BAB 7

1161 Words
"Hal pertama yang harus kalian lakukan adalah berkosentrasi dan merasakan tubuh kalian sendiri. Untuk bisa fokus lebih dalam lagi, kalian bisa menutup mata dan kemudian menarik napas dalam-dalam seperti meditasi." Zaid mulai menjelaskan secara bertahap kepada Mark, Alana, dan Dave. Mereka mengikuti apa yang dikatakan Zaid dan merasakan dalam-dalam apa yang ada dalam diri mereka. "Hal kedua yang harus kalian lakukan adalah mencari warna dari jiwa kalian. Biasanya warna ini bisa dijadikan petunjuk dari identitas diri kalian yang sebenarnya, pastinya juga sihir apa yang kalian miliki, karena kita juga sudah mendata semua kemungkinan sihir yang ada. Jadi kemungkinan akademi bisa menemukan sihir apa yang ada dari dalam diri kalian," ucap Zaid setelahnya. Mark memfokuskan aliran tubuhnya, ia merasakan panas yang ada dalam tubuhnya dihasilkan oleh darah yang mengalir. Mark merasakan alirannya itu dengan perlahan dapat memanifestasikan gambaran tubuhnya, ia melihat cahaya putih disana. Cahaya putih yang menurut Mark itu sedikit susah dikendalikan. "Mark!" panggil Alana kuat dan itu memecahkan konsentrasi Mark dalam sekejap. Mark membuka matanya, semuanya terlihat berbeda. Hari yang tadinya cerah sekarang sangat gelap dengan awan kelabu yang menjulang tinggi di atas sana. Langit dipenuhi oleh awan gelap itu. Zaid, Alana, dan Dave terlihat memandang khawatir akan Mark. Begitu juga dengan semuanya yang tadi berpencar sekarang mengelilingi Mark dengan berbagai macam tatapan. "Ada apa?" tanya Mark masih tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. "Sebenarnya, kekuatan apa yang kau miliki?" tanya Zaid. Mark menggeleng, "Aku masih tidak mengetahuinya," jawab Mark. "Yasudah, kalau begitu kemari ikutin aku. Kalian berdua juga!" seru Zaid dan membelah keramaian yang sedang melingkari mereka. Zaid membawa Mark dan yang lainnya masuk ke dalam hutan belantara, mereka berlari dengan cepat sampai merasakan aura yang berada di sekeliling mereka menjadi tenang. Zaid berhenti dan kemudian berbalik menghadap ketiga junior asuhannya. Mereka terlihat terengah-engah dengan napas yang masih sesak. "Kau tau apa yang tadi kau lakukan?" tanya Zaid kepada Mark. "Bagaimana ia bisa tau? Kami bertiga yang ada disini hanyalah orang baru," jawab Alana. "Benar, sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah hanya kakak yang bisa menjelaskannya?" sahut Zaid. Zaid terdiam, ia masih sulit untuk mengatakannya. "Sejauh ini, belum ada sihir yang sekuat tadi. Hanya dengan memfokuskan energi saja, Mark sudah bisa mengendalikan cuaca dengan sangat cepat. Itu sihir legendaris yang bisa menjadi perkara baik juga perkara buruk." Zaid menjelaskan. "Tidak bisakah kita menyuruh Mark untuk mencobanya lagi?" saran Alana. "Sebenarnya itu bukan ide yang buruk," ujar Zaid. Mereka bertiga melihat ke Mark menanyakan kepastian apa yang akan dilakukan Mark. "Bukankah berbahaya? Jika gue tidak mengetahuinya terlebih dahulu?" "Tapi kalau lo tidak mencobanya, mau sampai kapan lo nggak tau akan kekuatan lo sendiri?" balas Dave. "Baiklah, akan gue coba." Mark kembali menutup matanya, ia memfokuskan energinya seperti sebelumnya, tetapi kali ini ia lebih mengenal energi tersebut dan menjadi tenang karenanya. Mark membuat seluruh tubuhnya dingin supaya ia bisa tenang, tetapi ia merasa ada hal aneh yang terjadi diluar dugaannya. Mark kemudian membuka matanya dalam sekejap dengan keadaan tersengal-sengal. Ia kembali dengan energi yang terkuras banyak. Sekelilingnya sudah berubah, Mark merasakan keadaan dingin yang luar biasa dengan salju yang sudah berjatuhan lebat. Di depannya, senior dan temannya itu terlihat menatapnya datar. "Ada apa?" tanya Mark seperti keadaan sebelumnya, ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. "Sepertinya kita sudah tau apa sihir yang dimilikinya," celetuk Zaid dan yakin dengan perkataannya. "Apa itu?" tanya Alana dan melirik Zaid. "Bentar, sebenarnya apa yang terjadi? Kalian juga dapat baju musim dingin dari mana?" Mark kembali melontarkan pertanyaan yang mendapat tatapan sengit dari ketiga orang di depannya. "Kalau lo aja nggak tau apa yang terjadi, bagaimana dengan kami yang tiba-tiba saja kaget salju sudah turun dengan deras? Untung saja kak Zaid bisa membuat baju musim dingin," jawab Dave menjelaskan semuanya. "Tapi kenapa kakak nggak buatkan untuk aku?" tanya Mark berubah menjadi sopan dan menatap Zaid dengan mata memelasnya. "Untuk apa? Kau tidak terlihat seperti orang yang sedang kedinginan, ini kekuatanmu, pasti kau akan tahan dengan semuanya. Sekarang coba kau balikkan dengan keadaan sebelumnya lagi, apakah bisa?" Zaid mencoba mengubah topik. "Sebentar, sepertinya aku mulai paham dengan semuanya." Mark kembali memejamkan matanya, kali ini ia langsung dapat merasakan energinya. Ia mencoba menghangatkan energinya itu, begitu juga dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Ia membuat suasananya menjadi seperti keadaan semula. Sampai pada akhirnya setelah Mark merasakan itu sudah beres, ia membuka kembali matanya dan ia terkoneksi kembali dengan dunia nyata. "Bagaimana?" tanya Mark dengan wajah berbinar ya. "Berhasil!" seru Alana. "Benar, itu bekerja dengan baik!" sahut Dave. "Coba lain kali kau mencoba untuk mengendalikan kekuatanmu berdasarkan kuasamu, bukan dari perasaanmu." Zaid berujar memberi saran. Mereka setelah itu kembali berjalan ke arah lapangan yang luas tadi, disana semuanya sudah kembali seperti semlua, tetapi anehnya sudah tidak terdapat orang lagi disana. "Kemana semua orang?" tanya Dave. "Karena kejadian tadi sepertinya semua kembali ke asrama, karena tidak pernah ada musim dingin disini. Pasti semuanya akan terkejut baik secara fisik dan mental dengan perubahan itu," ungkap Zaid. "Wah!! Berarti Mark telah membuat perubahan dan membuat warna disini," ucap Dave. "Kalau begitu kalian juga ikut balik ke asrama. Untuk asrama Pria itu satu kamar diisi oleh tiga orang, untuk asrama cewek satu kamar akan diisi oleh dua orang. Dave dan Mark kalian satu kamar dan ini kuncinya yaitu untuk kamar nomor 132." Zaid memberikan keduanya masing-masing satu kunci kamar. "Untuk Alana ini kunci kamar nomor 194." Zaid kembali mengeluarkan sebuah kunci dari kantongnya dan memberikannya kepada Alana. "Aku akan sekamar dengan siapa?" tanya Alana mengerjakan matanya lucu. "Mosnter," jawab Dave. "Dave sialan!" teriak Alana dan memukul Dave pelan. Secara tiba-tiba, Dave terpental jauh oleh pukulan Alana. Semuanya melihat itu ternganga karena mereka tidak tau apa-apa, apalagi Alana yang benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukannya. "Lo ngapain Dave? Anjir?" tanya Mark menatap Alana tidak percaya. Dave terlihat tidak bergerak setelah terpental jauh dan mereka menghampiri Dave dengan cepat, tapi saat sampai disana Dave sudah kembali tersadar dan bangkit. "Mungkin ini kekuatan Alana, tapi itu tadi cukup mengerikan.." lirih Dave masih tidak percaya ia terlempar begitu saja dengan mudah. "Maafkan aku," ucap Alana dan Dave hanya dapat mengangguk dengan tenang. Zaid tidak bisa berkata-kata melihat ketiga juniornya yang unik itu. Ia tidak menyangka akan mengasuh ketiga junior anehnya itu selama setahun ke depan. "Kau tidak apa-apa?" tanya Zaid. "Tidak ada hal yang serius," jawab Dave. Zaid mendekatkan wajahnya ke wajah Dave, ia membuka lebar mata Dave dan menyenternya melihat pergerakan pupil mata Zaid, setelah itu menempelkan tangannya pada dahi Dave dan merasakan aliran energi pada tubuh Dave, tetapi Zaid tidak merasakan ada gejala aneh. "Benar, kondisi vitalmu bagus. Tidak terjadi hal serius, kalau begitu sebaiknya kalian cepat kembali ke asrama dan berkemas. Sepertinya setengah jam lagi akan ada pertemuan di aula utama," kata Zaid dengan melihat jam tangannya. "Aku pergi dulu, asrama kalian ada di ujung selatan dari Assamble Academy. Kurasa kalian bisa mencarinya sendiri!" teriak Zaid dari kejauhan karena ia sudah berlari menjauh dari mereka bertiga. "Kita pergi nih?" tanya Alana. "Ayo!" seru Mark dan membantu Zaid yang masih pusing akibat pukulan Alana tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD