Hari itu Tiba

1359 Words
Hari pernikahan adalah hari yang paling dinanti oleh setiap pasangan pengantin, karena akan menjadi hari bersatunya cinta dalam ikatan yang halal. Sayangnya, hal itu tidak dirasakan oleh Kirana. Alih-alih bahagia, Kirana malah diliputi rasa penasaran setelah menerima telepon dari Ibas subuh tadi. Sepupunya itu memang tidak menghadiri acara siraman kemarin karena kesibukan sebagai dokter residen obgyn. Subuh tadi dia mengabarkan jika sudah mengumpulkan informasi tentang Ayunda. Sontak saja hal ini membuat Kirana tidak tenang. Karena dari perbincangan Meylani dan Desti di butik beberapa waktu lalu, wanita itu adalah orang yang sepertinya wajib diwaspadai. Sudah hampir pukul sepuluh pagi dan Bastian belum juga menampakkan batang hidungnya. Sedangkan, dua jam lagi tim perias pengantin akan datang, karena prosesi akad nikah akan dilaksanakan pada sore hari. Kirana menunggu kedatangan Bastian dengan perasaan gelisah. Dia sangat penasaran dengan informasi tentang Ayunda. Ini sangat penting, agar dia bisa mengantisipasi dan bisa mengambil sikap jika berhadapan dengan wanita itu nanti. Kirana duduk di depan meja rias, mencoba menghubungi Bastian yang tak kunjung datang. Panggilan pertama, kedua hingga ketiga diabaikan. Barulah pada panghilang keempat Bastian merespon. "Gue udah di bawah," ujar Ibas dengan nada kesal dan langsung memutus sambungan telepon. Tidak sampai lima menit, pintu kamar Kirana terbuka menampilkan pria yang dengan celana bahan slim fit berwarna hitam dipadu dengan Kemeja biru laut yang digulung hingga di bawah siku Meski sudah semalaman berjaga di rumah sakit, tetapi tidak mengacaukan tatanan rambut Bastian. Benar-benar kokoh. "Sorry lama. Tadi ada pasien urgent," ujar pria itu sebelum Kirana mengomelinya. Kirana beralih duduk di tepi ranjang berdampingan dengan Bastian yang sudah lebih dulu duduk di tempat itu sambil membuka ponselnya. "Nih." Bastian menyodorkan ponsel ke hadapan Kirana yang langsung menatapnya meminta penjelasan. "Ini yang namanya Ayunda." Kirana mengambil benda itu, lalu mengamati foto wanita manis bertubuh sintal dengan gaya rambut versatile atau rambut bob. Kirana terus menggeser layar ponsel itu sambil mendengarkan Bastian. Jika dilihat dari beberapa foto yang Bastian miliki, sepertinya wanita itu selalu tampil dengan make up bold dengan lipstik berwarna merah, membuat bibirnya yang agak tebal terlihat semakin seksi. "Dia teman satu kampus Satya." "Dia arsitek?" tanya Kirana yang tidak mengalihkan pandangan dari benda canggih itu. "Bukan. Dia kerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan manufaktur. Mereka berteman karena berada dalam satu organisasi." Kirana mendengarkan dengan saksama semua penjelasan sepupunya itu. "Dia orang yang paling bisa mempengaruhi Satya." Pemaparan Bastian membuat kepala Kirana menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. "Maksud lo?" Kirana sedikit tidak percaya, jika orang seperti Satya bisa dengan mudah dipengaruhi orang lain. "Dia orang yang membantu Satya bangkit setelah bercerai dari istrinya. Jadi, Satya nggak bisa nolak permintaan dia karena merasa punya hutang budi. Bahkan, Satya lebih memprioritaskan wanita itu daripada anak-anaknya," jelas Bastian. Bastian menceritakan awal mula kedekatan dua manusia berlainan jenis itu. Menurut informan, saat kuliah Satya dan Ayunda tidak dekat, interaksi mereka hanya saat d organisasi saja, di luar itu mereka hanya saling menyapa. Setelah Satya lulus, mereka tidak pernah lagi bertemu. Keduanya tidak sengaja bertemu kembali di sebuah pub saat Satya sudah bercerai dan sedang dalam keadaan terpuruk. Sejak saat itu mereka menjadi dekat. Sifat Ayunda yang ramah dan mudah berteman dengan siapa saja membuat Satya merasa nyaman untuk bercerita. Ayunda selalu menempatkan diri sebagai pendengar yang baik setiap kali Satya berkeluh kesah. Dia juga selalu menyemangati dan memberi dukungan agar Satya bisa segera Move on. Setelah berhasil bangkit, Satya merasa berhutang budi dan menganggap Ayunda sebagai penolong. Membuatnya tidak mampu menolak permintaan wanita itu. Hal tersebut dimanfaatkan Ayunda yang sejak kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Dia selalu meminta Satya untuk menemaninya kemanapun, hingga membuat Satya mengabaikan anak-anaknya. "Jadi ini yang bikin Satya nggak dekat sama anak-anaknya," ujar Kirana mengingat pembicaraan dengan Risma. "Iya. Bukan hanya nggak dekat, Ki, mereka lebih mirip orang asing. Satya hampir nggak punya waktu untuk anak-anaknya dan lebih memprioritaskan Ayunda." "Jahat banget." tukas Kirana. "Tapi … bukannya Satya sempat pacaran sama beberapa perempuan?" "Nah, itu juga yang bikin pacar-pacar Satya mundur. Perempuan mana yang nggak sakit hati kalau pacarnya lebih mentingin perempuan lain?" jawab Bastian. "Wow, gue baru tau kalau Satya bisa senurut itu sama perempuan." Kirana tersenyum remeh. Hening. Kirana sibuk berselancar di media sosial, membuka akun wanita itu untuk mencari informasi lebih banyak. Melihat setiap unggahan dan membaca beberapa komentarnya. Kirana membuka kumpulan foto yang diunggah wanita itu enam bulan yang lalu. Foto bersama pria yang beberapa jam lagi akan menjadi suaminya. Dilihat dari latarnya, sepertinya foto tersebut diambil di Pulau Dewata. Kirana membuka kolom komentar. Ada satu komentar yang membuat Kirana tertarik. momsya @ayunda kemana-mana udah berdua. Semoga cepat dihalalin. ayunda @momsya Just friend. momsya @ayunda Friend with benefit. ayunda @momsya True. "Friend with benefit," batin Kirana. Otak gadis itu spontan menebak ke hal-hal negatif, tetapi segera ia tepis. Kirana kembali menggulir kolom komentar. Membaca sekilas tanggapan yang diberikan oleh pengikut Ayunda. Hingga dia menemukan komentar tak terduga. twins.belv4 Definisi sibuk versi Papa @satyaprawr selvania04 @twins.belv4 bukannya ini sudah biasa. Bilang banyak kerjaan, nggak taunya liburan. Kirana sedikit terpana melihat keberanian si kembar berkomentar langsung di postingan Ayunda. "Sepertinya lawan gue tangguh-tangguh." Sementara itu, Bastian hanyut dalam pikirannya sendiri. Masih ada satu informasi penting, tetapi dia ragu untuk mengatakannya. Selain tidak adanya bukti, dia juga memikirkan perasaan Kirana. "Kenapa lo?" tanya Kirana yang menyadari tatapan Bastian. "Ada hal penting yang belum gue sampein." Kirana menatap Bastian penuh tanya. Penasaran hal penting apa yang akan disampaikan sepupunya itu. "Hubungan mereka bukan sekedar teman atau sahabat. tapi … f**k buddy." "Binggo! Tebakan otak gue ternyata benar." Kirana membatin. "Mereka sama-sama membutuhkan. Satya butuh pelampiasan hasrat dan Ayunda butuh perhatian Satya. Bukan cuma sama Satya, dia juga melakukan sama laki-laki lain. Untuk hal ini gue nggak punya bukti, Ki. Ini berdasarkan cerita temen gue yang kebetulan pacarnya teman sekantor Ayunda." Kirana terdiam dia bingung harus memberikan respon apa. Kenapa informasi sepenting ini datang terlambat, jika lebih awal mungkin ia bisa mencari bukti untuk ditunjukkan pada papanya. Sekarang tidak ada yang bisa dilakukan selain menghadapi kenyataan. "Ki, lo harus bisa jaga diri. Lo pasti paham maksud gue, kan?" Kirana tidak menjawab, hanya menatap netra Bastian. "Tolong hubungi gue secepatnya kalau seandainya kalian melakukan itu," pinta Satya yang kini menggenggam kedua tangan Kirana. Jika memang itu terjadi, dia akan langsung membawa Kirana untuk melakukan pemeriksaan, memastikan jika tidak ada penyakit yang ditularkan pada sepupunya. Bastian sama seperti Ayunda, penikmat cinta satu malam. Tetapi, dia selalu bermain aman dan tidak melakukannya dengan sembarang wanita. Dia juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. "Mbak …," Jika sudah menggunakan panggilan itu, artinya Bastian berada dalam mode sangat serius. Apa yang akan diungkapkan benar-benar dari hati. "Apapun yang akan terjadi setelah ini, tolong cerita ke gue dan jangan ada yang lo tutupi. Kita cari jalan keluarnya sama-sama. Dan usahakan jangan libatkan hati lo dalam pernikahan ini" Pesan Bastian dengan suara lembut. Kirana mengangguk lalu memeluk Bastian. "Makasih, Bas, karena lo selalu berusaha lindungi gue, selalu ada setiap kali gue butuh." Kirana meneteskan air mata. Bastian mempererat pelukannya dan memberikan kecupan di sisi kiri kepala Kirana. Kirana sudah bertekad untuk membentengi diri dan hatinya. Dia tidak ingin terluka karena mencintai pria itu. Kalau bisa dia ingin bebas dalam keadaan utuh. *** Kirana tampak anggun dan cantik dalam balutan kebaya kutubaru modern bernuansa putih yang terkesan mewah dengan bustier kristal dan aksen bordir yang menutupi pundak, dipadu dengan kain batik yang berasal dari tanah kelahiran Bu Risma, Yogyakarta. Penampilannya semakin terlihat sempurna dengan paes Jogja Putri dan sanggul khas jawa, yang dilengkapi dengan gunungan melati dan masing-masing tiga buah mawar merah di belakang telinga. Tidak ketinggalan tiga cunduk mentul di bagian atas kepala. Meski menggunakan riasan bold dengan lipstik berwarna merah, Kirana tetap terlihat flawless. Penampilannya semakin sempurna dengan anting mutiara dan kalung berlian. Mengusung tema wedding outdoor, akad nikah Kirana dan Satya akan dilaksanakan di sebuah resto river side di kawasan Araya. Dengan venue pernikahan yang menyuguhkan hamparan lapangan golf. Satya yang menggunakan setelan beskap khas Jogja lengkap dengan kalung panjang serta blangkon, terlihat menawan. Dengan sekali tarikan nafas dia mengucapkan ikrar pernikahan. Kirana menghela nafas panjang saat seruan kata 'sah' menggetarkan gendang telinganya. Kehidupan barunya dimulai dengan masalah yang tidak mudah untuk dilalui.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD