"Pengantin barunya sudah datang." Terdengar ledekan dari orang-orang yang sedang berkumpul di meja makan. Mereka adalah keluarga besar dari Arian. Mereka heboh ketika melihat pasangan yang baru dipersatukan kemarin mendatangi meja makan.
"Hmm gimana rasanya malam pertama, enak banget yah." Sindir Kak Angel yang lebih heboh dari yang lain.
Shara terdiam sesaat kemudian memaksakan senyumnya menanggapi godaan dari sang kakak ipar.
"Jangan bertanya lagi sayang, lihat tuh kantung mata adik ipar sudah hitam gitu. Pasti mereka menghabiskan sepanjang malam dengan panas." seloroh Ricky, suami Kak Angel. Pasangan itu memang cocok, bisa-bisanya membahas hal seperti itu.
Shara menyentuh bawah matanya yang terlihat menghitam. Kalau saja mereka tau kenapa kantung matanya menghitam seperti ini.
"Sudah jangan menggoda mereka lagi. Lihat wajah Shara sudah seperti kepiting rebus." timpal Mama Nisa menengahi ledekan Kak Angel dan Kak Ricko.
Akhirnya percakapan mereka berakhir dengan sarapan pagi. Shara mengamati satu per satu anggota keluarga yang ada di meja makan ini. Ada Papa Ardi dan Mama Nisa juga Kak Angel dengan Kak Ricko. Mereka terlihat mesra dan romantis. Kak Angel dan Mama mengambilkan makanan ke piring suami mereka masing-masing.
Kemudian perhatian Shara teralihkan pada sosok pria yang duduk di sampingnya. Apakah dia juga harus melakukan hal yang sama, pikirnya. Shara ragu, mengingat sikap Arian kini berubah drastis sejak tadi malam membuatnya takut untuk bersikap di depan sang suami.
Bersamaan dengan itu, Arian membalas tatapannya. Shara tidak mengerti apa arti tatapan itu. Sejak kemarin malam Shara mulai tidak mengenal Arian lagi. Semua sikap pria itu sudah berubah.
"Sayang kau tidak ingin mengambil makanan untukku?" Shara tersentak ketika Arian memanggilnya. Dengan gerakan gamang Shara mengangguk kemudian mengambil piring untuk suaminya.
Mama dan Kak Angel tersenyum kecil melihat kegugupan Shara. "Shara masih malu-malu tuh." ujar Kak Angel.
" Tidak usah malu-malu Nak. Kamu adalah menantu keluarga ini, jadi anggap saja rumah ini seperti rumahmu sendiri. Ucap Papa Ardi tersenyum melihat menantunya itu.
"Iya Pah, terima kasih sudah mau menerima Shara sebagai menantu di rumah ini." jawab Shara tulus. Dia salut kepada semua anggota keluarga ini, karena mereka mau menerima orang kecil seperti dirinya.
"Jangan berkata seperti itu Nak. Kamu adalah wanita pilihan Arian, jadi kami juga harus menerimamu dengan baik. Kami sudah melihat bagaimana perubahan Arian sejak bertemu denganmu." Mama melihat Arian, "Dia bahagia bersamamu Nak, dan kami tidak punya alasan untuk menolakmu." ujar Mama tulus.
Ya, satu keluarga itu bersyukur, karena Shara sifat dingin dan arogan putranya perlahan mulai berubah. Arian yang dulunya introvert dan tertutup kepada semua orang, kini sudah mulai terbuka kepada orang lain sejak Shara datang dalam kehidupan Arian.
"Iya Pah, Mah. Sekali lagi terima kasih."
"Iya sama-sama sayang. Nah sekarang makanlah yang banyak agar kamu sehat dan cepat punya momongan." ucap Mama sembari menyendokkan lauk untuk Shara.
Shara tersenyum kecut mendengar ucapan ibu mertuanya. Ingin rasanya dia menangis saat ini juga. Bagaimana mungkin dia hamil jika Arian belum pernah menyentuhnya.
Sedangkan Arian yang sedari tadi mendengar percakapan itu melihat perubahan di wajah Shara. Tapi pria itu tidak ada niat ingin menanggapi, Arian lebih memilih menikmati makanan di hadapannya.