BAB 9

1128 Words
“Kenapa sepi dah? Apa kita dibohongin?” celetuk Alan saat sudah sampai di pusat Assamble Academy dan melihat tidak ada satupun orang disana. “Entahlah, gue rasa mungkin mereka lagi berkumpul?” ucap Radiant dan tetap melanjutkan langkahnya ke depan menuju gerbang khusus yang sepertinya merupakan pintu untuk masuk ke akademinya. “Hallo kalian berdua!” seru seseorang dari belakang Radiant dan Alan. Keduanya berbalik secara perlahan dan tatapan keduanya bertemu dengan seorang gadis berbalut pakaian bewarna coklat mudah yang minimalis, dengan rambut panjang bergelombangnya yang bewarna pirang, pakaian itu terlihat sangat cocok sekali dengan gadis tersebut. “Perkenalkan! Aku Lucy, senior tingkat dua kalian. Kalian berdua mulai sekarang akan menjadi tanggung jawabku selama setahun ke depan, terkhusus di masa percobaan kalian.” Lucy memperkenalkan dirinya dan itu disambut balik oleh Alan juga Radiant. “Perkenalkan juga! Aku Alan dan ini Radiant, salam kenal kak Lucy!” seru Alan dengan senyuman berbinar dari matanya, tidak bisa dipungkiri bahwa Alan terpesona dengan kecantikan Lucy, bahkan Radiant sendiri mengakui bahwa Lucy secantik itu. “Sudah-sudah! Kalian tidak perlu menatapku selama itu, nanti kalian bisa keracunan dan yang paling berbahaya kalian bisa mati karena itu,” ungkap Lucy dan tersenyum kenbali dengan sangat manis. “Kenapa bisa seperti itu?” tanya Radiant spontan. “Itu kemampuan sihir yang kumiliki, mungkin terdengar gila, tetapi seperti itulah caranya bekerja. Aku bisa memikat siapapun yang bertatapn denganku, membuatnya terpaku, tidak bisa bergerak, terkadang mengambil kekuatan sihirnya. Paling hebatnya aku bisa membunuhnya hanya dengan tatapan yang bisa kuberikan.” Lucy menjelaskan tentang bagaimana kekuatannya bekerja, hal itu membuat Alan dan Radiant ternganga sedikit tidak percaya. “Bukankah itu berbahaya?” kali ini Alan bertanya. “Tidak! Tentu saja aku bisa mengendalikannya! Hanya saja sihir itu seperti menyelimuti keseluruhan tubuhku, jadi aku tidak bisa mengendalikan tatapan kagum orang-orang padaku,” jawab Lucy kembali. “Sangat gila! Apa ini yang disebut celebrity syndrom?” tanya Radiant kembali dengan sangat jelas. Lucy membulatkan matanya sempurna, “Bagaimana bisa kau mengetahuinya? Sepertinya kau bukan orang biasa, sejauh ini tidak ada yang bisa memahamiku secepat itu,” ungkap Lucy terkejut mendengar perkataan Radiant barusan. “Entahlah, mungkin kita hampir memiliki kesamaan. Di bumi, aku juga sering dikagumi oleh banyak orang, tetapi bedanya aku tidak memiliki sindrom seperti itu. Aku lebih tepatnya lebih sering dilecehkan dan tidak bisa berkuasa akan hal itu,” ujar Radiant. Lucy dan Alan yang mendengar itu langsung merasakan bagaimana tertekannya Radiant selama ini. “Jadi? Apa kau mempunyai tempat curhat atau semacamnya?” Lucy bertanya dengan nada prihatinnya. “Sayangnya tidak ada dan itu tidak bekerja sama sekali, aku malah dijadikan kambing hitam. Mungkin itulah yang membuat terkadang aku mati rasa dengan sesama manusia, tetapi aku terkadang semakin peka dengan keadaan sekitar seperti sekarang ini.” “Itu dia! Itu materi yang sebenarnya kita pelajari di akademi ini, yaitu Assamble Academy. Dimana sihir kita yang berada disini berasal dari masalah sosial yang kita miliki. Anggap saja masalah sosial merupakan kekurangan diri kita dan untuk mengisi kekurangan itu supaya seimbang, tubuh kita membangun sesuatu yang disebut dengan keajaiban atau sihir, sebut saja kemampuan istimewa jika kita menyebutnya dalam dunia sains.” Lucy menjelaskan dengan sangat halus dan jelas, itu membuat Alan maupun Radiant langsung memahaminya tanpa adanya pertanyaan di kepala mereka. “Jadi, pertanyaannya sekarang. Apa kalian sudah mengetahui kemampuan kalian tersebut?” sambung Lucy. “Untuk Radiant, sepertinya ia sudah menemukannya. Bagaimana denganmu?” Lucy mengalihkan pandangannya dari Radiant dan menatap Alan yang masih berpikir di dalam pikirannya. “Sejujurnya aku masih belum mengetahuinya, tapi sebelum datang kesini, aku memiliki kesadaran akan banyak hal. Mungkin lebih seperti pergerakan refleks yang disadari? Mirip dengan kemampuan alam yang dimiliki oleh Radiant, tetapi bedanya aku bisa merasakan gerakan tumbuhan bahkan gerakan seseorang dalam sepuluh detik ke depan?” Alan berujar dengan sedikit tidak yakin, ia hanya berkata apa yang dirasakannya. “Sepertinya itu sihir yang berkaitan dengan fisik dan kemampuan refleksmu. Untuk lebih jelasnya kau nanti bisa mencoba melatihnya sendiri bersama dengan Radiant, kemungkinan besok aku akan melatih kalian, tetapi untuk sekarang ini kalian harus kembali ke asrama dahulu untuk mempersiapkan diri,” ujar Lucy. “Untuk apa?” tanya Radiant. “Sebentar lagi sepertinya akan ada pertemuan? Kalian bisa masuk lewat sihir dimensi milikku, ini akan langsung menembus depan pintu kamar kalian berdua. Ini kunci masing-masing kamar kalian, untuk perempuan itu satu kamar ditempati dua orang dan untuk anak laki-laki itu ditempati oleh tiga orang, dan sepertinya teman kalian sudah berada di kemarnya. Sebaiknya kalian sapa mereka dahulu sebelum bersih-bersih!” Lucy menjelaskan dengan sangat cepat untuk menghemat waktu dan ia membukakan sebuah portal yang langsung dapat terhubung kepada kamar Alan dan Radiant. “Baiklah, terima kasih kak Lucy!” seru Radiant dan masuk ke portal itu dengan cepat. Radiant spontan menutup matanya, tetapi ia tidak dapat merasakan apapun. “Apa tidak bekerja?” gumam Radiant bingung dan kembali membuka matanya, ternyata tidak terjadi apapun. “Rupanya tidak semua portal yang menghasilkan gejala mengerikan seperti tadi,” gumam Radiant. Radiant tidak membuka pintu kamar yang ada di depannya dengan kunci, ia mengetuk pintu itu beberapa kali dan tidak lama terdengar langkah yang mendekat ke arah pintu itu. Radiant memasang wajah senyum termanisnya, gagang pintu mulai bergerak, dan pintu terbuka menampilkan sosok perempuan dengan rambut hitam yang sangat cantik dan panjang. Gadis itu sedang mengusak-usak rambutnya dengan menggunakan handuk bewarna putih, tidak lupa dengan kaos putih dan cenala pendek sepaha yang dikenakannya. “Ternyata teman sekamar gue sangat cantik,” puji Radiant tiba-tiba. Alana mengerutkan keningnya, “Ternyata lo teman sekamar gue? Baguslah! Tidak terlihat merepotkan, silahkan masuk!” seru Alana dan ia pun masuk mendahului Radiant yang masih berada di pintu. Radiant melangkahkan kakinya masuk, kemudian menutup pintu dengan pelan. Berjalan melihat kamar yang ada disana, menurut Radiant kamarnya tidak buruk dan sangat cantik. “Ini mirip seperti kamar di rumahku,” ungkap Radiant. “Berarti lo anak orang kaya ya?” sahut Alana. “Kirra-kira seperti itu,” balas Radiant. “Kamar lo ada di bagian selatan dan kamar gue ada di bagian utara. Kamarnya sudah ditentukan berdasarkan name tag dan warna sihir milik kita. Warna sihir gue ungu dan warna sihir lo hijau? Sepertinya ini berkaitan dengan alam ya?” tanya Alana di akhir perkataannya. “Sepertinya begitu, gue bisa mengendalikan tumbuhan sejauh ini. Oh iya, nama lo siapa? Nama gue Radiant!” ucap Radiant memperkenalkan dirinya. “Gue Alana! Oh iya, lima menit lagi kita disuruh untuk ke aula utama. Sebaiknya lo cepat mempersiapkan diri lo, jangan lupa pakai pakaian warna sihir, bukan yang lain. Oke? Gue tungu lo disini,” ujar Alana. Radiant yang mendengar itu mendadak panik karena ia tidak terbiasa dengan hal yang mendadak. Ia pun langsung masuk ke kamarnya dan bersiap-siap dengan membersihkan dirinya dengan sangat cepat seperti kilat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD