BAB XII

1510 Words
Billy dan Tania sekarang berada di ruangan pribadi dan favorit milik Billy. Mereka berdua terlihat sedang duduk di sebuah kursi depan monitor besar milik Billy. Pastinya keduanya memiliki kegiatan berbeda yang sedang mereka lakukan, Billy sedang mencari-cari dan mengakses kamera pengawas di luar wilayah Vanxyere, sedangkan Tania sedang mengecek beberapa berkas yang penting untuk rencana mereka. “Aku tidak menemukan keberadaan mereka, sebenarnya aku sudah mulai mengecek keberadaan mereka dari tiga hari yang lalu dan rekaman kamerang pengawas yang berada di luar wilayah Vanxyere dari seminggu yang lalu. Tapi tetap saja tidak ditemukan keberadaan mereka,” ungkap Billy yang masih fokus dengan pekerjaan di depannya. Ia mengecek ulang dan mengakses lebih banyak lagi, bahkan ia mulai mencoba mengakses satelit utama di luar angkasa yang dapat melihat wilayah dengan sangat luas dan bebas. Semua itu dilakukannya untuk benar-benar memastikan apakah ia melewati sesuatu? Atau emang bangsa Cordict emang sangat cerdas dalam menyembunyikan keberadaannya. “Terkadang aku berpikir ini merupakan rekayasa, tapi sejauh ini belum ada yang pernah melihat keberadaan mereka kecuali Archel seorang, apa kau tidak curiga tentang itu? Bahkan Archel dapat dengan mudah menangkap salah seorang dari bangsa Cordict. Kalaupun ada warga Vanxyere lain yang melihat bangsa Cordict, mereka pasti sudah dihipnotis sepert warga di pinggiran kota, tetapi Archel sampai sekarang masih aman-aman saja.” Tania berujar dan mengungkap rasa penasarannya tentang Archel. Ia juga sedikit curiga dengan semuanya, seperti ada kejanggalan yang mereka lewatkan. “Apa yang kau pikirkan ada benarnya juga, tapi sekarang kalau kita lihat secara objektif. Itu akan sangat bercabang jika kita pikirkan dari sekarang, makanya Archel kemarin menyuruh kita untuk memastikan semuanya terlebih dahulu dengan meneliti bangsa Cordict merupakan makhluk sejenis apa dan menemukan keberadaan mereka dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, itulah yang kita lakukan sekarang,” ucap Billy dan Tania mengangguk mendengarnya. “Ya... apa yang kau bilang itu sangat benar. Sepertinya pikiran aku yang sekarang ini terlalu banyak pertanyaan, tentu saja aku yang haus akan ilmu pengetahuan ini sangat penasaran dengan semua hal yang terjadi sekarang.” “Dan untuk identitas diri pelapor orang yang hilang, aku sudah mengecek kembali, ada beberapa yang ternyata datanya asli ada. Untuk identitas mereka yang terhipnotis dan pelapornya, sepertinya data diri mereka semua asli dan benar. Aku sepertinya harus menyimpulkan ini secara perlahan, karena pola kasusnya cukup rumit,” lanjut Tania memberitahukan hasil temuannya kepada Billy. “Seperti yang kau bilang, polanya rumit. Sepertinya mereka sudah merencanakan hal ini sejak awal, kita lihat saja beberapa hari kemudian. Kalau aku dapat menebak, mereka akan mengincar kediaman Archel dan membuat kerusuhan dengan keluarga Archel,” ujar Billy. “Bagaimana kau bisa menebak seperti itu?” tanya Tania penasaran dengan pemikiran aneh temannya itu. “Kau lupa? Kalau salah seorang dari bangsa Cordict sekarang berada di rumah Archel, kalau misal mereka tidak melepaskannya juga. Maka itu akan menjadi boomerang nantinya,” ungkap Billy. “Kalau begitu cepat kau beritahu Archel!” perintah Tania mulai panik mendengar perkataan Billy yang sangat masuk akal. “Belum bisa, bagaimanapun kita masih memerlukan sosok bangsa Cordict asli sebagai bahan penelitian,” ucap Billy. *** “Ah iya, Ibu dua hari yang lalu lupa nanya kepada kalian berdua. Ibu kemarin baru saja memasang lowongan pekerjaan di suatu website untuk mencari seorang asisten. Bagaimana tanggapan kalian?” tanya Vallery seraya menyajikan makan malam untuk kedua orang tersayangnya. “Ibu... Pekerjaan Ibu kan tentang data dan rahasia penting kota Vanxyere semua. Apa Ibu tidak takut?” tanya Archel dan melirik ibunya itu. “Tapi Ibu akan menyeleksi mereka semua dengan sangat baik, bagaiman? Apa kalian setuju?” Vallery tersenyum lebar menatap Axer dan Archel secara berganti-gantian, tidak lupa ia juga memasang tatapan memohon. “Val... Apa kamu lupa? Kalau perusahaan tidak mengizinkanmu untuk mencari asisten?” tanya Axer yang menyadari keberanian Vallery. “Mau bagaimana lagi? Istrimu ini sangat membutuhkannya, aku tidak bisa melakukan pekerjaan banyaku itu sendirian, apalagi aku sering bimbang dalam memilih sesuatu. Itu semua bisa membuatku gila, dahulu ada Archel yang selalu menemaniku. Sekarang sudah berbeda karena dia sudah beranjak dewasa.” Vallery kembali memasang tatapan memohonnya kepada Axer. “Baiklah, tapi aku dan Axer juga akan memeriksanya juga. Bagaimana?” “Tentu saja kalian harus memeriksanya!” seru Vallery dengan senang. Ia melepaskan celemeknya dan duduk di samping Axer dan di depan Archel. Mereka semua berdoa masing-masing setelah semuanya siap dan tidak lama saling mengangkatkan kepala, “Selamat makan!” ucap mereka secara bersamaan. *** “Aku sudah menemukan portal tempat Petron melihat sosok dua lelaki kemarin,” ungkap Driad. Ia sedang menulis sesuatu di sebuah kertas, menggambar sebuah dena kota Vanxyere dengan detail yang sangat jelas. “Kau kenapa masih menggambar manual? Padahal kau bisa memotret saja dari atas,” ucap Selvi yang risih dengan kerajinan temannya itu. “Itu tidak akan bagus, aku juga ingin melatih daya ingatku.” “Masalah portal yang dilihat oleh Petron, kenapa kau penasaran dengan mereka berdua?” tanya William yang tidur di ranjang hotel dengan posisi menghadap ke samping kanan. “Awalnya aku merasakan kalau mereka merupakan anak biasa saja, tetapi aku tersadar setelah menyadari suatu hal aneh. Tingkah mereka dua terbaca dengan jelas dimataku kalau mereka seperti mengetahui sesuatu, pergerakan mereka terlalu mencurigakan. Lagipula model portal yang mereka buka itu sama seperti buatan kita beberapa waktu lalu, apa kalian tidak curiga dengan dua hal yang kusebutkan tadi?” Driad meletakkan pensilnya dan melihat teman-teman di sekelilingnya itu. “Bisa saja itu semua sebuah kebetulan, lagipula kau lupa dengan sensorik hebat di kota Vanxyere? Pasti anak itu memiliki sensorik itu juga di tubuhnya, ia pasti merasakan bahwa merpatimu itu mengawasinya. Makanya mereka berdua berlaku kikuk dan tampak mencurigakan di matamu,” ujar Selvi sedikit tidak setuju dengan Driad. “Benar, aku setuju dengan Selvi. Untuk masalah portal, itu semua bisa saja kebetulan bukan? Untuk apa kau mencurigai hal yang seharusnya tidak kita teliti lebih jauh,” ujar Vian mendukung pendapat Selvi. “Tapi.. waktu Lyam diculik kemarin. Aku sempat mengamati kamera pengawas yang ada pada tubuh Lyam, dan sosok anak yang ada pada rekaman Petron itu sangat mirip dengan apa yang kulihat. Mulai rambut hitamnya, tubuhnya, bahkan pergerakannya yang tidak dapat dibaca. Aku tau kalau kita ingin menyelamatkan Lyam, tetapi anak itu sepertinya sangat berbahaya.” William mendukung pendapat Driad, tetapi ia meragukan kalau menargetkan sosok yang tidak tepat akan membuat lubang yang sangat besar bagi mereka. “Maka dari itu kita harus mencaritahunya, apa kalian takut?” tanya Driad. “Aku tidak!” jawab Selvi. “Aku juga tidak,” timpal Vian. “Sejujurnya aku takut, karena dia tampak sangat berbahaya. Apa kita punya persiapan untuk melawannya?” William tidak sependapat dengan ketiga temannya yang terang-terangan berkata kalau mereka berani. “Apa yang kau takutkan?” Driad melirik William yang berada di sisi kanannya. “Ayolah, aku mau kita harus hati-hati dan jangan bertindak gegabah. Setidaknya kita cari dahulu asal usul mereka. Bagaimana?” “Tapi itu sulit Will, apa kau lupa kita sekarang berada dimana?” Selvi menghela napasnya melihat William yang selalu saja memiliki ide untuk menyibukkan mereka. “Kita tidak ada salahnya untuk mencoba bukan? Ayolah! Bagaimana Dri? Apa kau setuju?” tanya William. “Baiklah, aku akan mengikuti saranmu,” jawab Driad dan kembali membuat gambar sketsa denah kota Vanxyere. *** “Aneh.. jenis mereka seperti tidak dapat ditebak. Terlalu banyak campuran DNA makhluk hidup di dalam tubuh mereka,” ujar Delvin. “Bukankah emang begitu? Apa ada kemungkinan jika mereka ciptaan manusia?” tanya Archel. “Bukan kemungkinan lagi, sepertinya mereka ini ciptaan manusia dan sengaja diciptakan.” “Terus? Bagaimana cara memusnahkan mereka?” Archel bangkit dari duduknya dan mendatangi Delvin yang sedang sibuk dengan peralatan laboratoriumnya. “Sepertinya mustahil, aku menyarankan dengan sangat kalau kita harus memutuskan kontak dengan mereka. Pastinya tidak mencari masalah juga, balikkan monster yang kau culik itu secepatnya ke tempat asalnya. Masalah siapa mereka, kau tidak usah khawatir, semua DNA mereka sudah sangat cukup sekarang ini. Aku akan meneliti lebih jauh.” Delvin memerintahkan Archel dan bahkan memaksanya. Archel yang mendengar itu merasa tidak rela harus melepaskan tangkapannya itu. “Bagaimana dengan cairan yang melumpuhkan ingatan mereka? Ah iya sama manipulasi ingatan?” tanya Archel. “Ah iya. Hampir saja kelupaan, akan kuurus sekarang. Sebaiknya kau memberi dia nutrisi untuk mengembalikkan bentuk tubuhnya, kau juga harus meminta maaf karena berlaku mengerikan kepadanya. Aku tidak menyangka kau ternyata lebih psikopath daripada Lia,” “Ah iya-iya! Baiklah, akan kulakukan semuanya sesuai perintahmu dengan baik. Tapi kau harus berjanji padaku untuk mencari tau siapa mereka dan darimana mereka berasal.” Archel berbalik dan berjalan ke arah pintu untuk keluar. “Pasti, asalkan kau juga menepati janjimu Ar..” Archel mengangguk dan keluar dari ruangan itu. “Bisa gila! Bagaimana bisa ada monster semengerikan ini? Untung saja jiwa liarnya belum bangkit, bisa-bisa Archel sudah tidak bernyawa karena itu,” gumam Delvin frustasi. Ia harus mencari tau lebih dalam tentang monster yang sedang ditelitinya itu dan berusaha untuk menyembunyikan hasilnya sampai ia menemukan semua kebenarannya. Delvin sedari awal sebenarnya sudah menduga kalau semua ini akan berakhir dengan penghancuran besar-besaran. Semoga aja hal itu tidak akan pernah terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD