Ingin!

758 Words
18+++, harap mengerti!  .... Khumaira tersenyum cerah pasalnya mulai hari ini kuliah libur. Apa lagi liburnya panjang, surga dunia bersama Azzam. Blus Wajah cantik Khumaira merona memikirkan hal m***m bersama Suaminya. Hingga dia merasakan pelukan hangat dari objek nakalnya. "Adek kenapa senyum-senyum sendiri? Ada yang dipikirkan? Kenapa wajah Adek merona begini?" tanya Azzam beruntun. "...." tidak ada balasan. Khumaira menunduk malu berusaha tidak menatap Azzam. Dia merasa Azzam membalikkan badan menjadi menghadap dirinya. Azzam merengkuh pinggang Khumaira dan satu tangan ia gunakan untuk mengangkat dagu Istrinya. Dia merasa aneh kenapa Khumaira berekspresi begini seperti .... "Adek pengen itu?" tanya Azzam. Mata besar Khumaira terbuka menatap mata teduh Azzam. "Pengen apa, Mas?" tanya Khumaira polos. Dia tidak minta apa-apa sama Azzam. Lalu dia ingin apa? Azzam tersenyum lebar mendengar pertanyaan balik Istrinya. Dia spontan menggotong Khumaira dan membawanya ke kamar. "Mas, Adek pengen apa? Mas jawab ih," rengek Khumaira. "Sesuatu yang menyenangkan hanya ada kita. Mau membuat buah hati?" bisik Azzam terdengar berat. "Mas, ugh besok mau ke pasar nanti kalau Adek lemes Mas mau gendong?" lenguh Khumaira tatkala Azzam menggigit telinganya. Azzam sadar besok ke pasar untuk membeli jajan lebaran serta baju dan thr untuk orang tua mereka. Dia menarik Khumaira dalam dekapannya. "Mas ingin itu?" bisik Khumaira. "Mas ingin tapi Adek nanti jalanya aneh di pasar. Bisa susah nanti Mas Adek jadi sorotan dan nanti puasa Adek terganggu." Khumaira jadi tidak enak mendengar perkataan Azzam. Secara tidak langsung menolak keinginan Suaminya. Buru-buru dia tindih tubuh kekar Azzam. "Mas, maaf bukan maksud menolak. Sentuh Adek jika Mas ingin." Azzam merengkuh Khumaira cukup erat membuta tubuh mereka menempel sempurna. "Mas tidak mau nanti Adek capek, besok saja. Ayo siwakan dulu sebelum tidur," papar Azzam. Khumaira mengecup rahang tegas Suaminya cukup lama. Lalu meminta Suaminya untuk membuka resleting pakaiannya. Azzam menurunkan resleting pakaian Khumaira. Kulit putih nan mulus itu mengundang Azzam untuk menyentuh. Dia menciumi punggung Khumaira lembut dan tangannya perlahan melepas gamis Istrinya. Tangan Azzam perlahan mengusap lengan Khumaira menggoda lalu meremas kecil. Khumaira menahan diri saat Azzam begitu lihat mengerjai tubuhnya. Dia juga sudah merasa berkedut di tubuh intinya. "Ughh, Mas," lenguhan akhirnya keluar saat Azzam menggigit tengkuknya. "Dek, maaf Mas khilaf," sesal Azzam. Buru-buru dia menegakkan tubuh agar tidak terangsang namun nyatanya miliknya sudah ereksi. Tangannya masih betah bertengger di perut Istrinya dan itu semakin membuat Azzam berkedut. Khumaira menggenggam tangan Azzam yang ada di perut ratanya. Dia sebenarnya ingin tapi harus sadar besok ke pasar. Dia mengecup pergelangan tangan Suaminya cukup lama. Pakaian itu sekarang jatuh ke pinggul. Dan tubuh Khumaira hanya menggunakan bra. Dia meremas tangan Azzam cukup kuat. Mereka sah jadi boleh melakukan apa pun. "Sentuh Adek, Mas," pinta Khumaira dengan napas memburu. Dia dengan nekat membawa tangan Azzam berada di belahan dadanya. Azzam terdiam menahan nafsu tatkala tangannya digerakkan Khumaira untuk meremas d**a kanan yang terbalut bra. "Adek paham Mas ingin, begitu pun dengan Adek. Sentuh Adek, Mas," papar Khumaira. Azzam yang berada di belakang Khumaira merasa panas dingin. Dia harus bagaimana? Bahkan tangan Khumaira semakin nakal meremas dadanya menggunakan tangan kekarnya. "Dek, Mas tidak kuat," bisik Azzam. Dia menarik lembut kepala Khumaira agar menengok samping. Bibir mereka menyatu dan langsung melumat sedikit tergesa. "Dek, Mas ingin," bisik Azzam di sela ciuman panas mereka. Khumaira merasa panas di daerah inti. Dia merasa sudah basah akan situasi ini. Azzam melepas bra Khumaira lalu melempar ke sembarang arah. Bruk Mereka jatuh bersama di ranjang dengan Azzam menindih Khumaira. "Mas, kita belum wudhu dan doa," pungkas Khumaira saat Azzam semakin gencar menjamah tubuhnya. Azzam sadar spontan berhenti lalu melepas kemeja abu-abu polos untuk di pakaikan ke Khumaira. Dia masih menggunakan T-shirt putih yang membingkai tubuh kekarnya. "Ayo kita wudhu Dek," ajak Azzam dengan kabut nafsu. "Enggeh, Mas." Usai mereka membersihkan diri seperti cuci muka dan gosok gigi lalu wudhu. Khumaira menggerai rambut panjangnya berwarna hitam berkilau. Tubuhnya hanya terbalut celana dalam dan kemeja Azzam. Penampilan itu sungguh menggairahkan bagi Azzam. Azzam tersenyum guna mendekat ke arah Khumaira. Dia mengukung kembali tubuh molek Istrinya. "Bismillah Allahuma Jannibis Syaithan wa Jannibis Syaithan Ma Rozaqtana." doa mereka terdengar khusyuk. "Dek, Mas minta maaf sering menuntun meminta ini di waktu tidak pas," sesal Azzam. Khumaira mengusap pipi Azzam penuh perasaan. "Itu kewajiban Adek melayani, Mas. Bahkan jika Mas ingin setiap hari Adek siap. Membuat Mas senang itu luar biasa. Adek sangat mencintai, Mas," ungkap Khumaira. "Mas juga sangat mencintai, Adek. Terima kasih, ya Habibi." Wajah Khumaira merona mendengar panggilan baru dari Suaminya. Dia merasa melayang tatkala mendengar panggilan itu. "Dek, mari mulai," bisik Azzam perlahan bibir itu kembali menyatu mesra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD