“Siapa itu?” tanya Dave dengan nada kecil kepada Mark yang sedang memakan roti yang ada dari kulkas di kamar asrama mereka.
“Mungkin teman sekamar kita? Bukankan saja pintunya,” ucap Mark dan Dave menuruti perkataan Mark..
Dave berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu luar, Dave membukanya dan menemukan orang setingginya sedang menatapnya dengan tersenyum. “Hai! Gue Alan!” ucapnya memperkenalkan diri.
“Kamar ini?” tanya Dave.
“Iya,” jawab Alan.
“Oh yasudah, kalau begitu langsung masuk saja! Kamar lo disini ya!” seru Dave menepuk dinding sebelah kirinya. Alan yang mengerti hanya berdehem dan mengangguk.
Alan masuk ke dalam dan menemukan Mark yang masih setia menikmati makanannya.
“Gue Mark!” seru Mark memperkenalkan diri.
“Gue Alan!” ucapnya.
“Oh iya, lima menit lagi kita ada pertemuan di aula utama, sebaiknya lo cepat bersiap dan memakai pakaian seperti yang dipaka oleh Dave di dalam lemari lo,” ujar Mark.
“Oke, tunggu gue ya!”
Alan dengan cepat langsung masuk ke dalam kamarnya dan menyiapkan dirinya. Tanpa berpikir dua kali, Alan langsung paham dan tau dimana letak seluruh barang yang ada di dalam kamarnya itu, kekuatan refleks Alan langsung bekerja tanpa dimintanya.
Alan dengan santai mengambil handuk yang ada di dekat pintu kamar mandinya dan langsung masuk untuk membersihkan dirinya dengan cepat. Dalama tiga menit, Alan langsung keluar dan mengambil pakaiannya yang bewarna hijau, tetapi tidak ada. Alan hanya melihat pakaian bewarna ungu tetap memiliki motif dan model yang sama, jadi ia langsung memakai itu dengan cepat dan keluar dari sana.
“Oke, gue sudah siap!” seru Alan.
“Kenapa lo cepat banget?” tanya Dave tidak menyangka ada manusia yang bisa bersiap-siap secepat itu.
“Tapi kalian bilang cuma punya waktu 5 menit bukan?” tanya Alan memastikan.
“Ya, itu benar. Ayo pergi ke aula utama,” ajak Mark sebaik keluar dari kamarnya dengan pakaian warna putih miliknya.
“Kenapa pakaian lo seperti pakaian bangsawan dah?” celetuk Dave saat melihat Mark keluar dengan aura d******i kuatnya.
“Entahlah, gue pun kurang tau. Apa ada hal lain lagi? Ayo keluar!” ajak Mark.
Mereka bertiga keluar dari sana, bersamaan dengan yang lain juga mulai keluar satu per satu dari kamar.
Lalalala…
Terdengar bunyi bel akademi dari bangunan utama, semuanya semakin banyak keluar dari kamanya dan koridor asrama penuh. Sebagian dari mereka ada yang berlari untuk pergi ke asrama, sebagian lagi ada yang berjalan dengan santai.
“Kalian kenapa terlihat santai? Jika telat itu akan membuat kalian mendapatkan hukuman dengan pengurangan uang bulanan kalian disini,” ucap salah seorang yang sepertinya sudah senior karena pakaiannya berbeda yaitu bewarna merah tua dimana pakaian seperti itu terlihat paling mendominasi diantara semuanya.
“Kalau kakak sendiri? Kenapa bersantai?” tanya Alan balik heran.
“Kami senior dan tidak ada urusannya dengan ini, kecuali kakak asuh kalian. Sebaiknya kalian cepat pergi sebelum benar-benar dihukum dengan hal yang lebih berat lagi,” ucapnya.
Mark dan yang lainnya mendengarkan hal itu mau tidak mau ikut berlari untuk pergi ke aula utama dengan berlari. Mungkin terdengar biasa saja jika hukumannya merupakan uang bulanan dipotong, tetapi dari ekspresi senior yang menegur mereka tadi, hukuman seperti itu sudah sangat berat bagi mereka.
“Apa kalian mempercayainya?” tanya Dave sambil berlari.
“Entahlah, gue kurang yakin, tetapi sepertinya ia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Sebaiknya kita memercainya saja,” balas Alan.
“Benar, seperti yang dikatakan Alan. Kita harus mengikuti arus dahulu,” ujar Mark dan tidak lama mereka sudah sampai di gerbang utama,
Mereka bertiga masuk ke sana dan berlanjut berlari hingga ke gedung utama, disana terdapat aula yang sangat besar. Banyak juga orang yang memakai pakaian seperti mereka bertiga, jadi ketiganya memutuskan untuk kesana dan sasaran tempat mereka sangat tepat.
“Sadar nggak sih? Hanya pakaian Mark doang yang berbeda dari yang lain,” celetuk Alan saat memperhatikan sekelilingnya dan tidak melihat ada yang berpakaian yang seperti Mark.
“Benar! Sebenarnya gue juga menyadarinya sedari tadi, pandangan senior saja terlihat berbeda saat melihat Mark.”
“Entahlah, gue masih belum bisa menyimpulkan.”
“Permisi! Sebelum memulai acaranya, kalian bisa coba untuk berbaris berdasarkan warna pakaian kalian, disini nantinya kalian akan diberikan pelajaran oleh masing-masing guru yang sudah ahli di bidangnya sesuai dengan warna kekuatan kalian,” ucap seorang pria di depan panggung dengan pakaian merah tua.
Semuanya langsung menuruti dan membentuk barisan dengan sangat cepat, seperti tubuh masing-masing dari mereka bergerak sendiri. Terdapat enam warna berbeda di aula itu sekarang dengan barisan bewarna merah terang yang paling banyak, bukan warna merah tua.
Kemudian terdapat beberapa orang yang berpakaian bewarna biru, puluhan orang berpakaian bewarna ungu, belasan orang berpakaian bewarna hijau, satu orang berpakaian warna hitam dan satu orang berpakian warna putih.
Mark yang merasa dirinya hanya baris sendirian sedikit merasa terasing akan itu, ia seperti orang berbeda. Mark paling benci diperlakukan berbeda, meskipun ia yakin sistem si Assamble Academy tidak akan seburuk itu.
“Baiklah! Kita sudah menemukannya, kalian bisa menyebar ke seluruh penjuru Assamble Academy dan mencari guru kalian sendiri dengan berbagai cara. Dimulai dari sekarang!” seru senior tingkat dua yang ada di depan.
Semuanya langsung berpencar dan pergi dengan tujuan mereka masing-masing, hanya tersisa Mark dan satu gadis yang berpakaian bewarna hitam disana. Mereka berdua merasa seperti terasingkan, makanya tidak bergerak sedikitpun dan meminta penjelasan.
“Oh iya! Untuk kalian berdua, guru kalian sama, jadi kalian bisa mencarinya. Lagipula kalian tidak perlu mencarinya pun seharusnya sudah bisa menemukannya dimana dalam hitungan detik seperti Blue Code,” ucap senior yang ada di depan Mark itu dan langsung pergi setelahnya.
Mark menoleh ke kanannya, pupil matanya menangkap seorang gadis dengan kulit yang sangat putih dan cantik. Rambutnya bewarna putih kilat dengan pakaian hitam berjubah yang menyelimuti tubuhnya sama dengan miliknya, hanya saja milik Mark bewarna putih.
“Gila! Lo sangat bagus memakai pakaian itu!” puji Mark spontan.
“Makasih,” ucapnya.
“Lo udah ngerti pakai kekuatan lo belum?” tanya gadis itu dengan nada lembut khas miliknya.
“Sudah, meskipun masih sedikit,” jawab Mark.
“Coba lo fokuskan pandangan lo dengan menutup mata lo, lo rasakan keberadaan orang yang memiliki aura sama seperti kita berada dimana.”
Mark langsung mencobanya tanpa banyak bertanya lagi, ia mulai memejamkan matanya dan merasakan energi alam yang ada di sekitarnya. Mark melihat aura dirinya dan juga teman di sampingnya itu, bewarna putih dan merah. Mark kemudian meluaskan energinya lagi dan dalam sekejap menemukan sosok orang yang memiliki aura sama dengan dirinya juga gadis di sebelahnya itu, ia melihat sosok tersebut sedang berdiri di sebuah tempat arah barat gedung Assamble Academy.
Mark kembali membuka matanya, “Kurasa ia ada di hutan dengan Magic Field,” ucap Mark memberitahu.
“Oke, kalau begitu ayo kesana!” seru gadis itu.
Gadis itu megeluarkan sebuah cahaya hitam dan menyelimuti mereka berdua dan dalam sekejap keduanya langsung berpindah tempat ke dalam hutan Assamble Academy.