Lisa bangun terlebih dahulu sebelum orang rumah bangun. pertama ia membersihi rumah dan membuatkan sarapan. Sarapan yang ia buat sangat sederhana, hanya olahan tepung dan sebutir telur lalu di beri garam sedikit dan di beri air. Setelah tercampur Lisa menggorengnya dengan tungku. Lisa nampak meniup bambu yang mengarah ke rungku. Setelah api menyala Lisa mengambil wajan lalu di isi dengan minyak goreng. Sambil menunggu apinya panas, Lisa ke kamarnya mengambil buku pelajaran lalu belajar sedikit. Setelah minyak panas Lisa mulai memyendokan adonan dan di goreng hingga matang. Lisa menamai kue ini adalah kue tabi. Mungkin ini terdengar aneh tapi tidak menurut Lisa. Ketidak berdayaan keluarganya membuat Lisa harus bisa mensyukuri apapun di rumah ini. Setelah selesai Lisa masuk ke kamarnya dan menyiapkan sekolahnya. Kue tabi lebih enak di makan dengan taburan gula di atasnya.
Lisa mengambil handuknya dan melangkah menuju kamar mandi sederhana. Setelah beberapa menit ia keluar dan masuk ke kamarnya untuk mengenakan pakaian sekolah. Lisa mengambil tasnya dan dipakai lalu keluar untuk pergi sekolah.
***
Andrean menghembuskan nafasnya. Ia harus mencari seorang wanita untuk di jadikan penghasil anak. Tapi di mana dan siapa? Entahlah.
Rean memutar kursinya menghadap belakang untuk melihat hiruk pikuk kota di jendela besar. Selama istrinya sakit dirinya tidak pulang dirumah bahkan sangat jarang, semua aktifitas ia lakukan di kantor mulai dari tidur, mandi dan sarapan.
Tok
Tok
Tok
“Masuk.’’ Kata Andrean ia memutar kembali posisinya hingga menghadap meja kerja.
‘’Abang.’’ Pekik kedua adiknya, Andrean langsung berdiri dan di depan meja seraya membuka kedua tangannya.
‘’I miss you, darling. Kalian kesini sama siapa?’’ tanya Rean ke kedua adik kembarnya. Rean memeluk Syira dan Syila yang umurnya 17 tahun.
‘’Sama papah, mamah sedang ada kondangan jadi kami ikut papah kesini.’’ Jawab Syira yang duduk di kursi kakaknya. Tak lama sang papah datang dengan langsung membuka pintu dan tersenyum.
‘’Bisakah papah minta tolong? Papah ada rapat di Belgia, sore ini berangkat dan besok pagi pulang ke Indonesia tapi langsung menyusul mamahmu, mamahmu ada kondangan di Penajam. Paman Daniel menikah lagi dan mamah menjadi pihak pembelai laki- laki jadi kami titip si kembar bersamamu. Mereka tidak ingin ke Penajam katanya susah sinyal.’’ Beritahu papah di ujung pintu. Rean melihat si kembar yang membaca berkas yang ia kerjakan.
‘’Heh!’’ panggil Rean ia bersandar di pinggir sofa dan melipat kedua tangannya. ‘’Ikut papah sana, belajar jadi gadis desa... siapa tau aja ketemu anak juragan sawit.’’ Kata Rean dengan wajah jutek yang dibuat- buat. Mereka berdua menengok melihat abangnya lalu beralih ke sang papah.
‘’Huah, gak mau!’’ pekik mereka berdua. Syira dan Syila berdiri lalu mendekati abangnya.
‘’Dasar jahat.’’ Kata Syira.
Bugh.
gadis cantik itu meminju perut abangnya lalu pergi sambil menarik tangan Syila yang sedang menjulurkan lidahnya.
Rean memegang perutnya karena cukup sakit
‘’Awas kalian berdua!’’ teriak Rean kesal. Devian hanya menggelengkan kepalanya saat kedua anaknya keluar.
‘’Biar papah urus mereka, sepertinya tidak baik kalian di jadikan satu... kamu bisa mati muda karena sering di tinju mereka.’’ Ujar Devian sambil melangkah keluar. Syira dan Syila tinggal bersama Oma dan Datunya di Balikpapan. Selama di sana mereka diajarkan bela diri dan sekolah khusus, berbeda dengan Rean. Rean duduk di tempat duduknya sambil bersandar. ia tertawa pelan melihat kedua adiknya tadi mereka sangat tangguh dan Rean tidak takut jika mereka berdua di ganggu di luar sana. Tapi walaupun begitu Rean harus menjaga kedua adik kesayangannya ini.
****
Sekolah...
Lisa nampak belajar dengan serius. Sambil menulis ia mendengarkan gurunya menjelaskan.
"St.. sst... Lisa..." panggil teman yang berada di bangku belakang. Lisa menengok. Diantara 32 siswa
di SMP Ciwadas kelas sembilan. Lisa adalah murid yang paling pintar. Dirinya pernah menyabet penghargaan lomba rumus fisika tingkat sekolah. Itulah Tuhan, ia menciptakan manusia tanpa kurang dan kelebihan. Ia menciptakan dengan sempurna. Di setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Lisa contohnya.
Lisa gadis yang miskin tapi karena kepintarannya ia menjadi spesial di antara mereka. Memiliki nilai lebih. Jika besar nanti ia akan menjadi wanita dewasa yang cerdas dan cantik. Pandai bekerja untuk mengumpulkan pundi- pundi rupiah.
"Nanti siang mau ngamen bareng gak?" Tanya Edo.
Lisa nampak berfikir lalu mengangguk dan tersenyum. Satu tanganya ia bulatkan bertanda "Ok."
"Tunggu pulang sekolah..." jawab Lisa. Edo mengangguk dan melanjutkan nulis.
Setelah selesai sekolah seperti biasa. Lisa mengganti pakaiannya dan mengamen di lampu merah dengan kecrekan kesayangannya.
Panas menggentang adalah temannya setiap hari, ia tetap mengamen hingga petang datang.