BAB 37

1254 Words
“Gila! Bagaimana mungkin Alana bisa membunuh satu tim dengan sangat mudah?” kalut Radiant dalam pikirannya karena ia masih bertanya-tanya apa yang membuat Alana begitu mudah menemukan dan mengalahkan lawan. “Gue nggak nemu tim lawan apa karena kejadian tadi ya? Jadi mereka semua ketakutan sampai nggak minat lagi untuk menganggu seorang pemecah dimensi?” Radiant mulai berpikir random tentang dirinya dan orang-orang. Srak.. srak.. Terdengar suara berisik dari semak-semak belukar tinggi yang ada di samping kanannya. Radiant tersentak dengan refleks langsung melihat ke sebelah kanannya dengan kelopak mata yang membesar lebar memastikan siapa yang sedang berusaha untuk menerkamnya, tetapi saat berbalik Radiant tidak melihat seorangpun di sana. “Apa hewan? Apa di hutan seperti ini ada hewan?” Radiant bergumam dan menganalisa lingkungan di hutan terlarang itu. Radiant menemukan kemungkinan binatang liar bisa hidup di sana, tetapi jika itu menyangkut hutan terlarang berarti binatang yang hidup di dalamnya bukan sembarangan binatang alias binatang yang memiliki kekuatan sihir. Trak Trak Trak.. Radiant merespon suara aneh tersebut dengan mencari asal suaranya, di sana ia melihat beberapa granat menggelinding ke arahnya. Radiant menganga tidak percaya dan langsung menghilang dari sana sebelum granat itu meledak dan mampu membuat sihirnya menjadi kacau. Radiant dapat menghilang dari sana karena dapat mentransfer energi sihirnya ke seluruh penjuru hutan terlarang ini, meskipun banyak hal tidak biasa dan memiliki kekuatan sihir besar di dalamnya. Radiant tetap bisa memanfaatkan kekuatan sihir yang berasal dari hutan terlarang itu, tentu saja ini membuat Radiant sangat beruntung, karena hal itu Radiant jadi leluasa untuk bertarung sendirian. “Huh hampir saja.” Radiant mentransfer dirinya ke salah satu pohon besar yang berada di sekitar tempat dirinya diberi granat. Ia awalnya terjatuh dari batang pohon besar dan hampir melesat ke bawah, untung saja Radiant refleks memegang dahan pohon besar dan sementara berada di sana untuk mengamati siapa yang menyerangnya. Radiant menggunakan matanya dengan maksimal dan melihat siapa yang keluar dari semak-semak belukar itu, saat mereka berjalan secara perlahan dan keluar Radiant masih belum mengetahui wajah mereka. “Ck, kita gagal mendapatkannya,” ujar salah satu dari mereka. “Apa ia kabur? Lemah sekali, gue nggak nyangka dia orang yang selemah itu. Gue pasti akan membunuhnya kalau ketemu dengannya lagi,” balas temannya yang menyusul dari belakang. “Mereka cuma berdua?” Radiant bertanya-tanya karena tidak melihat siapapun lagi berada di sana. “Apa mungkin ia bersembunyi di atas pohon?” ucap salah seorang dari mereka dan keduanya refleks melihat ke atas. Saat mereka melihat ke atas, Radiant dapat memandang dengan jelas kedua wajah orang yang menyerangnya tersebut. Ia dibuat kaget bukan main karena mereka berdua merupakan Alana dan Olfie. “Sial! Bagaimana bisa Alana dan Olfie yang menyerang gue? Mereka sebenarnya sedang apa?” Radiant mulai merasa frustasi karena keanehan yang baru saja terjadi, ia tidak menyangka kedua temannya itu bisa melakukan hal seperti itu kepadanya. “Apa mereka salah mengira orang?” Radiant bergumam masih meragukan kalau Alana dan Olfie tidak bermaksud seperti itu tapi Radiant tetap merasa aneh karena sebelumya mereka setuju untuk berpisah saja, kenapa sekarang mereka malah berdua? “Apa lo yakin Radiant ada di atas? Dia kan sedikit pengecut untuk berada di ketinggian,” gumam Alana. Deg.. deg.. Radiant merasakan perasaan menusuk di dadanya, ternyata emang benar keduanya merupakan temannya, tapi kenapa? Kenapa mereka menyerang teman satu tim? Bukannya itu malah merugikan mereka sendiri? Sebenarnya apa yang terjadi? Radiant sekarang sangat bingung dan masih sulit mencerna situasi yang terjadi. Keringat karena kegugupan Radiant terus bercucuran dan mulai membahasi tubuhnya, Radiant tidak mampu mengontrol ketakutannya yang mulai terasa kambuh. Ia bukan takut karena ingin diserang atau tidak memiliki daya melawan, ia takut ia dikhianati dan takut nama baiknya menjadi hancur karena dua orang di depannya itu. Radiant mulai tersenyum dan terkekeh kecil. Ia tidak ingin hal seperti nama baik dirinya itu hancur, ia tidak mampu menanggung kemaluan atau menjadi orang rendahan. Radiant merasa dirinya adalah mutlak seorang yang patut diteladani dan menjadi bintang di Assamble Academy. Tapi sekarang apa? Daripada memuji dirinya, kenapa justru temannya itu menyerang dia? Panas dingin dirasakan Radiant dengan hawa napsu ingin membunuh dan napas memburu karena tidak sabar untuk meretakkan tulang Alana dan Olfie yang ada di depannya. “Benar... Gue nggak boleh kalah dan harus membuat mereka memohon di hadapan gue. Bahkan menjilat telapak kaki gue dengan muka yang penuh memelas,” ucap Radiant seraya mempersiapkan dirinya untuk menerkam keduanya. “Hello! Jebakan!” Seseorang datang dengan cepat dari belakang Radiant dengan kuku panjangnya yang ingin mencengkeram leher Radiant dengan gerakan yang cepat. Sreek Kreek “Arghhhh sialam!” Seseorang yang baru saja menyerang Radiant itu mengerang kesakitan saat Radiant berhasil menghindar dari serangannya dan membalas balik dengan menyepak bagian betis orang tersebut sampai tulangnya patah. “Upss sorry, gue terlalu memakai banyak kekuatan,” ujar Radiant meminta maaf dengan nadanya yang sama sekali tidak terdengar tulus. Radiant saat itu juga melihat ke bawah kembali memastikan apakah kedua orang tadi benar Alana dan Olfie atau hanya menyamar saja untuk mengelabui Radiant. Mereka tidak tau saja jika hal seperti itu justru memancing emosi Radiant lebih besar daripada membuat dirinya lemah. Ia tidak suka dilihat lemah oleh orang lain dan diperlakukan dengan tidak baik. “Ahh ternyata begitu,” gumam Radiant dengan tatapannya yang secara perlahan kembali menatap orang yang berada di depannya itu. “Jadi lo sekongkol dengan satu tim lo untuk mengelabui gue, ya?” tanya Alana dengan nadanya yang terdengar penuh penekanan dan emosi yang tertahan. “Kalian kira gue bakal nye-“ Sraaak Sebuah anak panah melesat dengan kecepatan tinggi mengenai d**a Radiant tepat mengenai jantungnya. Anak panah itu menembus dari punggung belakang hingga ke d**a depan dengan panjang sekitar 60 cm. “Wah! Ternyata kalian sudah merencanakan ini dengan strategi yang penuh ya? Sayangnya kalian melawan lawan yang salah, asalkan kalian tau, gue bukan tipe orang yang melakukan apapun dengan strategi. Jadi tentu saja ini percuma,” ucap Radiant dengan suaranya yang mulai memberat dan besar. Radiant memegang anak panah yang ada di dadanya dan melelehkannya dengan mudah. Setelah itu Radiant mencoba mengobati lukanya dengan mengumpulkan energi alam di dadanya, cahaya hijau terlihat berkumpul dan memperbaiki luka Radiant dari dalam hingga luar dengan penutupan luka yang sangat baik. Saat ada yang ingin menyerang Radiant kembali dari atas, Radiant berpundah tempat ke bawah. Ia juga memindahkan orang-orang yang menyerangnya itu ke bawah agar ia lebih bisa leluasa mengontrolnya. Aura dominan dari Radiant keluar, ia mengeluarkan cahaya hijau penuh yang menyelimuti tubuhnya dengan sangat membara. Radiant memejamkan matanya sebentar lalu ia membukanya kembali dengan menyemburkan kekuatan sihir penuh miliknya dan meluas menjangkau hampir sebagian wilayah hutan terlarang. Keempat orang yang menyerangnya itu sudah tidak dapat bergerak karena tubuh mereka yang kaku diakibatkan Radiant mengunci energi alam mereka. Saat Radiant ingin melayangkan serangan kepada empat orang itu tiba-tiba konsentrasinya terpecah dan pandangannya memburam. Radiant jatuh tersungkur dengan posisi duduk dan tangannya menahan posisi dirinya. Sebuah belaian terasa pada pundak Radiant, lalu menyusuri rambutnya dan sampai pada pucuk kepalanya. Belaian itu sangat halus, lembut, dan dingin. Hal itu berhasil membuat Radiant merinding dan mengantuk secara perlahan. “Iya bagus! Ayo tertidur ke alam bawah sadar dan temui seseorang yang sangat cantik di sana. Lo sepertinya terlalu meremehkan banyak orang dan lawan yang sekarang berada di sekeliling Lo. Mari kita lihat seberapa besar rasa angkuh lo itu dengan bermimpi indah.” Orang itu berbisik di samping telinga Radiant sampai Radiant tidak dapat merasakan kesadarannya lagi dan tidak bisa merasakan emosinya seperti tadi. Mata Radiant mulai terpejam disusul dengan keadaan tubuh yang sangat lemas tidak berdaya, lalu tertidur dengan pulas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD