BAB 28

1166 Words
Zein sudah berada di hadapan Azra dan langsung menunduk untuk mengecek keadaan muridnya itu, tetapi Azra tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Semua yang melihat itu langsung mencari dengan kepala mereka yang berputar-putar dan bertanya tanya di mana keberadaan Azra. Ren yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya, “Jadi itu cuma replikanya doang?” gumam Ren dan semakin memperbesar jangkauan petirnya ke seluruh arena. “Kena Lo!” seru Azra tiba-tiba terdengar di telinga Ren. Azra muncul tepat di bawah Ren, “Kelemahan Lo Cuma satu Ren, lo cuma fokus ke satu arah dan ceroboh dalam p*********n langsung.” Setelah berucap seperti itu, Azra melemparkan kabut putihnya yang sudah ia pertajam ke arah Ren. Sebelumnya ia sudah menantikan hal seperti ini sehingga Azra sudah sedari tadi membentuk kabut yang dapat memotong partikel padat dengan memperkuat molekul air yang ada di kabur miliknya. Sihir kabut milik Azra langsung mengarah dengan panjang ke arah Ren dan mengenai tulang d**a menembus hingga tulang punggung Ren. Serangan itu menghasilkan luka yang besar pada tubuh Ren, karena sihir Ren yang juga masih menebar ke seluruh tubuhnya dan tidak terkontrol. Sihir listrik milik Ren yang awalnya berguna sebagai jubah pelindung langsung menyerang dirinya balik akibat serangan kabut milik Azra. Itu membuat Ren kesetrum oleh kekuatannya dengan sengatan yang cukup besar dan membuat pembuluh darahnya menyempit, sehingga Ren merasakan sesak napas yang luar biasa karena aliran oksigen dalam darahnya menjadi terhambat. Azra yang melihat itu merasa dirinya sedikit keterlaluan karena tidak memperhitungkan luka yang akan dialami oleh Ren. “Sial! Apa ia akan baik-baik saja?” gumam Azra saat melihat Ren yang awalnya terbang itu langsung terjun bebas ke bawah dengan keadaan yang hampa. Ya hampa, karena Azra tidak bisa merasakan sihir lagi dari balik tubuh Ren. Zein yang melihat kejadian itu langsung dengan sigap berlari menangkap Ren yang terjatuh bebas. Reaksi penonton yang berada di sana sangat beragam, ada yang bersorak gembira karena Azra berhasil mengalahkan Ren, tetapi ada juga yang justru khawatir karena Ren terluka besar. Mereka semua tau bahwa aliran listrik yang mengenai tubuh akan menimbulkan efek yang besar dan tidak bisa dijadikan permainan semata. Azra turun dengan cepat bertanformasi menjadi kabut untuk menghampiri Zein yang sedang membawa Ren. “Apa ia baik-baik saja, pak?” tanya Azra sebaik sampai mensejajarkan langkah kakinya dengan Zein yang sedang menuju ruang medis di arena itu. “Karena ia pemilik kekuatan listrik itu, bapak rasa ia akan baik-baik, tapi kerusakan yang dialaminya lumayan parah karena gabungan sihir air milikmu. Jika orang lain yang terkena sihir seperti ini, mereka pasti sudah mati jika tidak dapat menghindarinya,” ungkap Zein menjelaskan. Azra ternganga karena tidak menyangka efeknya akan separah itu, “Apa benar separah itu? Kenapa bisa sampai semengerikan itu?” tanya Azra memastikan. “Mau bagaimanapun tetap saja pemilik sihir seperti kita ini adalah manusia, makhluk yang bisa mati juga. Tentunya ada beberapa yang kebal dengan ini, tetapi hampir semua akan mati karena serangan fatal. Itu salah satu alasan kenapa akademik ini didirikan,” ucap Zein. “Oh iya, bapak akan serahkan acara ini padamu dan memimpinnya. Bapak mau mengurus Ren terlebih dahulu,” Zein memberikan mik kecilnya kepada Azra dan melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan Azra yang terdiam dan mengangguk pasrah karena tidak punya pilihan lain. “Kenapa harus gue?” *** “Apa ia mati?” celetuk Mark dengan mulutnya yang masih mengunyah jajanan yang baru saja ia beli dari kantin online. “Tidak mungkin orang yang berada di sini mati semudah itu,” jawab Alan merasa pertanyaan Mark tidak masuk akal. “Tapi kan bisa saja? Apa enggak ya?” ujar Mark dengan segala kelabilannya yang membuat kedua temannya itu menggelengkan kepalanya. “Bisa, tapi ia pemilik kekuatan listrik dari yang gue dengar ketahanan tubuh pemilik kekuatan listrik itu hebat. Mereka kebal dari segala sihir, hanya saja kelemahan mereka jika berjumpa dengan pemilik sihir elemen air dan kebetulan kak Azra pemilik elemen kabut yang di mana menyimpan molekul air.” Dave menjelaskan hal yang ia ketahui. “Berapa banyak buku yang udah lo baca?” tanya Alan kepada Dave. “Sebenarnya gue nggak baca buku apapun, hanya saja semenjak di sini gue ngerasa seakan kaya gue tau banyak hal? Gue juga ngerasa tempat ini tidak asing dan semua kejadian ini serasa dejavu.” “Berarti lo peramal alam dong?” celetuk Mark tiba-tiba. “Hah? Gimana?” tanya balik Dave yang tidak mengerti akan perkataan Mark. “Itu pemilik kekuatan green code yang langka namanya Oracle Green. Gue tau ini karena gue kemarin sempat baca sekilas, wah gue nggak nyangka ternyata yang punya kekuatan selangka itu teman sekamar gue sendiri.” “Berarti prediksi masa depannya selalu tepat dong?” Alan ikut masuk ke dalam topik. “Yang gue baca gitu sih dan kemarin juga tertera kalau pemilik kekuatan ini selalu beruntung dan tidak bisa terkena kesialan bahkan tidak dapat terluka.” Mark menjelaskan lebih banyak lagi. Dave yang mendengar info dari Mark itu tidak dapat berkata-kata lagi karena ia merasa jika benar itu merupakan sihirnya itu merupakan sihir yang sangat hebat dan Dave tidak yakin dapat menampungnya. “Cocok sebagai orang yang mengatur strategi ya berarti.” Alan berujar dengan matanya yang melirik Mark. “Iya benar! Gue juga baca mereka bisa memiliki mata elang hanya dengan duduk diam saja, sulit dipahami sih emang tapi gue rasa itu sihir yang mirip dengan milik pak Zein.” Alan dan Dave mengangguk mendengar itu karena mereka kembali terlarut ke dalam pikirannya masing-masing. Alan yang langsung berpikir bahwa ia memiliki tim yang hebat untuk menang di pertandingan antar tim dan Dave yang berpikir apakah ia bisa menanggung semua sihir miliknya itu. Sedangkan Mark tidak memikirkan apa-apa karena ia masih terus mengunyah kripik kentang miliknya dengan nikmat, Mark tidak tau kenapa ia merasa sangat lapar belakangan ini. Sebuah sirine bunyi saat masing-masing murid sedang asik bercerita antar sesama teman yang berada di sampingnya. Di tengah kembali muncul sosok yang berbeda dengan Zein, setelah kabut yang berada di tengah arena itu menghilang barulah terlihat jelas siapa yang berada di sana yaitu Azra. “Hallo! Kenapa? Kaget ya? Karena Pak Zein sedang sibuk dengan urusan lain, maka pertarungan kali ini akan dipandu oleh saya pribadi sebagai wakil ketua himpunan sihir di Assamble Academy!” ucap Azra yang lebih seperti memperkenalkan jabatannya dibandingkan dirinya. Seruan banyak murid langsung terdengar di berbagai penjuru arena karena emang Azra memiliki banyak penggemar di Assamble Academy hal itu tentu saja dikarenakan ketampanannya yang luar biasa. Azra menaikkan tangannya seakan menyuruh audiens yang berada di sana diam dan semuanya menurutinya, suasana arena langsung hening. “Untuk menghemat waktu langsung saja kita saksikan terlebih dahulu pertarungan antara dua murid baru terbaik di Assamble Academy! Mereka baru datang kurang lebih selama seminggu tetapi karena kehebatan kekuatannya mereka berhasil meraih hati banyak orang di Assamble Academy. Siapakah mereka berdua? Langsung saja kita panggil dua murid baru terbaik tersebut yaitu..” Azra menggantung ucapannya dengan sengaja untuk melihat reaksi audiens yang berada di sekelilingnya. Ia sengaja melakukan itu untuk meninggalkan rasa penasaran di masing-masing hati murid Assamble Academy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD