Lisa berlari. Ia akan mengamen lagi di tempat yang kemarin terlihat ia menutup tasnya dan berlari sambil membawa kecrekan. Panas terik bukanlah halangan untuk mencari pundi- pundi rupiah demi melanjutkan sekolah.
Gemuruh suara kendaraan begitu terdengar, teriknya matahari menemani langkah seorang gadis berusia lima belas tahun untuk mengamen. Mengamen di pinggir jalan. Gadis cantik itu berdiri di samping mobil. Dengan panas- panasan ia membunyikan gecrekannya seraya bernyanyi. Pria itu membukakan jendela dan menatap gadis itu datar. Ia mengambil beberapa lembar uang ratusan dan di berikan ke gadis itu. Gadis itu berbinar seraya menunduk dan tersenyum. Senyumannya amatlah manis membuat pria itu membalas senyumannya.
"Terima kasih, Om." Kata Adelisa. Adelisa menjauh dan menaiki trotoar. Adelisa menatap mobil tadi seraya melambaikan tangan. Lelaki itu membalasnya lalu menutup jendela kembali.
***
Lelaki itu menghembuskan nafasnya. Memiliki anak sangatlah hal yang dia inginkan tetapi istrinya tidak bisa memberikan karena mandul. Apa yang harus ia perbuat?
Lamunan Andrean tersadar saat melihat seorang gadis cantik bernyanyi. Sejenak Adrean menatap gadis cantik itu sebelum akhirnya menurunkan kaca mobil dan memberikan lembaran uang. Andrean membalas senyuman itu ia tertarik dengan gadis cantik. Sepertinya ia tau bagaimana caranya agar memiliki momongan...
Andrean pulang ke rumah sampai di sana ia menuju ruang kerjanya. Andrean menelfon sebuah agen untuk memakai jasanya dan mencari tau siapa wanita yang mengamen tadi.
"Hallo, bisa ketemu di O caffe? Saya memiliki pekerjaan untukmu." Beritahu Andrean.
"...."
"Baiklah, nanti malam sekitar jam tujuh." Jawab Andrean.
Andrean duduk di kursinya dan menanggalkan dasi dan jas kerja. sepertinya ia akan bersiap untuk ke O caffe lalu ke rumah sakit