BAB 30

1054 Words
Olfie kembali ke tempat duduk Arena, ia duduk di tempat sebelumnya di mana di sampingnya terdapat Radiant yang melihatnya antusias dengan pandangan yang berbinar-binar. “Lo kenapa?” tanya Olfie saat ia sudah menduduki bokongnya pada bangku arena. “Nggak ada, gue takjub aja Lo lebih memilih untuk mengakhirinya dengan membuat Alana menjadi kaku begitu. Lo nggak tegaan ya?” Pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibir Radiant membuat Olfie langsung menolehkan kepalanya dan menatap Radiant dengan alisnya yang naik sebelah. “Radiant? Lo lupa satu hal penting? Gue sama Alana kan teman? Lo juga begitu, kalau Lo di sana apa Lo bakal tega coba berusaha mengeluarkan sihir yang bahkan kita tidak tau jika itu dapat membunuh target kita dalam sekejap.” Olfie menarik napasnya kembali setelah berbicara panjang lebar. “Tentu saja gue tetap berani, Lo tau kenapa?” Radiant bertanya. “Kenapa?” tanya balik Radiant penasaran apa yang sebenarnya dipikirkan oleh seorang Olfie. “Itu karena gue dapat membaca situasi. Lo tau sendiri kan kalau Alana memiliki kekuatan body immune? Nah, seharusnya Lo juga tau kalau kekuatan Alana itu sangat kebal terhadap segala sihir, setidaknya Lo memanfaatkan pertandingan tadi untuk mencari pengalaman saat bertarung. Caranya gimana?” Radiant terlihat mengepalkan tangannya tepat di depan wajah Olfie, “lo harus bertarung dengan sungguh-sungguh tidak peduli ia kawan atau musuh. Justru bagus jika kita melawan teman kita, karena itu berarti kita memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. Itu disebut profesional!” seru Radiant pada akhir kalimatnya dan menepuk pundak Olfie. Olfie yang menyimak setiap perkataan Radiant merasa itu ada benarnya, Olfie merasa ia terlalu tidak percaya diri dengan kekuatan besarnya dan ia juga tidak percaya dengan kemampuan Alana. Jika dipikir kembali, perilaku Olfie sangat fatal apalagi tadi itu merupakan pertempuran sungguhan. Olfie baru mengerti kenapa banyak yang mendesah kecewa saat ia mengakhirinya dengan cara cerdik seperti tadi, itu karena banyak yang ingin melihat kehebatan sihir dari kedua belah pihak. “Baiklah! Lain kali gue akan mengikuti perkataan Lo,” ucap Olfie pada akhirnya dan itu membuat Radiant tersenyum lebar mendapati bahwa Olfie memahami maksudnya. *** Pertarungan di dalam arena berlangsung semakin panas dan cepat, atmosfer yang berada di sana semakin terasa dominan karena kekuatan sihir para murid sudah semakin meningkat pesat. Tidak lupa dengan murid baru yang memiliki kekuatan sihir terbaru dan unik itu membuat semuanya semakin merasa saling terintimidasi. Pertarungan sudah berlangsung selama tiga jam dan sampai pada akhirnya Dave dipanggil untuk melawan salah satu dari murid baru bernama Ella. Sekarang, Dave dan Ella sudah dipersilahkan untuk saling menyerang. Entah kenapa Dave merasa sangat tenang, meskipun ia sebenernya sudah tau kekuatan orang yang berada di depannya itu. Dave mengetahuinya Dave mengetahuinya dari pandangannya, ia memanfaatkan kekuatan sihirnya yang masih membuatnya bingung itu untuk menembus pikiran Ella. Pada akhirnya Dave mendapati bahwa Ella memiliki kekuatan sihir yang cukup unik, yaitu suara. Saat mengetahuinya Dave langsung dapat menerka-nerka daripada Ella dapat memperoleh energinya dan bahkan Dave juga merasa bahwa Ella tau jika pikiran ia sedang dibaca. Ella dan Dave saling menanti untuk menyerang sampai saatnya Ella membuka mulutnya untuk berbicara, “Lo habis baca pikiran gue ya? Gerak gerik suara Lo kedengaran dengan sangat jelas, mungkin ini terkesan mustahil, tapi gue bisa baca suara hati orang juga.” Perkataan Ella barusan membuat Dave terkesiap karena tidak menyangka sihir suara dapat bertindak sejauh itu. “Coba buktikan kalau kekuatan lo itu benar-benar hebat,” ucap Dave memancing Ella untuk menyerang lebih dahulu. Ella tersenyum dan berjalan menuju Dave secara perlahan, tapi saat itu juga Dave merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya sampai ia tidak dapat membuka matanya. Pandangannya mulai menggelap dan seakan matanya ingin keluar saat itu juga, nyeri luar biasa juga terasa di telinganya sampai nyeri itu membuat Dave merasa tercekik. Setiap langkah Ella semakin dekat itu membuat kepala Dave terasa sakit. Dave akhirnya jatuh terduduk dengan tangannya yang memegangi kepalanya. Ia ingin berteriak tetapi suaranya tidak dapat keluar sama sekali, dan beberapa saat kemudian Dave merasakan keheningan seakan ia berada di tempat yang berbeda. “Kenapa? Sakit ya-ya-ya..” Terdengar suara Ella bergema dan berat. Saat itu Ella sudah berada di depan Dave yang jatuh dengan tumpuan pada lututnya. Ella tersenyum tipis dan meraba kepala Dave. “Bagaimana kalau kita pecahkan ini-ni-nih..” ucap Ella dan semakin meraba kepala Dave dengan kuat. “Coba saja.” Dave menjawab dengan kepalanya yang perlahan dapat bergerak secara ringan mendongak ke atas melihat Ella yang sudah kaku. “Ba-bagaimana bisa?” tanya Ella terbata-bata tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. “Lo nggak tau apa kekuatan gue?” tanya Dave dengan nada kecewa mengingat betapa angkuhnya Ella saat menyerangnya. Ella berusaha menggelengkan kepalanya dengan pandangannya yang sangat ketakutan. Dave yang melihat itu tertawa sebentar, lalu ia berdiri tegak kembali dan mendekati wajah Ella. “Peramal alam,” bisik Dave dengan suara serak basahnya. “Bisa dibilang gue tau segalanya dan bahkan gue udah tau jika Lo akan menyerang gue dengan kekuatan seperti tadi. Menarik, tetapi sayangnya gue terlalu banyak tau. Lo memakai suara dengan frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar manusia, lalu mengarahkannya ke gue untuk melumpuhkan ini.” Dave mengetuk-ngetuk kepalanya menggunakan jari telunjuknya. “Tapi sayangnya Lo nggak berjaga-jaga dengan pita suara gue, gue masih bisa berdehem untuk melunturkan frekuensi yang nggak dapat didengar manusia itu. Tentu saja yang menang suara yang dapat bisa didengar karena dapat mengembalikan ke alam sadar, bukan?” ucap Dave. Saat itu juga suasana yang awalnya sepi dan gelap kembali berubah seperti semula. Dave kembali tersenyum tidak tertahankan karena ia berhasil mengubah suasana hati Ella sehingga itu melemahkan konsentrasinya untuk mengendalikan kekuatan sihir suaranya dan berakhir semua sihirnya luntur. Tanpa panjang-panjang urusan lagi, Dave mengunci energi tubuh Ella dengan cara mengotak-atik titik-titik penting di dalam otaknya menggunakan kekuatan sihirnya yang dapat mengubah peristiwa itu. Sulit untuk dijelaskan, tetapi bisa dibilang Dave mampu melakukan segala hal, hanya saja ada batasan dan hal yang harus dibayar jika ia terlalu banyak mencampuri urusan yang seharusnya terlarang. Pertandingan saat itu tidak lama berakhir dengan tubuh Ella yang terkulai lemas dan penonton yang kembali kecewa karena pertempuran keduanya berlangsung antara pikiran dan ilusi. Jadi mereka hanya melihat Ella yang mendekat ke arah Dave yang terkulai lemas, tapi tiba-tiba saja Dave bangkit dan malah sebaliknya, Ella yang terkulai lemas. Pertandingan saat itu dimenangkan oleh Dave dengan cara yang brilian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD