Sama dengan apa yang dikatakan Raffa waktu di kelas tadi, ia akan mengajak Kirana, bukan hanya Kirana saja, tapi seluruh anggota kelompoknya untuk pulang bersama dengan dirinya, mobil berwarna merah terang yang hanya bisa dinaiki empat orang itu terbuka, Asabella mengatakan bahwa ia memilih untuk ke rumah Raffa dengan mobilnya sendiri, sedangkan Elvano seperti apa yang dikatakan oleh Raffa tadi, ia berada di mobilnya sendiri dengan membawa sepeda Kirana.
“Beneran enggak mau bareng aja?” Tanya Raffa menatap Asa yang kini berada di sampingnya, beriringan untuk ke parkiran, sedangkan Finn dan Kirana berada di belakang mereka, melangkah bersama untuk kearah mobil Raffa, sedangkan Elvano sudah berjalan ke parkiran belakang, mengambil sepeda Kirana dan membawanya ke rumah Raffa dengan mobilnya.
Mobil merah itu menyala saat Raffa menekan tombol di kunci yang ia pegang, Finn membuka pintu mobil temannya itu, membiarkan ia duduk di belakang, sedangkan Kirana dipersilahkan untuk duduk di depan, di samping Raffa yang menyetir mobilnya.
Jujur saja, ini pertama kalinya Kirana duduk di dalam mobil mewah seperti ini, ya, selama hidup tujuh belas tahun, ia memang tidak pernah naik mobil, ya mau bagaimana memang Kirana tidak punya dan belum berkesempatan untuk naik mobil.
“Mau pesan makan enggak?” Tanya Finn menatap Raffa yang ada di depannya.
“Enggak lah, lo pikir rumah gue enggak ada makanan?” tekanan suara dari laki-laki itu terdengar beringas di telinga dua temannya, tidak, maksudnya hanya di telinga Kirana, karena Finn dan Elvano jelas sudah biasa mendengar tekanan saura itu.
Kirana memandang wajah laki-laki yang ada di sampingnya itu, Raffa benar-benar tidak bisa ditandingi, suaranya benar-benar seperti laki-laki yang akan menguasai dunia, wajahnya benar-benar tidak akan memalingkan orang yang sudah memandangnya, matanya yang kini tertutup dengan kacamata itu pasti tak pernah melihat hal-hal yang tidak ia sukai, hal-hal yang jorok, hal-hal yang mengenaskan, atau hal-hal yang tidak akan Raffa sukai.
“Kenapa lo lihat-lihat gue, suka lo?” Raffa bertanya ke arah Kirana, ia tahu perempuan itu sedari tadi menatapnya, dan Raffa sama sekali tidak bisa diperlakukan seperti itu.
Kirana hanya menggeleng dan memalingkan wajahnya kearah depan, ia melihat jalanan yang kini mereka masuki sudah berada di kawasan perumahan, dengan rumah yang besar dan bertingkat, dengan security yang ada di depan komplek, dengan taman yang terlihat hijau dan asri, lagi-lagi Kirana sama sekali tidak pernah, dan tidak menyangkan ia akan berada di tempat seperti ini, ini semua sangat berbanding terbaik dengan sehari-harinya, dengan kehidupan yang Kirana jalani, dengan apa yang biasa ia lihat, tentang semua sampah yang ia lihat, tentang likungan yang ia tinggali, tentang sepeda yang menjadi transportasinya, sungguh, ia dan teman-temnanya sekarang ini berbeda sekali.
Pagar tinggi itu terbuka saat Raffa menekan klapson mobilnya, di belakang mobil Raffa juga ada mobil Asabella dan mobil Elvano yang mengikuti mereka, Kirana dan yang lainnya masuk ke dalam rumah yang terlihat sangat besar, dan mewah, bahkan Kirana sendiri tidak bisa menghitung berapa luas halaman rumah Raffa, karena walau sudah ada lima mobil yang terparkir – karena sebelum mereka datang sudah ada dua mobil yang berada di sana, tapi halaman itu masih terlihat sangat luas dan mampun menampung lebih banyak mobil lagi, belum lagi lantai keramik yang baru saja Kirana injak, yang terlihat kokoh, Kirana benar-benar berdecak kagum, perempuan itu tidak berani mengangkat kepalanya, ia benar-benar memperhatikan langkahnya saat menginjak lantai rumah itu.
Sepeda Kirana diletakan bersisian dengan mobil Raffa, lagi, tapi kali ini menang Raffa lah yang memerintahkan itu, memerintahkan sepeda yang dibawa Elvano itu untuk ditaruh di sana, Elvano yang jelas berbeda kelompok itu juga ikut masuk ke dalam rumah Raffa, jelas sebagai tamu, sebagai sahabat dari Raffa.
Pintu besar itu terbuka, di belakangnya sudah ada Bi Rasiyang dengan sigap menanyakaan teman-teman Raffa ingin meminum apa.
“Terserah Bi, Mamih ada Bi?” Tanya Raffa lagi setelah meletakan tasnya di sofa ruang tamu, ya, ia memang ingin mengerjakan tuganya di ruang tamu, mungkin, terserah Asa saja nanti, lihat keadaan saja nanti.
Bi Rasi mengangguk, sambil mempersilahkan tamu anak majikannya masuk, asisten rumah tangga yang sudah bekerja lima tahun di sana pun masuk ke dalam dapur untuk menyiapkan minuman untuk tamu, juga untuk menyusul anak majikannya juga nyonyahnya yang ada di sana.
Raffa menemukan Ibunya yang tengah menimbang berat tepung untuk kue yang akan ia buat hari ini, anak laki-laki itu pun memanggil Ibunya.
“Lah, sudah pulang, sayang?” Tanya perempuan dengan rambut yang digulung di kepalanya agar tidak jatuh keapda adonan yang ia siapkan.
“Di depan ada teman-teman Raffa, Mih, mau ngerjain tugas ngelukis, ada Asa juga, nanti Raffa bilangin ke Asa buat minta bahan-bahannya ke mamih ya, Raffa mau ganti pakain sekalian ngambil kertas di kamar,” ucap Raffa, ya, anak yang terlihat bar-bar di luar itu nyatanya anak yang ramah dan sopan kepada orangtuanya, Raffa hanya ingin menjaga kapasistasnya saat di luar rumah saja, menjaga wibawanya, menjaga nama yang terpasang di akhir namanya, hanya itu, ia juga tidak berniat sombong kepada orang lain, tapi ini tuntutan, karena Raffa bergelar Al Farizzi di belakang namanya.
Ayahnya pernah berkata keapdanya, bahwa yang berat dari Raffa adalah Raffa akan digadang-gadang mewarisi seluruh harta keluarganya, terlebih saat Raffa lahir di dunia, Ibunya tidak pernah hamil lagi, yang membuat otomatis Raffa akan menjadi satu-satunya harapan dari keluarganya, lebih dari itu, Raffa juga sejak kecil harus dijaga lebih ketat, laki-laki itu juga belajar tentang bela diri, perlu diingat, Raffa jelas akan mewarisi seluruh harta dan perusahaan keluarganya, yang dimana keluarganya pasti memiliki musuh atau pesaing yang akan melakukan persaingan dengan tidak sehat, dan akan merugikan atau mencelakai keluarga Raffa.
Ibunya Raffa kelur dari dapur, melihat Asabella, Finn, juga Elvano dan satu teman Raffa yang belum ia kenal.
“Hallo Tante, lamanya enggak ketemu,” sapa Asabella merengkuh badan ibunya Raffa itu.
Ibunya Raffa tertawa, mendengar celoteh yang dikatakan oleh Asabella, padahal perempuan itu baru-baru saja ke rumah ini, karena kelaurganya makan malam bersama, atau karena ia main dengan Raffa, aduh lupa sekali, tidak hanya merengkuh Asabella, ia juga menyapa Finn, dan juga Elvano. “Dan …, ini?” tanya Ibunya Raffa menunjuk kearah Kirana berdiri, teman Raffa yang sama sekali tidak pernah ia kenal.
Kirana menyodorkan tangannya, menyalami orang yang dikatakan sebagai Maminya Raffa itu. “Kirana, Tante, mau kerja kelompok di sini,” ucap Kirana lagi disertai dnegan senyumnya, memperkenalkan dirinya.
Ibunya Raffa mengangguk ramah, benar-beanr type Ibu yang ramah dan bisa segalanya, tidak habis di sana, Asa mengatakan bahwa ia perlu beberapa bahan untuk melakukan kerja kelompok ini, seperti, mereka harus mengambar taman, mengambar buha-buhan dan segala macamnya.
“Ada satu syarat,” ucap Maminya Raffa sambil membuka beberapa makanan ringan yang ada di meja ruang tamunya, disodorkannya ke teman-teman anaknya itu.
“Bella, sama Kirana habis itu temenin Tante bikin kue, gimana?” tawarnya, seperti sebuah todongan kepada dua perempuan muda itu.
Asabella jelas mengangguk dan tidak menolak dengan apa yang dikatakan oleh Ibu dari sahabatnya itu, sedangkan Kirana juga ikut mengangguk saja, rasanya ia akan salah kalau menolak dari perktaan Ibunya Raffa kan?
Raffa akhirnya kembali, laki-laki itu mengenakan kaos yang Kirana sama sekali tidak bisa menebak harga kaos itu berapa, karena terbaca merk terkenal di pakaian yang tengah digunakan oleh laki-laki itu, Raffa juga mengenakan celana selutut berwarna abu-abu, dan membawakan beberapa kertas, dan alat-alat menggambar untuk teman-temannya yang menunggunya.
Asabella pun sudah meminta beberapa buah-buahan yang dimasukan ke dalam keranjang untuk menajdi objek gambaranya Kirana karena perempuan itu akan menggambar buah-buahan, sedangkan Finn bersemangat untuk melangkah ke taman rumah Raffa, yang akhirnya membuat semua berada di taman itu sekarang ini.
Kirana baru menyadari, semua yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas ini ada pada rumah Raffa, dari taman, buah-buahan bunga juga Asabella yang menjadi objek gambar Raffa kali ini.
“Loh kok gue?” Tanya Asabella terkejut kakrena mendengar ucapan dari Raffa, ia lah yang menjadi objek gambar dari Raffa kali ini.
Raffa tidak perlu menjawab pertanyaan dari teman masa kecilnya itu, ia pikir Asabella akan mengerti kenapa ia memilih perempuan itu, ya karena Asabella spesial bagi Raffa, hanya itu saja, tanpa ada penjelasan di belakangnya.