“Maaf, Bos. Kami kehilangan jejak wanita itu! Dalam sekejap, nona Tia menghilang dari pandangan kami,” ucap pak Hari, selaku sopir yang ditugasi untuk mengikuti Kia.
Detik itu juga, Albizar yang baru masuk mobil kemudian duduk di tempat duduk penumpang belakang pak Hari, tercengang. Albizar menatap pak Hari dengan banyak kemurkaan. Dari tatapan Albizar ke pak Hari menegaskan, “Kok bisa? Kalian bisa kerja tidak sih?”
“Cari sampai dapat. Minta mafia papa buat ikut bantu, tapi jangan sampai papa tahu!” tegas Albizar langsung memasang wajah sangat dingin.
Albizar tak menerima penolakan apalagi kegagalan dari tugas yang ia berikan. Malahan andai kali ini kembali gagal, ia tak segan bersikap kejam. Kekejaman yang membuat wajahnya sangat mengerikan, layaknya sekarang. Belum apa-apa pak Hari sampai berkeringat, padahal jelas di dalam mobil mewah dirinya dan Albizar berada, mesin pendingin masih bekerja dengan semestinya.
Di tempat berbeda, Kia yang dicari-cari justru tengah sibuk bekerja. Kia bekerja di sebuah toko bakery. Membungkus roti dan kadang turut ikut menjadi bagian dari kesibukan di ruang produksi, Kia jalani. Hanya saja, penampilan Kia berubah drastis. Sebab Kia memakai rambut palsu dan membuatnya lebih mirip laki-laki. Fakta bahwa dirinya merupakan anak ha ram dari keluarga kaya menjadi alasannya.
Rambut palsu yang Kia pakai memang pendek cepak layaknya rambut laki-laki pada kebanyakan. Begitu juga dengan pakaian Kia yang juga khas pakaian laki-laki. Celana panjang dan juga kemeja kedodoran membuat kesan seksi tak lagi menyertai wajah Kia. Begitu juga kumis tipis yang Kia pakai dan membuatnya jadi agak gagah. Kenyataan tersebut pula yang membuat pak Hari berikut tiga orang lainnya, kehilangan jejaknya.
“Aku sengaja melakukan ini demi menghindari keluarga papaku. Aku takut mereka kembali nekat melanjutkan jual beli kepadaku,” batin Kia.
Kia terpaksa menyamar menjadi laki-laki. Agar dirinya bisa hidup lebih tenang layaknya sebelum dirinya tahu, bahwa dirinya merupakan anak hara m dari keluarga kaya raya. Sebab kebencian keluarga istri pertama sang papa kepadanya, membuatnya ketakutan luar biasa.
“Semoga hanya aku yang mengalami ini. Wahai para wanita di luar sana, ... please jangan pernah menghasilkan anak dari hubungan terlarang. Kasihan anak kalian. Jadinya sesulit yang aku rasakan sekarang. Sekadar menjalani hidup sehari-hari saja, jadi harus selalu serba menyamar. Iya kalau mereka hanya benci dan sekadar enggak peduli punya hubungan denganku. Mereka justru terbiasa kasar, mereka terbiasa puku l aku sampai lebam bahkan berdarah. Parahnya sekarang mereka nekat menjualku hanya karena fisikku menjual!” batin Kia sambil mencuci setiap loyang bekas produksi. Bersama dua rekannya yang semuanya perempuan, ia sibuk membereskan ruang produksi yang sudah tak beroperasi. Karena kegiatan memproduksi untuk hari ini memang sudah usai.
Malamnya sekitar pukul delapan, Kia keluar dari toko bakery dirinya bekerja. Kia yang jadi memakai masker, baru pulang bekerja. Terhitung sudah tiga bulan lamanya ia bekerja di sana. Namun karena insiden jual beli dirinya dan itu di malam kemarin, Kia berinisiatif melakukan penyamaran. Kebetulan, sang bos maupun rekan kerjanya mengizinkan.
Namun Kia tidak tahu, bahwa Fero sang kakak sudah mengintainya dari dalam sebuah taksi online. Fero dengan segera mendorong Kia sekuat tenaga tak lama setelah dirinya keluar dari taksi.
“Dasar wanita tak tahu diuntung! Ssssetan kamu ya! Sengaja kamu bikin malu aku!” teriak Fero yang kemudian menjambak rambut palsu Kia hingga lepas.
Layaknya preman, Fero juga menggunakan tangan kekarnya untuk memu kuli kepala Kia sekuat tenaga. Sampai di titik ini, Kia tetap belum bersuara. Kia masih hanya berusaha lari meski ulah Fero membuat kepalanya pusing setengah mati.
Kejadiannya tepat di depan toko Kia bekerja. Tubuh Kia langsung tersungkur, dan dua orang rekannya yang sesama pekerja di sana segera berusaha menolong. Namun Fero yang sangat bengis, tak segan menghajar kedua rekan Kia yang semuanya perempuan muda. Kedua wanita muda itu histeris lantaran Fero tak segan membogem kepala mereka juga.
Kesempatan tersebut pula yang Kia manfaatkan untuk melarikan diri lagi. Sebenarnya Kia sempat nyaris melaporkan ulah Fero ke polisi. Masalahnya Kia sadar diri. Ketimbang dirinya, Fero dan keluarga papanya itu jauh lebih beruang sekaligus berkuasa. Sedangkan sejauh ini, sistim hukum selalu tumpul kepada mereka yang beruang apalagi berkuasa. Terakhir yang membuat Kia jadi tidak berani melaporkan ulah keluarga papanya itu lantaran kasus wanita korban pe lecehan yang lapor ke polisi, justru dicabu li oleh oknum yang menangani.
“Kak Fero tetap bisa mengenaliku. Luar biasa! Lari Ki ... lari sejauh mungkin!” batin Kia sambil terus lari sekuat tenaga. Namun di belakangnya, Fero tak segan meneriakinya ma ling!
Beberapa orang yang terpancing oleh teriakan Fero, jadi memperhatikan Kia. Rambut panjang Kia terurai layaknya wanita, tapi wajah cantiknya disertai kumis. Untungnya dua teman kerja Kia juga meneriaki balik Fero atas apa yang Fero lakukan.
Kia sengaja tidak lari melawati jalan raya. Ia terus melawati gang demi gang area kontrakan di sekitar sana. Agar Fero tidak bisa mengejarnya menggunakan mobil.
“Kalau begini, berarti aku enggak bisa balik ke kontrakanku. Yang ada kak Fero pasti ke sana karena Kak Fero sudah tahu!” pikir Kia tak jadi mampir ke kontrakannya yang memang ada di sekitar sana.
Sapaan ibu pemilik kontrakan kepada Kia, Kia balas dengan tatapan nanar. Kia melakukannya sambil terus lari kencang. Tanpa tahu, di sana ada Albizar yang menunggunya.
Di dalam mobil mewahnya yang diparkir di depan parkiran kontrakan banyak pintu, Albizar menunggu di sana.
“Nona Tia katanya sudah pulang, Bos!” sergah pak Hari.
Albizar yang awalnya sedang sibuk dengan ponsel, langsung terusik. Albizar berpikir, kali ini ia akan menemukan Kia. Namun ternyata, ibu pemilik kontrakan mengatakan bahwa Kia tak pulang. Kia hanya lewat sambil lari sangat kencang seolah sedang mengejar atau malah sedang menghindari seseorang.
“Apakah dia menghindariku?” pikir Albizar begitu yakin. “Namun, kenapa dia menghindariku?” pikirnya lagi yang meminta pak Hari untuk kembali melakukan pencarian terhadap Kia.
“Cari dia sampai ketemu, tapi jangan sampai melukainya!” tegasnya.
“Baik, Bos!” patuh pak Hari yang kemudian mengemudikan mobil hitamnya.
Di dalam sebuah ruang toilet umum yang ada di salah satu SPBU, Kia ada di sana. Kia terpaksa bermalam di sana meski beberapa kali, seseorang mengetuk pintu dari luar.
Nanda : Aku ada kerjaan. Di perusahaan besar, gantiin kakak aku yang lagi cuti hamil. Posisinya ada di divisi pemasaran. Gimana? Ijazah kamu bisa memenuhi syarat kok.
Kia : Oke ... oke. langsung aku ambil. Besok juga aku sudah harus kerja apa gimana?
Kia memang amat sangat tegar, tapi apa yang ia alami dan membuat kepalanya pusing setengah mati, membuat air matanya kerap berjatuhan.
“Untung kepalaku buatan Allah, jadi harusnya aman. Andai kepalaku buatan manusia, digebukin terus seperti tadi, sudah pindah ke dengkul kayaknya nih kepala! Papa juga keterlaluan sih. Tahu anak-anaknya jahat ke aku kok ya diam saja. Awas saja kalian, aku doakan kalian enggak pernah bahagia sebelum kalian menyadari kesalahan kalian kepadaku! Dikiranya, mauku lahir dari wanita simpanan dan kalian sebut anak haram?!” kesal Kia dalam hatinya sambil mengelap air matanya secara asal menggunakan tangan kiri yang tidak memegang ponsel.
“Semoga di tempat kerja baru, aku lebih bisa menghindari kak Fero dan pasukannya! Aamiin!” harap Kia yang berangsur mencari posisi tidur nyaman. Ia masih duduk di kloset dan segera memejamkan kedua matanya karena ia menang sudah sangat lelah. Apalagi kini sudah pukul satu dini hari.