Pertemuan

1222 Words
Air mata May tiba-tiba saja mengalir, bohong jika dia tidak merindukan Lee. May sangat merindukan Lee, kenapa setelah lima tahun, setelah semuanya baik-baik saja, Lee kembali datang ke kehidupannya. Serly menyenggol lengan May. “May! Lo kenapa?” tanya Serly penasaran. May buru-buru menghapus air matanya. Dia tidak ingin siapapun curiga, jika dia mengenal pimpinan baru mereka. “Enggak! mata gue perih aja!” “Ayo buruan, kita harus naik ke atas!” Serly menggeret lengan May. Berjalan menuju lift. “A—aku …” Mendadak May gugup. Serly menghentikan langkah kakinya menoleh ke arah May. “Kenapa lo gugup kek gitu, jangan bilang lo terpesona sama Pak Boss baru kita,” ledek Serly. “Enggaklah! Gue sadar diri.” May berusaha menutupi kegugupannya. “Kirain! ayo buruan! nanti telat!” ajak Serly. “Ayo!” May menurut, mereka berdua masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka ke tempat kerja mereka. Lift terbuka tepat di lantai paling atas tempat May bekerja, karena emang May seorang sekertaris pribadi, maka ruangan dia satu lantai dengan Bossnya, dan kebetulan juga satu lantai dengan Serly juga. “Langsung ke ruang meeting!” seru salah satu rekan kerja May, yang melihat May dan Serly baru saja keluar dari dalam lift. “Baik, Bang!” ucap May dan Serly serempak. Keduanya meletakkan tas yang mereka bawa di meja masing-masing, kemudian bergegas ke ruang meeting yang kebetulan berada di lantai yang sama dengan tempat kerja mereka. Jantung May berdebar, ketika melihat beberapa pengawal yang berada di depan ruang meeting. Itu artinya … Lee sudah berada di dalam. May mengamati satu-persatu pengawal yang berjaga di depan ruangan, may berharap tidak bertemu dengan pengawal yang dulu menemani Datin Rose. Serly membuka pintu ruangan, May berjalan menunduk di belakang Serly. Demi apapun, May tidak berani menatap Lee, yang sepertinya tidak terlalu peduli dengan keberadaannya. May duduk di tempat biasanya dia duduk, dan kebetulan sekali tempat duduknya tidak jauh dari Lee. May memberanikan diri melirik Lee, hanya satu kata yang terucap untuk Lee ‘tampan’. Semua kursi sudah terisi, itu artinya … semua yang menjabat posisi penting di perusahaan itu sudah datang semua. Lee berdiri, jangan di tanya seperti apa pesona seorang Lee, dia yang memang mempunyai darah Melayu-Cina, terlihat sangat tampan dan sempurna sebagai seorang pria. Lee mulai berbicara dengan penuh wibawa, sedikitpun dia tidak melirik kearah May. Seolah dia tidak pernah mengenal May. “Selamat pagi semua! saya CEO baru di perusahaan ini. Orang mengenal saya Datuk Husein, tapi di Indonesia kalian boleh panggil saya ‘Tuan’ atau apalah. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik!” ucap Lee dengan logat Melayunya. Seluruh tubuh May bergetar, dia begitu merindukan suara Lee, merindukan semuanya tentang Lee. Tapi May sadar, itu semua hanya sebuah mimpi yang tidak mungkin lagi dia gapai. Cukup memiliki Thomas dalam hidupnya, May sudah sangat bahagia. “Baiklah! saya rasa cukup, kalian boleh kembali bekerja!” Suara berat Lee mengagetkan lamunan May. Semua bergegas keluar dari ruangan Meeting, termasuk May yang ingin keluar dari sana, sebelum suara berat Lee menghentikan niat May. “Awak stay kat situ! (kamu tetap tinggal di situ!)” seru Lee, kali ini benar-benar dengan bahasa Melayu. May yang tau maksud Lee, mengurungkan niatnya, kembali duduk di kursinya, aura Lee benar-benar terasa menakutkan sekali. Beda sekali dengan Lee yang dulu. May terlihat bingung. “Sa—saya …” lirih May, menunjuk dirinya sendiri. “Bukankan awak secretary kat sini! macam mana awak nak berlalu begitu je! (Bukankah kamu sekertaris di sini! bagaimana kamu bisa pergi begitu saja!)” bentak Lee. May menunduk. “Iya,” jawab May. Memberanikan diri menatap wajah yang begitu dia rindukan. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya May. Lee berdiri. “Ikut saya!” Kali ini, Lee berbicara dengan bahasa Indonesia, yang memang masih terdengar kaku. May berdiri mengikuti Lee dari belakang, pintu ruangan meeting terbuka, semua pengawal dan karyawan menunduk, Lee terus berjalan menuju ruangan CEO, diikuti oleh semua pengawalnya, Lee berhenti sebentar sebelum dia masuk ke dalam ruangan CEO, hampir saja May menabrak punggung Lee, jika saja dia tidak cepat-cepat berhenti. Lee berbalik, menatap semua anak buahnya dengan tatapan dinginnya. “Kalian pergi ke bawah, aku akan memanggil kalian jika perlu,” ucap Lee dengan logat Melayunya yang kental. Tidak perlu waktu yang lama, semua pengawal menunduk, memberi hormat kepada Lee, mereka semua berjalan menuju sebuah lift, meninggalkan Lee sesuai dengan perintah Lee. “Masuk!” Hanya kata-kata itu yang Lee ucapkan, ketika pintu ruang CEO terbuka. May yang berdiri di belakang Lee ikut masuk ke dalam. Jantung May benar-benar seperti mau copot, kini dia hanya berdua dengan Lee di sebuah ruangan yang cukup megah, dengan fasilitas yang sangat lengkap. Lee berjalan kearah kursi kebesarannya, duduk di sana, menatap tajam kearah May yang berdiri menunduk. “Aku ingin semua tepat waktu, berikan semua berkas yang harus aku pelajari!” ucap Lee, dengan nada yang ketus dan terdengar sangat dingin. May sesaat tertegun, apa benar … Lee tidak ingat lagi siapa dia. “Kamu dengar, nggak!” bentak Lee. May terkejut, Lee benar-benar sangat kasar. “I—iya!” jawab May tergagap. “Keluar!” bentak Lee. “Ba—baik, Lee!” ucap May tanpa sadar. Lee mengernyit, menatap May dengan tatapan penuh amarah. “Lee …? Siapa kamu, berani panggil nama depan aku!” May benar-benar mati kutu. “Ma—maaf, maksud saya–“ “Tuan! Panggil aku Tuan Husein!” bentak Lee. “Ba—baik, Tuan …” lirih May. Lee menyunggingkan senyumnya, berdiri, berjalan menghampiri May, mengitari May yang masih berdiri mematung. Lee sedikit membungkuk, membisikkan sesuatu tepat di telinga May. “Puaskan aku malam ini, jika kamu ingin tetap bekerja di Perusahaan ini …” May melotot, ada kilatan amarah pada mata indahnya. “Tidak!” jawab May dengan sangat tegas. Lee menyunggingkan senyumnya, berdiri tepat di hadapan May. “Kenapa? bukannya uang segalanya buat kamu? aku akan membayar sepuluh kali lipat dari gajimu!” “Hentikan Lee!” seru May. Dia benar-benar tidak menyangka, Lee akan merendahkannya sedemikian rupa. Lee mendekat, mencengkeram tangan May dengan sangat kuat, seolah May sebuah barang yang siap untuk di hancurkan. “Berapa kali aku bilang, panggil ‘Tuan’!” seru Lee, dengan kilatan amarah di matanya. May membalas tatapan Lee tak kalah tajamnya. Dia harus bersikap tegas, tidak peduli siapa yang ada di hadapannya. Harga dirinya sebagai seorang wanita harus tetap dia jaga. “Aku berhenti!” Lee melepas kasar tangan May. Tersenyum mengejek kearah May. “Hahaha … lihatlah dirimu! Apa kamu pikir … aku serius dengan ucapanku? Tidak! mataku masih waras, hanya wanita berkelas yang pantas bersamaku, bukan wanita kelas rendahan seperti kamu!”ejek Lee. May menunduk, harusnya dia sadar … siapa Lee yang ada di hadapannya. Lee yang sekarang, bukan Lee yang May kenal dulu. Lee yang di hadapannya sekarang, seorang yang arogan dan kasar. May kembali menguasai dirinya, berusaha bersikap tenang di depan Lee. “Bawakan berkasnya!” perintah Lee, kembali berjalan menuju kursi kebesarannya. Duduk di sana dengan sangat angkuhnya. “Baik!” ucap May. Bergegas keluar dari ruangan CEO. Lee memukul keras mejanya, setelah May keluar dari dalam ruangannya. Kilatan matanya menunjukkan sebuah amarah yang begitu besar. Lee menyeringai. “Akhirnya … setelah lima tahun, aku bisa menemukanmu kembali. Mawar Deviana … kamu akan membayar semua rasa sakit ini …”

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD