BAB 5

1110 Words
Radiant mempercepat langkahnya saat ada seseorang yang hampir melihatnya. Dirinya berlari di koridor sekolahnya dengan langkah kaki senyap, rambut kuning keemasan miliknya terlihat mengambang di udara dengan sangat indah. Ia berusaha untuk kabur dari kejahatannya, tentu saja ia kabur, Radiant yakin sekali ia telah membunuh keempat temannya itu. Bisa gawat jika ia tidak segera pergi dari sana. Saat sudah melihat gerbang sekolah miliknya, ia mendecih saat melihat gerbang itu ditutup karena sekarang sedang jam pelajaran. Jadi Radiant memutar ke sisi gedung untuk bisa memanjat pagar yang sangat tinggi. "Sial! Gue nggak pernah bolos, gimana coba cara manjat?" gumam Radiant dengan pikiran yang sekarang nggak karuan, tentu saja ia panik. "Gue lupa kalau gue punya kekuatan, apa coba aja ya?" Radiant kembali menutup matanya seperti ia melakukan pembunuhan tadi, ia mencoba memfokuskan energi yang ada di sekelilingnya. Saat melihat begitu banyak cahaya hijau, ia mencoba menyelimuti dirinya dengan cahaya itu dan kemudian berusaha melawan gravitasi yang ada. Berhasil! Radiant berhasil melakukannya saat kakinya terasa tidak menyentuh tanah lagi dengan sempurna. Sekarang ia membuka matanya, Radiant melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang berada di sekitarnya atau melihatnya melakukan hal aneh tersebut. Setelah Radiant yakin ia berusaha memanifestasikan dirinya untuk melayang lebih tinggi dan melewati pagar dengan cepat. Ya, tentu saja ia berhasil melewati pagar tersebut dan berlari diantara hutan belantara yang mengelilingi sekolahnya itu. Radiant hanya terus berlari tanpa arah, yang penting ia merasa dirinya sudah jauh dari ancaman. Sekarang ia tidak tau lagi harus berbuat apa, ia juga sudah berbuat kejahatan yang berarti itu tidak mengharuskannya pulang ke rumah. “Sial! Gue harus kemana ya?” Radiant melangkah perlahan melewati semak belukar yang ada di hutan untuk menembus jalanan raya, “Hutan yang tidak terawat.” Saat menemukan jalanan raya, Radiant merasa aneh karena keadaan disana sangat sunyi dan senyap. Tidak seperti biasanya, Radiant yang melihat ada bangku disana, duduk dahulu untuk mengistirahatkan kakinya, ia tidak terbiasa berlari secepat dan selama itu. Radiant tidak akan pulang untuk sementara waktu, ia sudah memutuskan hal itu. Ia sendiri sering diperlakukan tidak pantas oleh orang sekitarnya, seperti hal tadi. Ucapan mereka semua benar, keluarganya sendiri juga sering melecehakannya seperti itu hingga bahkan ingin memperkosanya dengan alasan yang tidak masuk akal. Tidak hanya itu, Radiant sering dianggap hanya sekedar boneka mainan oleh keluarganya, bisa diperlakukan seperti apapun sesuai keinginan mereka. Ting… Ting… Ting... Terdengar suara detingan pukulan pentungan dengan sebuah gong yang nyaring memecah sepinya suasana. Radiant yang tersadar melihat ke arah jalanan yang ada di depannya, masih seperti sebelumnya, semuanya sangat sepi dan tidak ada tanda kehidupan. “Aneh…” gumam Radiant. Radiant mencari asal suara tadi dengan menggunakan perasaannya yang tajam, ia merasakan suara itu dari arah barat dirinya. Ia melihat ke arah kiri dan mendapati seorang tukang bakso sedang berjalan menuju ke arahnya. “Apa ini?” Radiant bertanya bingung dan atmosfer di sekitarnya langsung berubah dingin. Keadaan di sekitarnya berubah, suasana yang tadinya cerah sekarang menjadi gelap, di sekitarnya banyak hewan yang mulai bermunculan dengan tumbuhan menjalar yang bergerak mendakatinya membuatnya semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Radiant melihat ke atas, disana banyak burung-burung yang beterbangan. Sesaat Radiant juga mendengarkan suara tapak kaki yang besar mendekatinya, ia melihat ke belakang. Disana terdapat tiga rusa bercorak cantik sedang mendekatinya dengan membawakan sebuah buket bunga yang cantik. Tanpa sadar, Radiant mengambilnya dan mengucapkan terima kasih, seakan ia sudha terbiasa dan terikat dengan hal-hal seperti ini. Tukang bakso yang tadi sudah berada di hadapannya dengan senyuman yang terlihat sangat ramah, Radiant berdiri dan mendekatinya. “Apa bapak bisa menjelaskan apa hal yang terjadi sekarang?” tanya Radiant dengan sopan. Radiant sudah mengerti hal ini terjadi ada kaitannya dengan kekuatan yang dimilikinya, dan pastinya dengan orang yang ada di depannya ini. Ia mengira tukang bakso ini adalah kunci dari segala pertanyaan yang ada di otaknya sekarang. “Saya hanya ingin menawarkan kamu, apakah kamu mau memasuki dunia fantasi yang sangat indah? Dengan nilai tukar nyawa milikmu sendiri,” ujarnya dan itu cukup menjawab semua pertanyaan dari dalam kepalanya. Radiant merasa pertanyaan ini tidak semengerikan itu. Jika ia menerima tawaran tersebut dan masuk ke sebuah dunia dengan dimensi ruang dan waktu yang berbeda, tentu saja nyawanya yang ada di bumi ini tidak berlaku, itu adalah pertanyaan menjebak dan sedikit retoris pikir Radiant. Jadi, ia memutuskan untuk menerima tawarannya saja, lagipula tidak ada hal yang menyenangkan di bumi. Tukang bakso itu mengangkan tangan kanannya untuk berjabat tangan, Radiant dengan senyuman penuh yakinnya menerima jabatan tangan itu dan sebuah portal besar langsung terbuka. “Wah! Aura alam yang kuat apa ini?” celetuk Radiant saat merasakan suasana yang begitu kuat dari dalam portal. “Di dalam sana terdapat alam yang masih sangat suci dan alami, itulah yang menyebabkan tubuh kamu merasakannya dengan sangat kuat, karena kamu saling tertaur dengan alam,” jawab tukang bakso itu dan menghilang begitu saja. “Lah? Hanya begitu saja? Ia tidak mengucapkan salam perpisahan? Pak! Bapak?” panggil Radiant dan tidak mendapatkan jawaban apapun. Radiant menaikkan kedua bahunya dna kemudian langsung masuk ke dalam portal, ia merasakan suasana yang langsung mengikat dirinya dengan sangat kuat. Dingin menyelimuti tubuhnya dan rasanya kepalanya seperti berputar dengan keras. Tidak lama, Radiant terlempar keluar dan ia sudah berada di tempat yang berbeda dengan seseorang yang ada di samping kirinya. Tunggu, gue kan nggak melihat tapi kenapa gue bisa merasakan kehadirannya? Radiant melirik ke kirinya dan ia melihat seorang remaja pria yang sedang kebingungan, “Lo kenapa bingung gitu?” tanya Radiant. “Lah? Lo nggak bingung? Menurut lo aja deh, sekarang kita ada dimana?” tanyanya. Radiant berpikir sebentar, “Di dunia fantasi kan? Entahalah, gue juga kurang tau sebutannya, tapi yang pasti kita ada di wilayah pinggiran bagian taman di daerah sini. Pusat peradabannya ada di arah selatan sana,” ungkap Radiant. “Bagaimana lo bisa memastikannya?” tanya remaja itu. “Entahlah, gue rasa ini ada hubungannya dengan kekuatan yang gue punya,” ungkap Radiant. “Kekuatan? Maksudnya apa?” tanyanya seperti beo. “Lo nggak tau apa-apa? Tempat ini kan tempat mereka yang memiliki kekuaran sihir, sebelum lo jabat tangan lo nggak tau apa-apa?” Radiant kaget dengan orang yang ada di sampingnya itu. “Entahlah, gue rasa setelahnya gue bakal mati. Tapi gapapa, sekarang ayo kenalan, nama lo siapa?” tanya remaja laki-laki tersebut. “Radiantze Victor Deavanne, panggil saja Radiant!” ucap Radiant. “Kalau gue Adama Edward Alghifari, panggil saja Alan!” ucap Alan dengan matanya yang membentuk bulan sabit. “Kenapa jauh banget?” “Entahlah, gue juga bingung, yaudah kalau lo tau pusat tempat ini dimana. Ayo kita kesana sekarang juga!” seru Alan mengajak Radiant dan mereka berduapun pergi dari sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD