Bab 15. Kecupan mematikan

1447 Words
"Oh my God, ini acara apa, Kak? Kelihatannya tempat ini begitu mewah." Alex tersenyum tipis melihat reaksi Bianca melihat gedung mewah di hadapannya. "Ini acara pertemuan para investor kalangan atas. Jadi jaga sikapmu jangan sampai kamu membuatku malu, okey!" Bibir Bianca mengerucut mendengar ancaman Alex. "Iya, iya." "Tuan, mohon maaf Tuan Robi ingin bicara dengan Anda. Katanya penting," ujar salah satu pria berpakaian hitam yang Bianca tidak tahu datang dari mana karena perasaan Bianca, dirinya hanya berangkat berdua dengan Alex. Alex menoleh pada Bianca sekilas, lalu mengambil handphone itu. "Ya, Robi." Alex tidak mengeluarkan suara sepatah katapun dan kelihatannya mendengarkan lawan bicaranya. Bianca pun hanya melihat kepalan tangan Alex yang menandakan jika Alex tengah emosi. Tak lama Alex mengakhiri panggilan teleponnya, lalu kembali pada Bianca. "Kak Alex, are you okay?" Alex tersenyum manis pada Bianca, senyum yang begitu langka dan nyatanya memang begitu manis. "Aku baik-baik saja, kenapa kamu begitu khawatir padaku? Apa kamu mulai menyukaiku?" Bianca memukul d**a Alex. "Ck, jangan bercanda! Tentu saja Aku khawatir. Selama 100 hari aku ini adalah istrimu, bukan? Itu artinya, apapun yang terjadi padamu aku ikut bertanggung jawab." Alex menatap Bianca penuh arti. "Baiklah, kita masuk." Alex mengapitkan tangan Bianca pada lengannya. "Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi di dalam sana nanti, kamu tidak akan pergi." Bianca menoleh pada Alex sedikit mengernyit. "Memangnya di dalam sana akan terjadi sesuatu, Kak?" "Aku tidak tahu. Makanya aku mengatakan ini padamu sekarang." Bianca menatap Alex yang entah mengapa raut wajahnya begitu teduh tidak seperti biasanya yang datar tanpa ekspresi cenderung menyebalkan. "Iya, Kak. Aku--" "Bianca!" Brian menghentikan langkah Alex dan Bianca, lalu melepaskan apitan tangan Bianca dari lengan Alex. "Kamu masuk bersamaku, Bi. Aku tidak percaya jika dia akan memperlakukanmu dengan baik." Alex mengepalkan tangannya karena lagi-lagi Brian merusak kebahagiaannya. Bianca pun menatap Alex sedikit cemas akan ucapan Brian. Apalagi waktu itu Alex menyakiti Bianca di depan teman-temannya. Tentu saja Bianca takut Alex melakukannya lagi di depan banyak orang. Namun, melihat wajah sendu Alex, Bianca tidak tega untuk membiarkan pria itu hidup sendiri lagi. "Hah! Brian benar, Bi. Mungkin sebaiknya kamu masuk bersamanya, karena--" "Tidak, Kak!" Bianca melepaskan tangan Brian dari tangannya. "Brian, apapun yang terjadi Kak Alex adalah suamiku. Lagipula aku yakin dia tidak akan menyakitiku lagi." Brian menelan salivanya mendengar penolakan Bianca. Sungguh sakit hatinya karena Bianca lebih memilih Alex. Padahal biasanya dirinya lebih unggul dari sang kakak. "Kita masuk, Kak." Bianca mengapit lengan Alex. Alex menatap Brian begitu puas. Alex tidak menyangka jika Bianca lebih memilihnya daripada Brian. Tentu saja Alex senang dan semakin ingin memiliki Bianca. "Bianca lebih memilih pria itu? Tapi kenapa?" d**a Brian kembang kempis tak terima. "Tidak, aku tidak akan membiarkanmu memilikinya, Kak. Kamu terlalu kejam untuk Bianca. Bianca akan lebih baik bersamaku." Mau tidak mau kali ini Brian membiarkan Bianca bersama Alex. Bianca menoleh ke kanan dan kiri sambil mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Alex. "Kak, apa yang harus aku lakukan di sini? Aku belum pernah datang ke acara seperti ini soalnya. Aku takut buat kamu malu." Alex menoleh pada Bianca yang terlihat begitu tegang. "Rileks, Bi. Kamu hanya perlu diam dan menjawab jika ada yang tanya." Bianca tertawa kecil. "He he, aku tegang banget, Kak. Soalnya wanita-wanita di sana cantik-cantik." "Kamu lebih cantik dari mereka, Bianca." Bianca mendongak menatap Alex. "Ck, Kak Alex pasti sedang mengejekku, kan?" Alex menghentikan langkahnya, lalu menatap Bianca begitu dalam. "Kamu memang cantik, Bi. Bahkan kamu lebih cantik dari--" "Tuan Alex." Alex dan Bianca menoleh pada arah suara. Alex segera kembali mengapitkan tangan Bianca pada lengannya. Pria itu yakin akan ada banyak pertanyaan dari para kalangan elit itu perihal pernikahannya yang berganti mempelai wanita. "Tuan Oscar." Alex menoleh pada Bianca. "Honey, ini Tuan Oscar." "Hah?" Bianca merasa aneh dengan panggilan Alex padanya, namun, melihat Alex menatapnya begitu serius, Bianca pun mengerti. "Ah, iya. Saya Bianca, senang bertemu dengan Anda, Tuan." Pria bernama Oscar itu mengamati Alex dan Bianca, lalu tersenyum lebar melihat kedekatan mereka. "Saya sungguh tidak menyangka jika hubungan kalian bisa sedekat ini, Tuan Alex. Padahal bukankah dia hanya pengantin penggantimu?" Alex tersenyum lebar sedikit tertawa kecil mendengar pertanyaan yang sudah diduganya akan terjadi. "He he, ya Anda benar, Tuan. Bianca memang pengantin pengantin Melinda, tapi justru saya begitu bersyukur karena nyatanya Bianca jauh lebih baik dari wanita yang meninggalkanku itu." Oscar mengangguk. "Wah, ini jauh dari dugaan, Tuan. Baiklah, mari duduk, kita akan bersulang bersama keluarga besar Royal Company. Bukankah begitu?" Alex menoleh pada Bianca yang masih terbingung mendengar ucapannya barusan. Pria itu yakin jika Bianca pasti mempertanyakan ucapannya. Namun, Alex tidak peduli karena Alex tidak ingin sampai Brian mengambil Bianca darinya. "Kamu mau minum?" Alex mengambilkan segelas minuman untuk Bianca. "Apa ini beralkohol?" "Tidak, apa kamu mau minum yang beralkohol?" "He he, tidak. Aku tidak bisa minum itu." Alex bersulang dengan Bianca. Terlihat Alex begitu bahagia bersama gadis itu. Jelas saja kebersamaan mereka membuat Brian geram. "Alex sudah menyakitimu, Bi. Tapi kenapa kamu pasti mau bersamanya?" Brian semakin tak terima melihat Bianca mulai nyaman dengan Alex. "Hallo, Tuan Alex. Apa saya mengganggu kalian?" Alex dan Bianca kembali menoleh pada para tamu undangan yang menyapa mereka. "Tuan Robert?" Alex langsung memeluk pria yang menyapa itu. "Tidak sama sekali." Pria yang bernama Robert itu menoleh pada Bianca. "Apa ini istri Anda, Tuan?" Alex mengangguk. "Ya, ini Bianca." Bianca mengulurkan tangannya pada pria paruh baya itu. "Bianca, Tuan. Senang bertemu dengan Anda." Robert tersenyum ikut bahagia. "Aku tidak menyangka jika istrimu sangat cantik, Alex. Kalian cocok sekali," ujar pria itu dengan bahasa yang tidak formal lagi. "Semoga pernikahan kalian bisa langgeng. Aku rasa dia memang jauh lebih baik dari wanita itu." "Aamiin, terima kasih, Tuan." Alex menoleh pada Bianca yang semakin tidak mengerti pada ucapan-ucapan Alex pada tamu-tamu itu. "Apa yang dikatakan oleh Alex itu sungguhan? Tapi bukankah Kak Alex begitu mencintai Kak Melinda? Mana mungkin dia menyukaiku, bukan?" Bianca terus bergumam dalam hatinya menyadarkan diri dan menganggap mungkin Alex hanya acting di depan para tamu itu. Akhirnya acara selesai. Alex dan Bianca pun pulang. Begitu juga dengan Brian yang kembali kecewa karena Bianca menolak ajakan Brian untuk pulang bersamanya. "Aku pulang sama Kak Alex, Brian." Bianca pun masuk ke mobil Alex tanpa mempedulikan Brian. Alex menatap Brian sejenak, lalu melesat melajukan mobilnya dengan perasaan begitu senang karena bisa mengalahkan sang adik mempertahankan Bianca. Alex tidak menyangka jika pertemuannya dengan para kalangan elit kali ini begitu memuaskan dengan membawa Bianca. Pasalnya, banyak diantara mereka yang menyukai karakter Bianca yang apa adanya juga ceria. Tidak seperti Melinda yang biasanya pilih-pilih orang untuk hanya sekedar mengobrol. Padahal awalnya Alex begitu khawatir jika orang-orang banyak yang menggunjing Bianca karena menjadi pengantin penggantinya. Namun, nyatanya Bianca begitu pandai membuat mereka percaya akan takdir kehidupan. "Aku sepertinya lelah sekali, Kak." Bianca mulai memejamkan matanya. Alex pun tersenyum tipis melihat wajah Bianca yang khas dengan pipi tipisnya. Alex mengusap pipi itu dengan lembut. Alex pun mengepalkan tangannya saat ingat kata-kata Bianca tentang Melinda yang selalu menghabiskan uang Bianca sehingga Gadis itu kurus kering. "Aku akan buat dia menyesal sudah membuatmu seperti ini, Bianca." Alex kembali pada mode datanya hingga akhirnya perjalanan mereka berakhir. "Bi, bangun. Kita sudah sampai." Berapa detik sudah Alex menunggu Bianca bangun. Namun, nyatanya Gadis itu memang kelelahan setelah hampir seharian berada di sekeliling orang-orang penting Alex. Karena tak kunjung bangun, Alex memutuskan untuk menggendong gadis itu. Alex menyimpan tubuh Bianca dengan perlahan di kasur mereka. Ditatapnya wajah istri kontraknya itu dengan lekat. Alex tidak tahu apa alasan gadis itu masih bertahan hidup dengannya. Padahal Alex sudah sering menyiksa dan menyakitinya. Alex pun menoleh pada luka Bianca yang dirinya siram air panas hari itu. "Maafkan aku, Bi." Alex memukulkan tangannya ke tembok sebagai balasan tangan itu sudah melukai Bianca. Setelah kurang lebih dua jam Bianca tertidur, akhirnya gadis itu membuka matanya. "Eh, kok aku sudah di sini? Bukankah ... ya ampuuun. Apa itu artinya Kak Alex yang membawaku ke sini?" Bianca terus merutuki kebodohannya yang tidur terlalu kebluk. "Ah, sudahlah. Kan sudah terjadi." Bianca akhirnya memutuskan untuk turun dari ranjang. "Kak Alex kemana, ya?" Belum lama dari Bianca mempertanyakan keberadaan Alex, kini sosok pria itu muncul dari arah pintu. "Bi, kamu sudah bangun?" Bianca menatap Alex. "Iya, maaf aku selalu merepotkanmu." Alex menghampiri Bianca, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu. "Tidak masalah, kalaupun kamu ingin selalu tidur di mobil agar bisa aku gendong, aku bersedia, Bianca." Dada Bianca kembali berdetak kencang mendengar ucapan Alex yang akhir-akhir ini begitu manis. Bianca tidak suka pada suasana hatinya saat ini. Hati yang selalu berdetak tak karuan saat berhadapan dengan Alex. "Kak Al--" Bianca tak bisa melanjutkan ucapannya karena Alex tiba-tiba menempelkan bibirnya di bibir tipis Bianca dengan sedikit lumatan yang semakin membuat jantung Bianca berdetak tak karuan karena kecupan Alex yang bagai racun mematikan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD