Bab 14. Mulai nyaman

1338 Words
Alex masih menatap gadis bermata tajam begitu menggoda itu. "Kamu lupa dengan perjanjian kita, bukan? Selama seratus hari, kamu harus melakukan apapun yang aku perintahkan." Bianca meremas pegangan tangannya pada d**a Alex. "Tentu saja aku ingat." "Bagus, kalau begitu aku perintahkan kamu untuk tidak beranjak dari tempat ini?" Bianca berdecak hendak kembali bangun, tapi Alex tetap tidak mengizinkannya beranjak dan tetap memeluk erat tubuh sang istri. Jelas saja membuat jantung Bianca semakin berdebar. Walau bagaimanapun Bianca tidak pernah dekat dengan pria sampai segitu dekat. "Sudah ku bilang jangan beranjak dari sini, kenapa ngeyel sekali, hem?" Bianca pun menatap Alex yang wajahnya semakin dekat itu. Tidak Bianca pungkiri jika Alex begitu tampan nan gagah. Walau mungkin Brian terlihat lebih tampan karena memiliki wajah yang bersih tanpa bulu-bulu di dagu dan pipinya. Namun, Bianca justru lebih menyukai wajah yang memiliki brewok yang terawat seperti Alex. "Kesannya lebih gagah aja sih," ujar Bianca dalam hatinya yang tidak menyadari jika bibirnya ternyata tersenyum menatap keindahan wajah Alex. "Ya Tuhan ... apa yang aku lakukan?" Bianca segera menundukkan wajahnya saat sadar sudah mengagumi sosok Alex. Namun, Alex tidak membiarkannya. Alex segera mengangkat dagu Bianca agar mereka bisa kembali saling menatap. "Jangan menunduk!" "Tapi, Kak. Kamu juga tidak lupa bukan? Aku memang akan melakukan apapun untukmu, asal tidak urusan ranjang." Alex terdiam menatap Bianca. Pria itu memalingkan wajahnya setelah sadar akan perjanjian yang dibuatnya. Akan tetapi, bagi Alex, semakin Bianca tidak menginginkan, Alex justru semakin menginginkan. "Ya, aku ingat. Lagipula siapa yang mau melakukannya?" ujar Alex, jelas membuat Bianca terbelalak karena nyatanya pikiran Bianca lah yang ngeres. "Jangan bilang jika ternyata kamu yang menginginkan itu, hem?" Bianca memukul d**a bidang Alex berkali-kali karena malu. "Iih, enggak, ya? Siapa juga yang mau melakukannya? Aku hanya memperingatkan Kak Alex agar tidak melakukan itu padaku." Pada akhirnya Alex melepaskan Bianca. "Ya, baiklah. Aku tahu kamu memang lebih menyukai pria Korea, mungkinkah jika aku jadi Lee min Ho, kamu akan dengan suka rela memberikan tubuhmu padaku?" Bianca memutar bola matanya. "Ck, jangan ngada-ngada dan tidak boleh memfitnah orang sembarangan! Aku tidak akan pernah memberikan tubuhku pada pria manapun. Kecuali suamiku," ujar Bianca, membuat Alex semakin menatapnya. "Suami yang mencintai aku dengan segenap jiwa dan raganya, he he. Aku pasti sangat bahagia bukan memiliki suami yang benar-benar mencintaiku?" Alex mengepalkan tangannya. Dadanya pun kembang kempis. Sedetik kemudian pria itu bangkit dan beranjak pergi menuju ke kamar mandi tanpa ingin mengatakan apapun lagi. Brak!! Pintu kamar mandi di tutup dengan begitu kenang. Bianca pun terkejut sekaligus bingung. Bingung kenapa Alex tiba-tiba marah. Bianca mengangkat bahunya. "Ah, sudah lah. Bukankah dia memang selalu begitu?" Alex kembali ke kamar. Dilihatnya Bianca sudah kembali memejamkan mata dengan tubuh yang masih meringkuk tanpa selimut. Alex tersenyum tipis melihat cara tidur Bianca yang seperti koala. "Apa kamu akan mau jika aku memintamu untuk hidup lebih lama denganku, Bi? Aku tidak ingin kamu pergi," ujar Alex, lalu melangkahkan kaki mendekati Bianca. Alex menarik selimut untuk Bianca. Sedangkan dirinya mengambil handphonenya yang ditinggal di ruang kerja karena tak bisa tidur lagi. Alex baru teringat pada pesan yang dikirim oleh Robi tentang bagaimana keluarga Melinda memperlakukan Bianca. "Ternyata nasibnya tidak jauh berbeda denganku. Tapi ...." Alex menoleh pada arah Bianca. "Kamu memang tidak sama dengan Melinda." Alex semakin ingin tahu bagaimana karakter gadis itu. Yang jelas, Alex yakin jika Bianca bukanlah wanita matre seperti Melinda. Sudah berapa hari Bianca menjadi istri Alex, tak pernah sekalipun Bianca meminta uang padanya. Padahal, jika itu Melinda, Alex pastikan dia akan memanfaatkan situasi itu untuk memeras Alex. Alex kembali mengirim pesan pada Robi, lalu Alex kembali membaringkan tubuhnya di sisi Bianca dan kembali memeluk sang istri dengan erat. Alex tidak peduli jika nanti Bianca mengira dirinya menyukai Bianca, karena memang itu kenyataannya. Benar saja, setelah Alex terlelap, Bianca membuka matanya menatap wajah tampan Alex. "Sebenernya kamu ini baik atau tidak sih, Kak? Kenapa kamu kadang-kadang baik, kadang-kadang juga begitu menyebalkan?" Bianca memutuskan untuk menikmati statusnya sebagai istri dari Alex. Untuk bagaimana nanti setelah Melinda kembali, gimana nanti saja. Bianca pun mengeratkan pelukannya lalu menyimpan kepalanya pada d**a bidang Alex. *** Pagi sudah kembali. Bianca mengerjapkan matanya, lalu menoleh pada arah Alex. Namun, nyatanya Alex sudah tidak. "Kemana dia?" Bianca pun menurunkan kaki jenjangnya mencari keberadaan Alex. Tenyata Alex tengah menikmati udara pagi di balkon kamar mereka. "Kak Alex di sini? Kenapa enggak bangunin aku?" Alex menoleh dan tersenyum pada Bianca. "Mana mungkin aku tega membangunkanmu? Kamu terlihat begitu nyaman tidur di dadaku." Sontak pipi Bianca merak bak kepiting rebus. "Maaf," ucapnya. Alex tertawa kecil, lalu menarik tubuh Bianca agar duduk di sampingnya. "Tak apa, aku juga sebenarnya kedinginan, butuh pelukan." Bianca memutar bola matanya mendengar ucapan Alex. "Ck, itu namanya cari kesempatan dalam kesempitan." "Bukankah kita memang suami istri, Bi?" Bianca menoleh dan menatap Alex. "Iya, tapi kan kita hanya menikah sementara." Alex menarik napasnya. "Apa kamu sangat ingin pergi dariku, Bi? Apa kamu takut padaku? Apa kamu sungguh tidak ingin tinggal lebih lama denganku?" Bianca semakin tidak mengerti pada pertanyaan yang terlalu mencecarnya, apalagi Alex jadi banyak bicara tidak seperti biasanya. "Tidak, aku hanya--" Alex menarik tubuh Bianca ke dalam dekapannya. "Sudahlah, segera bersiap-siap karena kita akan pergi." Alex beranjak dan pergi meninggalkan Bianca. Bianca masih duduk menatap kepergian Alex masih kebingungan. Sikap Alex memang semakin membuat Bianca terbingung. "Apa dia--" "Biancaa, aku tunggu 10 menit dari sekarang!" Bianca membelalakkan matanya mendengar teriakan Alex. "Apa? Sepuluh menit? Ya Tuhan ... ternyata dia memang masih Kak Alex yang kejam." Dengan cepat Bianca berlari ke kamar mandi. Setelah mandi Bianca pun hanya memakai baju dan bedak saja. Bodo amat pada penampilannya yang lain. Toh menurutnya Alex juga tidak akan peduli. Alex menatap Bianca dari ujung rambut hingga kakinya. "Kamu yakin akan pergi denganku seperti ini?" Bianca memutar bola matanya. "Mau bagaimana lagi? Kak Alex hanya memberikanku waktu 10 menit, bukan? Mana sempat berdandan? Eh, tapi aku memang enggak bisa dandan sih, he he." Bibir Alex menyeringai, namun segera Alex buang agar Bianca tidak tahu. "Ck, sudah ku duga. Makanya aku hanya beri kamu waktu 10 menit untuk mandi." Kening Bianca mengerut. "Maksudnya?" Bianca menoleh pada arah kedatangan Mona. "Nyonya, mari saya rapikan dulu wajahnya. Saya pastikan Tuan Alex tidak akan kecewa." Alex menoleh pada Bianca yang juga menatapnya. "Ck, jangan banyak bicara, Mona. Bagaimanapun kamu mendandaninya, tidak akan ada yang berubah. Gadis itu tetap jelek, bukan?" ujar Alex, lalu kembali pergi meninggalkan Bianca. Bianca meremas kepalan tangannya dengan gereget. "Eeuuh! Jika saja dia bukan orang, aku remas-remas tuh mulutnya." "Nyonya, bukankah lebih baik Tuan Alex itu orang? Jika hantu malah lebih serem loh, Nyonya." Bianca menoleh pada Mona. "Ck, kamu mulai membuatku kesal juga, Mon?" Mona tertawa renyah melihat Bianca kesal sungguhan. "Baiklah saya minta maaf, Nyonya. Tapi, Nyonya. Kalau saya bilang, sebenarnya apa yang diucapkan oleh Tuan Alex itu kadang kebalikannya." "Ah, apa, iya?" Bianca mulai duduk di meja rias dan membiarkan Mona mengutak-atik wajahnya dengan menempelkan berbagai macam pernak-pernik wajah. "Mon, jangan terlalu banyak yang ditempelkan di wajahku, ya. Takut kayak badut nanti." Mona kembali tertawa renyah. "Nyonya tenang saja, hasilnya pasti perfect." Alex masih menunggu Bianca di bawah. Tak lama terlihat Bianca di gandeng Mona berjalan menuju ke arahnya. Alex terus menatap Bianca kembali terpesona. Tidak bisa Alex sangkal lagi jika Bianca memang cantik. Hanya saja Bianca menyembunyikan kecantikan selama ini dari publik. "Aku sudah selesai, Kak." Alex masih menatap Bianca begitu takjub. "Kamu cantik hanget, Bi," ucap Alex, membuat Bianca kegeeran setengah mati karena Alex akhirnya mengakui jika Bianca memang cantik. "Kita pergi." Bianca menoleh pada Mona yang mengacungkan jempolnya. "Iya, Kak." Selama dalam perjalanan, Bianca tidak banyak bicara karena Alex pun diam saja. Namun, kebiasaan Bianca yang banyak bicara tentu tak tahan ingin bertanya. Apalagi Alex tidak bilang mereka akan pergi ke mana sebelumnya. "Kak Alex--" "Kita akan pergi ke suatu tempat, Bianca," potong Alex yang tahu apa yang akan dikatakan oleh Bianca. "Kamu tenang saja, Bi. Aku tidak akan menyakitimu lagi." Bianca menoleh pada Alex yang juga menatapnya penuh arti. Bianca tidak tahu harus bagaimana menjelaskan tentang hatinya. Yang jelas, Bianca mulai nyaman hidup dengan pria itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD