu apakah lain kali aku bisa melakukannya lagi atau tidak. Apa kau mau?” tatapan mata yang merah dan penuh keinginan itu membuat hati jelita luluh hingga membuatnya tanpa sadar mengangguk. Abizar tersenyum. “Aku akan memperlakukanmu dengan sangat lembut, kau jangan khawatir , ya,” bisik Abizar di telinga Jelita mengantarkan sensasi aneh yang membuat seluruh bulu kudunya meremang. “P..Pak, apa yang harus saya perbuat?” jujur, Jelita tidak pernah melihat dan memahami apa itu seks. Ia memang sering mendengar dari cerita teman-temannya yang sudah menikah jika kegiatan itu sangat menyenangkan. Ia juga beberapa kali melihat beberapa pasangan yang saling berciuman di tempat umum, atau di televisi. Namun, ia sama sekali tidak memiliki ide sedikitpun tentang bagaimana seks itu sendiri dilakukan. Apa itu hubungan seks yang di katakana orang-orang sangat menyenangkan dan bagaimana melakukannya, ia sama sekali tidak tahu apa-apa. Mendengar pertanyaan polos istrinya itu, Abizar terdiam. Apakah gadis yang ada di hadapannya ini benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan? “Apa kau tidak pernah melihat pasangan yang melakukan hubungan seks sebelumnya, paling tidak di film-film?” Abizar berusaha mengatur deru nafasnya yang sejak tadi menggebu. Debaran jantungnya yang tidak terkontrol menahan hasrat. Jelita menggeleng. Abizar menyentuh wajah Jelita dan mengelusnya dengan lembut. “Kalau begitu, kau nikmati saja perlakuanku, biar aku yang berusaha.” Setelah mengucapkan itu Abizar mencium bibir Jelita dengan lembut dan perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD