Sashi terbangun saat suara pintu kamar hotel yang dia tempati terbuka, tidak perlu di pertanyaan lagi itu siapa sudah pasti adalah laki-laki tempramental yang selalu bersikap seenaknya saja.
Jefian langsung menyalakan lampu membuat seisi ruangan kamar itu terang benderang sengaja agar makhluk bernyawa di dalam kamar itu bangun. Sashi langsung menyipitkan matanya menerima cahaya yang begitu terang di buat Jefian itu.
“Terganggu? Ya seperti hidupku yang kau ganggu tiba-tiba. Cepat bereskan barang-barangmu, pria tua di rumahku memaksaku menjemput wanita pengusik yang dia bawa ke kehidupan kami.”
Sashi membangkitkan tubuhnya duduk sembari merapikan rambutnya yang panjang itu, penampilan Sashi jauh sekali dari pertama kali Jefian melihatnya, rambutnya sudah berwarna coklat muda dengan potongan berlayer.
Sepertinya dia juga melakukan perawatan wajahnya pipinya yang kemarin begitu tampak berisi kini sedikit tirus dan dagunya berbentuk lebih menawan.
Sashi juga merapikan alis hingga bulu matanya membuatnya lebih lebat, bibirnya terlihat lebih seksi dan bervolume namun pas di wajahnya yang mungil itu masih terlihat natural. Entah berapa lama dia melakukan semua perubahan itu, sepertinya dis juga berbelanja cukup banyak lihatlah seisi kamar penuh dengan paper bag belanjaan.
Jefian beberapa detik tercengang seperti bukan melihat si gadis yang dia benci itu, sampai kemudian gadis itu bangkit dari tempat tidurnya. Menutupi dadanya dari belahan dress piyama satin yang dia kenakan.
“Kakek mencariku?”
“Cepat kemasi barang-barangmu, 2 menit jika kau tidak selesai aku akan menarikmu paksa!”
“Tidak bisa, barang-barangku banyak. Aku bisa pergi dari sini tapi butuh waktu setengah jam.”
“Omong kosong! Kau pikir kau siapa memintaku menunggu?”
“Istrimu.”
Terasa menjijikkan di telinga Jef kata istrimu itu, Jefian merasa tidak sudi mendengarnya. “Aku tidak punya waktu. Aku hitung kurang dari dua menit.”
“Tidak bisa, titik!” ucap Sashi acuh di melewati Jefian pergi menuju barang-barang miliknya yang berantakan di sana.
Jefian benar-benar di buat panas dengan sikap Sashi yang angkuh itu, lihatlah baru dua hari dia sudah merasa seperti tuan putri pemilik segalanya. Dengan dadanya yang sudah bergemuruh dan tatapannya yang dingin Jefian langsung berjalan cepat dan seketika menari tangan Sashi dari belakang kemudian menaikan gadis itu ke pundaknya.
“Tu-tuan!”
“Diam, aku pernah membunuh seseorang. Aku harap aku tidak lagi melakukannya kali ini.” Jefian berucap tegas dan tampak sangat serius.
Sashi terdiam atas ucapan itu, entah benar atau tidak namun siapa yang tahu? Laki-laki ini begitu b***t sudah memperlakukan dia begitu kejam saat malam pernikahan mereka lalu sikapnya sisa begitu tempramental.
Sepanjang Koridor Sashi pasrah kepalanya di buat menjuntai ke bawah dengan kakinya di sebalik pundak laki-laki itu. Tidak ada siapapun di koridor itu, suasana tampak sepi sekali hanya ada satu orang laki-laki tua jauh di belakang sana sepertinya itu adalah Juan asisten laki-laki ini, Sashi pernah melihat dia tempo hari di pernikahannya.
Sesampainya di sebuah mobil laki-laki tua yang Sashi duga adalah asisten pria tempramental ini langsung membukukan pintu, Sashi langsung di letakkan di belakang dengan sedikit dorongan.
“Awh sakit!”
Namun Jefian tidak peduli di segera menutup pintu lalu pergi entah kemana, Sashi melihat dari dalam mobil yang dia naiki itu Jefian masuk ke dalam mobil lain. Ada seorang wanita yang di mobil itu, wanita itu menyambut Jefian memberikan dia kecupan di pipi lalu mereka masuk ke dalam mobil itu bersama.
Sashi tidak peduli apa yang di lakukan Jefian itu bukan urusannya, “Pak Tua apakah kita akan kerumah kakek? Barang-barangku masih di atas ssna.”
“Aku sudah mengurusnya nona. Kita akan pulang ke rumah kakek setelah Pak Jef juga pulang. Kakek memerintahkan seperti itu. Anda harus menemani suami anda kemanapun dia di luar pekerjaannya. Kakek baru saja menghubungiku, itu peraturan yang dia kakek. Pak Jefian tidak pernah membacanya.”
Tentu saja Sashi terkejut, “Ta-tapi? Tapi lihatlah dia pergi bersama wanitanya untuk apa aku mengikuti dia.”
“Ini perintah kakek nona, kakek dan Jefian punya kesepakatan yang anda tidak ketahui.”
“Oh tidak! Apa-apaan ini.” Sashi mengacak rambutnya, setelah di bangunkan secara mendadak lalu dia harus mengikuti suami iblis gilanya itu entah kemana bersama seorang p*****r yang mungkin di sewanya.
Mobil yang di kendaraai Juan si asisten tua pun pergi melaju kencang mengikuti Jefian yang sudah lebih dulu pergi, sungguh entah mimpi buruk apa ini, Sashi melihat dirinya berpakaian seseksi ini. Juan seakan mengerti apa yang Sashi rasakan dia lantas memberikan jas yang pakai untuk Sashi pakai.
“Anda mungkin membutuhkan ini, nona.” Ulur Juan jas miliknya itu.
“Oh terimakasih pak Tua.” Sashi segera mengenakannya menutupi tubuhnya yang terekspos itu. “Pak Tua apakah dia biasa seperti itu?”
“Ya nona, padahal dia baru saja kembali dari berpesta dengan teman-temannya.”
“Astaga manusia macam apa dia. Ini sudah menjelang pagi. Benar-benar keluar dari penjara lalu masuk ke dalam neraka.” Bandingkan Sashi kehidupannya sekarang dan kehidupannya saat bersama sang ibu tiri dan kedua kakak kejamnya.
***
sesampainya di sana Juan membukakan pintu untuk Sashi turun, mereka baru saja tiba di sebuah klab malam ternama di kota itu, kemudian berjalan masuk di susul Juan, awalnya Sashi di cegat tidak bisa sembarang orang masuk ke sana namun Juan punya kartu ke anggotaan milik Jef dia pun menggunakan itu untuk membuat Sashi masuk.
“Pak Tua, ini sudah malam sebaiknya anda pulang. Aku bisa masuk sendiri.”
“Tidak nona, saya harus temani anda itu tugas saya. Lagipula tempat ini kurang baik untuk anda yang belum terbiasa.”
Tentu saja tidak biasa Sashi mana pernah pergi ke tempat-tempat seperti ini, suasana gelap bercampur gemerlap menjadi satu. Lalu musik di sana sangat memekak telinga, Sashi melangkahkan kakinya ragu di tempat asing itu.
Lihatlah para wanita di sini sangat-sangat seksi, seakan sudah sudah siap menjadi santapan para hidung belang.
Beberapa mata tampak melirik pada Sashi yang berusaha menerobos ke ramaian, Sashi belum menemukan di mana suami iblisnya itu sampai kemudian Juan menunjukkan jemarinya.
“Suami anda di sana nona, di sebuah table bersama rekan-rekan wanita dan prianya.”
Sashi pun melihat itu, sambil menutupi telinganya dia menyoroti Jefian yang sedang tertawa lepas di sana. Dia di apit oleh tiga wanita lalu ada tiga laki-laki berpenampilan rapi sama seperti dia.
“Apakah aku harus ke sana pak tua?”
“Harus nona.”
Sashi sungguh ragu untuk melakukan itu, akan bagaimana respon Jefian, laki-laki itu pasti akan sangat marah. Namun kenapa dia harus takut ini perintah kakek. Laki-laki itu adalah suaminya, dia punya hak, peduli apa dengan kemarahannya Sashi merasa di dunia ini tidak lagi ada yang perlu dia takuti.
“Pak Tua ini Jas milikmu.” Kembalikan Sashi jas milik Juan, Sashi lalu menurunkan tali piyama di pundaknya itu. Membuka ikatan rambutnya membiarkan rambutnya tergerai indah tidak lupa dia membasahi bibir seksinya lalu berjalan menerobos keramaian untuk menuju ke meja dia mana Jefian berada.
Di tempat yang sedikit gelap dengan campuran lampu disko yang sesekali menyorot ke meja yang di tempati Jefian itu Sashi muncul di sana. Semua mata di meja itu melihatnya, semua mata terpanah seperti melihat sosok bidadari sempurna dari atas hingga bawah yang datang entah dari mana.
Sashi sangatlah cantik, wajah lembutnya begitu khas cukup menarik perhatian, apa lagi dia semakin terlihat seksi dengan piyama putihnya itu, di tambah rambutnya yang panjang dia dan tergerai indah itu.
“Xavier dia wanita yang kau sewa?” kata seorang laki-laki di sana pada Jef juga teman lainnya.
“Bu-bukan tapi entahlah. Anda wanita yang barusan menghubungiku?” tanya Xavier pada Sashi matanya tidak berkedip menatapi Sashi.
“FU*CK!” Jefian langsung memaki di sana saat melihat kedatangan Sashi, dia langsung melepaskan diri dari ketiga wanita yang terus menempel padanya lalu meraih botol anggurnya sendiri menolak di layani para wanita itu.
“Kau pastikan lagi Xavier, kau mungkin salah orang dia tidak seperti wanita panggilan.” Teman Jefian bernama Dave terlihat sangat tertarik pada Sashi dia masih tidak berkedip menatapi Sashi yang terlihat sangat sempurna walaupun hanya memakai piyama satinnya.
“Awas! Jikapun aku salah bukan urusanmu. Hey nona kau mencari sesuatu? Kau kehilangan sesuatu dan sedang mencarinya.” Tanya Xavier menatap mendamba langsung berdiri lalu mengulur tangannya. “Aku Xavier, aku tidak pernah melihat anda sebelumnya di sini.”
“Hey aku Dave!” Dorong teman Jefian yang satu lagi.
"Aku lebih dulu, menyingkirlah!"
"Kau salah orang coba hubungi lagi."
“Aku—“ Sashi gugup sekali.
Melihat perdebatan kedua temannya lalu sikap Sashi yang seakan tengah tebar pesona mencari perhatian membuat Jefian langsung membanting botol minumannya, bantingan botol itu menciptakan suara dentuman yang cukup kuat, nafasnya pun sudah bergemuruh rasanya ingin menyeret wanita itu memakinya habis-habisan kenapa dia harus ada di sana. “Duduk!” Kata Jefian tiba-tiba melihat pada Sashi yang sedang di perdebatkan, “Menyingkir kalian berdua dia tamuku.”
Sashi lalu menganggukkan kepalanya kepada dua orang teman Jefian itu lalu melewati mereka, “Aku tamunya, aku akan duduk dimana?” Tanya Sashi.
“TERSERAH!”
“Tapi aku mau di sebelahmu.” Pinta Sashi dengan suara lembutnya.
Lagi-lagi Jefian memaki dalam hati, dengan rasa kesal dia pun segera menggerakkan tangannya memerintah ketiga wanita itu menjauh untuk membiarkan Sashi duduk di sebelahnya. Tentu saja tiga wanita itu kesal mereka pun menggerutu sembari berpindah.
Kedua teman Jefian ikut terkejut mereka saling menatap, mereka tidak tahu siapa wanita itu, dia terlihat seperti bukan wanita bayaran. “Tamu?”
“Kau tidak mengatakan apapun, Jef?”
“Omong kosong! Aku tidak punya waktu memberitahu.”
“Oh s**t, nona bidadari ternyata kau mencari laki-laki sialan itu.”
Tidak banyak yang tahu pernikahan Jefian, tidak semua orang mendapatkan undangan kecuali yang berhubungan dengan kakek dan pekerjaan.
“Kau dimana Juan?” Jefian menghubungi asistennya itu.
“Perintah kakek anda Pak, ada di surat perjanjian nomor tiga poin sebelas, istri anda akan menemani anda kemanapun di luar urusan kantor. Anda pasti tidak membacanya.”
“FU*CK!” Jefian pun mematikan panggilannya itu kembali meraih botol minumannya. Tiga wanita tadipun menari botol itu lalu berusaha melayani Jefian.
“Wine? Ah aku saja Jef.”
“Tidak biar aku saja!” Kata Sashi dia meraih botol lain lalu menuangkan anggur ke dalam sloki lalu memberikannya pada Jefian.
Jefian dengan malas mengambilnya lalu cepat menenggaknya, ketiga wanita itu terus berusaha menggoda Jef mereka menempel-nempelkan tubuhnya di kiri Jef, lalu ada yang di belakang Jefian.
“Kau ingin tidur Jeff? Kau keliatan lelah.”
“Atau kau ingin pijatan?” Kata yang lain lagi.
“Jangan sentuh dia!” Kata Sashi, “Biar aku saja!” Sashi bangkit dari tempat duduknya dia lalu mengusir ketiga wanita itu mendorong mereka menjauh Sashi pun dengan santai duduk di paha Jefian tersenyum dengan sangat genitnya mengusap rahang Jefian.
Jefian sudah tidak tahan lagi Sashi benar-benar sakit jiwa, entah apa maksudnya melakukan ini mengganggu kesenangannya saja. Jefian langsung bangkit dari tempat duduknya membuat Sashi ikut bangkit.
“Ayo pergi!” Tatapan Jefian sudah begitu mengerikan dia mendorong meja membuat semuanya jatuh.
“Tu-tuan aku hanya ingin membuat anda pulang, ini sudah malam, jika tidak seperti tadi anda mungkin tidak akan pulang. Kakek sudah menunggu.”
“Pastikan kau melayaniku lebih dari pelacurr-pelacurr tadi. Jika tidak kau akan terima akibatnya sudah berkali-kali mengganggu ketenangan orang lain.” kata Jefian penuh penekanan masih terus memegangi kuat tangan Sashi.