Sandiwara

1068 Words
Hentikan omong kosongmu itu. Aku tidak sudi mendengarnya dari mulutmu." Kecam Arian. "Mulai sekarang kuharap kamu tidak usah ikut campur urusanku lagi Sarah, jalani hidupmu sendiri dan aku menjalani hidupku sendiri." ujar Arian dengan mudahnya, tanpa mempedulikan perasaan Shara yang sudah hancur saat ini. "Dan ingat, bersikaplah seperti biasa di depan keluargaku. Jangan sampai ada yang tau apa yang terjadi di antara kita. Kau mengerti?" Bentak Arian lagi. "Kau mengerti tidak, jawab aku!" bentak Arian karena Shara hanya diam saja melihatnya dengan pandangan nanar. "Mas...?" "Kubilang jawab. Kamu mengerti atau tidak!" Arian berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Shara, kemudian mencengkram dagu wanita itu dengan kuat, membuat Shara menringis kesakitan. Tatapan Arian seolah menghunus tubuh wanita itu. Shara ketakutan, tatapan itu seolah ingin meremukkan jiwanya. Pria ini bukan Arian, pria ini bukan Arian yang begitu mencintainya. "Jawab!" "A aku mengerti." Dengan terbata Shara menjawab seraya mengangguk pelan. Setelah mendapat jawabannya, Arian mendorong wajah cantik itu dengan kasar, membuat Shara memekik. Arian berdiri, memperhatikan setiap jengkal tubuh Shara. Sudut bibir laki-laki itu terangkat, seolah merendahkan Shara. "Heh, kamu pikir dengan memakai pakaian seperti itu, aku akan tergoda padamu? Hah malahan aku semakin jijik melihatmu, bahkan jika kamu telanjang bulat pun, aku tidak akan mau menyentuh tubuh murahanmu itu." Bagai dihantam ribuan pedang, perasaan wanita itu hancur mendengar hinaan menyakitkan dari sang suami. Sakit. Sakit sekali rasanya. Setelah melontarkan kalimatnya itu, Arian melenggang pergi dari hadapan Shara. Shara memegang dadanya yang berdenyut sakit, dia berusaha untuk memahami semua yang baru saja terjadi. "Kenapa, kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa? Ya Tuhan apa yang telah terjadi dengan suamiku. Kenapa dia tiba-tiba berubah Ya Tuhan." lirih wanita malang itu. *** Sebulan telah berlalu, Shara menjalani hari-harinya penuh dengan sandiwara. Bagaimana tidak, Arian menyuruhnya untuk tetap bersandiwara di depan keluarganya. Menunjukkan kepada keluarganya bahwa mereka adalah pasangan yang berbahagia dan harmonis. Mulai dari melayaninya di meja makan hingga mengantarkan suaminya sampai depan rumah untuk berangkat ke kantor. Kerap kali Arian bersikap manis kepadanya di depan keluarga, memeluknya serta menghujani ciuman di wajah Shara seperti ketika masih pacaran dulu. Dengan berat hati Shara melakukan itu semua. Meskipun dia mencintai Arian, tapi Shara tidak senang akan hal itu, itu semua karena apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah sandiwara semata. Jika keduanya sudah berada di dalam kamar, sakit hati serta kepiluan akan dirasakan wanita itu. Bayangkan saja, suaminya sendiri tidak sudi tidur seranjang dengannya. Oleh karena itu, badan Shara sakit semua karena sudah sebulan ini dia tidur di sofa. Tidak hanya itu, jika saja Shara berbuat kesalahaN, Arian akan memakinya habis-habisan. Melontarkan kalimat-kalimat yang selalu membuat Shara merasakan sakit hati tak terperi. Tidak ada hari yang baik dilaluinya sebulan ini. Hampir setiap harinya diisi dengan pertengkaran yang tiada habisnya. Setiap kali Shara mempertanyakan apa sebenarnya kesalahan yang dia perbuat, yang ada Arian malah mengamuk. Jika Arian sudah murka, Shara menjadi takut untuk mempertanyakan lagi. Terakhir kali Shara mempertanyakan hal itu adalah ketika perdebatan mereka berujung tangan kekar Arian melayang dan mendarat keras di wajah cantik Shara. Untuk kesekian kalinya hati Shara hancur oleh pria yang sangat dia cintai. Sejak saat itulah Shara tidak pernah lagi membahas hal itu. Hingga akhirnya wanita malang itu mulai belajar untuk menerima sikap Arian kepadanya. Terakhir kali Shara mempertanyakan hal itu adalah ketika perdebatan mereka berujung tangan kekar Arian melayang dan mendarat keras di wajah cantik Shara. Untuk kesekian kalinya hati Shara hancur oleh pria yang sangat dia cintai. Sejak saat itulah Shara tidak pernah lagi membahas hal itu. Hingga akhirnya wanita malang itu mulai belajar untuk menerima sikap Arian kepadanya. Bercerai? Terkadang kata itu muncul dalam benaknya. Tapi hal itu tidak akan terjadi. Sampai mati pun Shara tidak akan mau bercerai dari Arian. Shara sudah terlanjur mencintai pria itu dengan segenap jiwa dan raganya. Seluruh cinta wanita itu telah habis untuk Arian seorang. Habis tak bersisa. Seburuk apapun perbuatan lelaki itu padanya, Shara akan mencoba menerima, karena rasa cintanya lebih besar untuk memaafkan segala perbuatan buruk Arian kepadanya. Sepertinya drama sandiwara antara pasangan itu akan berakhir hingga besok pagi. Karena sesuai rencana awal mereka sebelum menikah, Shara dan Arian akan pergi berbulan madu ke luar negeri. Bulan madu ini juga merupakan salah satu dari sandiwara mereka. Mereka akan pergi dari rumah ini, tapi bukan untuk bulan madu yang sebenarnya. Apakah mereka akan benar-benar pergi ke luar negeri, entahlah, Shara tidak tau. "Mas?" Panggil Shara kepada Arian yang sedang duduk di sofa, tempat Shara tidur setiap malamnya. Pria itu terlihat fokus menatap laptopnya tanpa menyahut panggilan Shara. Namun Shara tidak menyerah, dia kembali memanggil Arian. "Mas." panggilnya lagi yang mana membuat Arian menoleh. Lelaki itu menghunuskan tatapan tajamnya, seolah mengartikan tidak ingin diganggu. "Tidak bisakah kamu tidak menggangguku? Matamu tidak melihat aku sedang sibuk?!" Bentak Arian. Padahal hanya memanggil saja, tapi kenapa Arian semarah itu kepadanya. "Ma maaf Mas kalau aku mengganggumu. Tapi aku hanya ingin menanyakan sesuatu sama kamu." ucap Shara pelan karena tidak ingin membuat Arian marah lagi. Walaupun apa saja yang dia lakukan semuanya selalu salah di mata Arian. Arian menarik nafas lalu menghembuskannya dengan kasar, "Apa cepat katakan, jangan membuang waktuku!" ucap Arian tapi masih dengan nada membentak. "Aku cuma mau nanya Mas, apa kita memang benar pergi bulan madu besok? Maksudku ke luar negeri." tanya Shara. Tawa Arian menggelegar di dalam kamar yang terbilang luas itu. Bukan tawa senang, melainkan tawa yang seolah mengejek kalimat yang baru saja keluar dari wanita yang menjelma menjadi istrinya. Shara terdiam, bingung melihat Arian yang malah tertawa menanggapi pertanyaannya. Tawa Arian terhenti, sedetik kemudian mengubah raut wajahnya menjadi dingin. "Jangan mimpi kamu. Shara, asal kamu tau aku tidak akan pernah sudi menyentuh wanita murahan sepertimu. Jangan terlalu percaya diri!" Ujar Arian dengan senyum merendahkan. Rupanya Arian salah paham menanggapi pertanyaan Shara. Shara menggeleng, "Tidak Mas, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertanya agar aku bisa menyiapkan apa saja yang perlu dibawa besok." bantah Shara. Shara sama sekali tidak ada maksud lain mempertanyakan hal itu, karena dia sadar betul Arian tidak akan mau menyentuhnya. "Cih. Kamu tidak usah menyangkal Shara, aku sudah tau bagaimana sifatmu. Akui saja bahwa kau juga sangat menginginkanku. Tapi maaf, aku sama sekali tidak sudi menyentuhmu." Arian terdiam sejenak. Sedangkan Shara, dia hanya bisa menghela nafas, berusaha untuk bersabar menghadapi suaminya itu. "Coba katakan padaku Shara, sudah berapa banyak pria yang memakai tubuhmu ini, katakan padaku siapa saja mereka, agar aku bisa melihat seleramu. Apakah kamu hanya melayani lelaki kaya seperti aku atau..." "Cukup...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD