2. Dijual Oleh Saudara Tiri

1438 Words
“Kia, ... jangan lari!” teriak Fero, pria berusia tiga puluh tahun sambil terus berlari mengejar seorang wanita berkulit putih mulus memakai gaun merah selutut tanpa lengan. Di tengah gemerlap dunia malam, di antara pekatnya asap rokok, aroma alkohol, dan juga musik disko sangat kencang, seorang wanita cantik bertubuh seksi terus melarikan diri. Sesekali ia yang memakai gaun merah akan menoleh ke belakang untuk memastikan. Hingga rambut panjang hitamnya yang tergerai jadi kerap menutupi sebagian wajahnya akibat apa yang ia lakukan. “Kia! Berhenti di situ! Sudah, jangan lari lagi! Enggak tahu diuntung kamu, ya! Kamu sudah dibayar, cepat berhenti!” Bukan mau Aurora Kianti atau yang akrab dipanggil Kia, terlahir dari rahim seorang wanita simpanan. Hingga dirinya yang harus mendapat banyak kebencian dari keluarga istri pertama papanya, juga berakhir dijual. Iya, alasan aksi kejar-kejaran di diskotik kali ini karena Kia si wanita seksi bergaun merah, tengah melarikan diri. Kia buru-buru melakukannya setelah tahu, bahwa saudara tirinya telah menjualnya kepada pria tua yang harusnya lebih cocok jadi papanya. “Kak Fero dan kak Fera tega! Mereka menjebakku! Jahat banget!” isak Kia sambil terus berlari. “Katanya alasanku harus dandan terus ikut mereka masuk ke diskotik karena kak Fero mau merayakan ulang tahun di sana. Namun ternyata, mereka sudah menjualku ke pria tua itu!” “Pantas pria tua itu sibuk senyum ke aku, dan lama-lama enggak segan raba pinggangku mirip tukang pijat!” sedih Kia. Selain sangat marah, ia juga merasa jijik dengan apa yang ia alami di dalam tadi. Air mata mulai jatuh membasahi pipi mulus Kia. Apa yang ia alami kali ini dari para saudara tirinya, benar-benar melukai hati bahkan mentalnya. Andai hanya cacian, pukulan, tendangan, bahkan itu dilakukan di tempat umum, Kia masih bisa menerimanya. Meski alasan Kia diperlakukan seperti itu murni karena Kia anak dari wanita simpanan orang tua saudara tirinya. Padahal andai bisa memilih, tentu Kia tak mau jadi anak dari wanita simpanan. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu juga ingin terlahir dari rahim wanita baik-baik bersuami sah. Agar Kia bisa tumbuh menjadi anak yang memiliki orang tua lengkap. Bukan keluarga tak kasatmata sekadar formalitas saja tidak ada. Ada orang tua, tapi sekadar status mereka saja bermasalah. Setelah sempat menabrak beberapa tubuh yang menghalangi langkahnya karena suasana di diskotik tengah penuh pengunjung, akhirnya Kia berhasil keluar. “Sepertinya di jalan sudah ada yang menungguku!” pikir Kia sangat yakin. Ia yang awalnya sempat nyaris belok ke jalan, mendadak tidak jadi. Kedua kaki Kia yang memakai heels merah dengan segera menuju tempat parkir. Kebanyakan di sana dihuni mobil mewah. Kebanyakan yang mengunjungi diskotik Kia berada memang terlihat layaknya orang berduit. “Terus kebanyakan wanita cantik tadi, mungkin ani-ani yang sedang jualan. Aih ... ini aku juga seksi banget. Enggak ada hujan apalagi tsunami, tadi kak Fera mendadak dandani aku seseksi ini. Kirain tulus, eh ternyata bulus!” sebal Kia sembari jongkok di salah satu sedan hitam. Namun, belum juga sepenuhnya berhasil jongkok, mobil tersebut terguncang-guncang. “Astaga ... di dalam ada yang main gulat!” jerit Kia dalam hatinya. Kia terpejam pasrah dan perlahan melipir ke sebelah. Sebuah mobil range rover hitam yang bentuknya saja terlihat sangat gagah, menjadi tempat persembunyian Kia selanjutnya. Kia tak perlu jongkok layaknya di belakang mobil sedan hitam dan jaraknya terpaut empat mobil dari persembunyiannya saat ini. “Bismilah ...,” lirih Kia sambil menghela napas pelan. Suasana di sana sungguh sepi, dan di depan sana, Fero sang kakak baru saja lewat. Fero bersama dua pria bertampang sangar, lari ke jalan. “Lari sana, lari. Kejar sampai gempor!” lirih Kia saking kesalnya. “Lepaskan aku! Lepas! Apa yang kamu taruh di minumanku? Kau menjebakku?!” Suara pria barusan, mengusik Kia sekaligus mengalihkan perhatian Kia. Apalagi, suaranya terdengar sangat dekat dan itu di depan mobil Kia bersembunyi. Seorang pria gagah dan kiranya berusia di akhir dua puluhan, melangkah sempoyongan sambil terus menyingkirkan seorang wanita berpakaian sangat seksi. Pakaian yang bagi Kia lebih cocok dipakai di dalam kamar pribadi tanpa ada orang lain yang melihat kecuali suami. “Awas! Minggir! Jangan pernah menyentuhku! Jangan karena kamu sudah menaruh obat di minumanku, dan sekarang aku kacau layaknya meminum obat perangsang, ... aku akan menyentuhmu hingga kamu dengan leluasa menarikku ke pernikahan!” tegasnya. “Ealah ... ini malah cowoknya yang diperkaos!” batin Kia yang jadi geregetan sendiri ke si wanita seksi. Sebab wanita itu terlalu memaksa. Si wanita yang kiranya berusia sebaya si pria tak segan melakukan sederet sentuhan agresif. Wanita itu tampak jelas berusaha merangsang si pria yang dari keadaannya saja terengah-engah kacau. Tampaknya, si pria menang dalam pengaruh obat layaknya apa yang sempat diucapkan. “Salah enggak sih kalau aku turun tangan. Rasanya risih banget padahal prianya enggak mau dipaksa diraba diciumi gitu. Tadi prianya bilang, kan?” pikir Kia. “Heiiii, tolong aku! Cepat singkirkan wanita menjijikan ini dari hadapanku!” teriak si pria dan dengan cepat membuat Kia langsung menghampiri. “Mbaknya jangan maksa gitu dong. Ya ampun, sebagai sesama wanita aku malu banget dengan kelakuan Mbaknya,” ucap Kia yang sampai menarik, menjauhkan si wanita dari si pria. Sempat merasa malu karena dipisahkan secara paksa oleh Kia, si wanita bernama Eliana, mendorong d**a Kia menggunakan kedua tangannya sekuat tenaga. Tubuh Kia menghantam badan mobil range rover tempatnya sempat berlindung. “Cinta sama obsesi, termasuk kegatelan beda, ya, Mbak!” kesal Kia yang kemudian membiarkan tangan kanannya diseret si pria. Awalnya Kia nyaris menolak. Namun karena di depan sana Fero bahkan Fera tampak akan memasuki area parkir keberadaannya, ia mau-mau saja diajak masuk ke dalam mobil oleh si pria. “Antar aku ke penginapan terdekat,” ucap si pria sambil memberikan kunci mobilnya kepada Kia. “Ih ... ngeri ih. Bahaya! Nanti kalau kamu ngapa-ngapain aku, gimana?!” tolak Kia yang sudah duduk di balik kemudi. Jelas dirinya yang akan mengemudi. Namun jika harus pergi ke penginapan, Kia tidak yakin dirinya aman. Jadi, mobil keren tempat Kia bersembunyi itu mobil si pria. Namanya Albizar dan pria itu akan menjamin bahwa Kia akan tetap aman. “Kalau Anda berani menyentuh saya, saya denda seratus triliun, ya!” ancam Kia sambil terus mengemudi. Kia baru saja melewati kedua saudara tirinya. Sementara di sebelahnya, si pria sudah menggigil dan beberapa kali menampar pipi sendiri. “Semuanya akan baik-baik saja, kan? Harusnya sih, dia bukan suami orang. Soalnya tadi dia bilang ... ah, sekarang kan dunia sudah terbalik. Yang nikah bisa nikah lagi!” batin Kia yang memilih hotel di sebelah sebagai tujuan mereka. “Apakah aku harus mengantar Anda sampai dalam?” tanya Kia yang langsung disodori kartu hitam oleh Albizar tak lama setelah pria itu mengawasi hotel dirinya menghentikan mobil. Hotel yang Kia datangi merupakan hotel berbintang dan lokasinya dekat dengan diskotik. Terbukti tak ada lima belas menit, Kia sudah sampai di tempat parkir. “Enggak punya hati kamu, lihat aku begini, tega bikin aku berjuang sendiri? Kalau aku diperkasos perempuan gila lagi, gimana?!” omel Albizar yang terdengar memaki bahkan di telinganya sendiri. Bergegas mereka keluar dari mobil. Karena meski Albizar sudah tak karuan, Albizar masih berusaha melakukan semuanya sendiri. Mereka berjalan nyaris bersebelahan. Kia yang aktif memastikan keadaan Albizar. “Kalau boleh tahu, ini kartu apa?” “Togel, ... jelas-jelas itu kartu keanggotaan hotel ini.” “Ya ampun ... galak banget. Aku kan nanya baik-baik. Lagian aku memang enggak terbiasa begini. Aku dari desa!” “Minimal kamu biasakan membaca dengan baik. Biar SDM kamu enggak begitu terbanting. Sudah dari desa, SDM rendah, apa yang mau dibanggakan? Tampang, fisik? Semua itu bisa dibeli dengan uang!” Ucapan Albizar tetap tidak ada manis bahkan sekadar manusiawinya. Termasuk juga setelah mereka sampai kamar. Berkat kartu keanggotaan yang Albizar miliki, Albizar langsung mendapatkan salah satu kamar dengan fasilitas terbaik. “Aku siapkan air buat rendam. Anda harus berendam dan menenangkan diri buat menghilangkan efek obat di tubuh Anda!” sergah Kia yang melakukan segala sesuatunya dengan cepat. Kia buru-buru melepas heels merahnya sebelum masuk ke kamar mandi di sebelah ruang tidur mewah. Kia tidak tahu, bahwa pria gagah berdada bidang yang ia tolong langsung terpesona kepadanya akibat apa yang akan Kia lakukan. “Kamu tahu itu? Bahwa aku harus berendam untuk meredam pengaruh obat di dalam tubuhku?” tanya Albizar dengan nada suara yang mendadak lembut. Tak kalah lembut dari tatapannya kepada Kia. “Ya tahu lah ... meski aku dari desa, aku ini cantik dan banyak laki-laki yang berusaha mendapatkanku. Jadi, hal yang harus aku lakukan ketika mereka sedang dalam pengaruh obat perang*sang, ... ya seperti sekarang!” balas Kia enteng sambil buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. “Dasar wanita. Baru juga mau dipuji, sudah bikin gondok!” batin Albizar langsung jengkel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD