Freya masih berusaha membangunkan Athar. Tapi nihil, laki - laki itu tetap tak sadarkan diri. Freya sudah coba memberi pertolongan pertama dengan menaikkan posisi kaki Athar lebih tinggi dari pada kepalanya. Ia mengganjal kedua kaki Athar dengan sebuah bangku kecil yang ia temukan di sekitar situ.
Ia juga mengendurkan ikat pinggang Athar, juga membuka beberapa kancing baju bagian atasnya.
Freya sedikit menekan - nekan ibu jari Athar untuk merangsang kesadarannya. Tetap nihil. Athar belum menunjukkan tanda - tanda akan sadar.
Sementara Freya mendengar suara - suara itu lagi. Suara orang - orang yang memanggil namanya, dan nama Athar.
Mereka sudah berhasil keluar dari ruangan yang terkunci tadi. Pasti lah Wardhana yang melepaskan mereka, karena Wardhana punya kunci cadangan. Dan kini mereka kembali mencari Freya dan Athar. Dengan bantuan orang yang jauh lebih banyak dibandingkan tadi.
Panik melanda Freya. Napasnya memburu. Ia tidak boleh ketahuan. Ia harus segera menemukan jalan keluar untuk kabur.
Freya berdiri. Tanpa menatap Athar, wanita itu berlari kencang menuju arah yang ia yakini itu menjauh dari orang - orang itu.
Freya terus berlari tanpa kenal lelah. Demi keselamatannya.
Rasa lelah, hampir menyerah, berkali - kali ia alami. Tapi ia harus tetap fokus pada kebebasan.
Ia melihat sebuah pintu kayu yang hampir lapuk. Tapi bagian depannya terdapat kayu yang dipaku berbentuk huruf X. Pada celah pintu itu, Freya melihat sebuah cahaya terang. Ada hamparan sawah luas nan hijau.
Itu dia jalan keluarnya. Ya, itu dia.
Freya melihat - lihat ke sekitar. Ia menemukan sebuah besi besar. Bahkan untuk mengangkat besi itu, Freya sangat kesulitan. Namun ia kerahkan seluruh tenaganya.
Ia memukulkan besi itu pada pintu. Berkali - kali. Hingga pintunya roboh. Sementara kayu yang dipaku berbentuk X tetap menempel pada kerangka pintu. Tapi tak masalah, karena tubuh Freya mungil. Sehingga ia bisa tetap lewat.
Freya segera menerbos masuk melalui celah bawah kayu berbentuk X. Ia berlari menuju arah jalan aspal, meski masih lumayan jauh. Sesekali ia melihat ke belakang, takut ternyata ia ketahuan dan ada yang membuntuti.
Hampir sampai pada jalanan aspal. Freya berhenti sejenak. Ia mengintip dari balik dinding usang, memastikan tak ada salah satu dari anak buah Wardhana yang melihatnya.
Freya juga sembari mencari di mana letak mobil Athar, dan juga mobil yang digunakan untuk menculiknya.
Ketemu, dua mobil itu terparkir cukup jauh dari posisi Freya sekarang. Sial. Sepertinya tidak akan mungkin jika Freya mengambil mobil itu. Percuma saja ia sudah mengambil kunci mobil Athar tadi.
Freya kemudian memutar otak kembali. Kira - kira apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia menatap jalanan yang cukup lengang. Jika ia berlari, itu pasti akan sangat lama. Belum lagi kalau sedang berlari menuju ke aspal, ia sudah ketahuan duluan.
Bagaimanapun ini?
Freya lihat pada bagian depan gedung lantainya cukup tinggi. Sekitar 1,5 meter tingginya dadi posisi berdirinya sekarang.
Dan semua penjaga itu berjajar di depan pintu masuk gedung terbengkalai.
Freya lalu tengkurap di atas tanah yang beberapa bagiannya ditumbuhi rumput. Ia kemudian tiarap perlahan - lahan. Ini sulit. Dua kali lebih melelahkan dari pada lari.
Freya tetap fokus memperhatikan sekitar, berdoa terus dalam hati supaya ia tidak ketahuan.
Ketika Freya melongok untuk melihat posisi para penjaga, ternyata ada penjaga yang sedang berdiri di dekat tangga yang menghubungkan teras gedung dengan parkiran. Sial. Kenapa orang itu mondar - mand terus, sih? Jantung Freya serasa mau copot saking takutnya kesepian.
Semakin dekat dengan posisi mobil, ia semakin meningkatkan kewaspadaan juga. Berusaha tetap tenang dan tidak berisik.
Memastikan tak ada yang melihat, Freya segera berdiri, berlari kecil menuju mobil yang digunakan untuk menculiknya. Ia menuju pada bagian kiri yang membuat tubuhnya tertutupi oleh tingginya mobil. Ini dia faedahnya ia memiliki tubuh yang mungil.
Freya membuka kunci pintu, mengambil tasnya. Ia terlebih dahulu memeriksa isinya. Ternyata masih utuh.
Ia segera menyangklong tas selempang itu. Kemudian beralih menuju mobil Athar.
Lagi - lagi ia naik ke mobil dari bagian kiri. Baru lah ia melompat ke kursi kemudi.
Ia segera menyalakan mesin mobil, dan langsung tancap gas menelusuri aspal nan lengang.
Ketika mobil berjalan, baru lah para penculik itu menyadari bahwa tahanannya telah kabur. Tapi terlambat, Freya sudah menyetir mobil Athar dengan kecepatan kilat. Mereka tetap butuh waktu untuk mengambil mobil terlebih dahulu, baru mengejar Freya.
Freya memacu gas dengan lihai. Ini pertama kalinya ia naik mobil dengan kecepatan setinggi ini. Yang ia tuju adalah satu, kantor polisi. Ia harus melaporkan kejahatan Wardhana yang telah membuatnya dan Athar mengalami banyak penderitaan lahir batin.
Freya menatap mobil para penjahat itu dari kaca spion. Mereka pun tengah mengejar Freya dengan kecepatan tinggi.
Kemudian Freya semakin meninggikan kecepatan mobilnya. Ia pasti akan tetap menang. Karena mobil Athar lebih bagus dari pada mobil mereka.
Freya terus melaju dan melaju. Hingga tidak sadar bahwa ia sedang diperhatikan oleh seseorang. Seseorang yang diperintahkan untuk mencarinya, dan akhirnya menemukannya.
***
"Halo." Archie mengangkat telepon darinya hanya dalam satu kali nada dering, itu pun belum selesai. "Gimana? Apa Freya sudah ada kabar?"
"Ya. Aku baru aja lihat dia."
Archie tak segera menjawab. Hanya merasa sangat senang dengan kenyataan itu. "Dia baik - baik aja kan."
"Ya, sepertinya memang baik - baik saja. Bahkan masih bisa balapan mobil."
"Maksudnya apa itu?"
"Freya sedang menyetir mobil secepat kilat seperti dikejar setan. Kamu tahu dia nyetir mobil siapa?"
"Mobil siapa memangnya?"
"Mobilnya Athar."
Seketika Archie kembali berhenti bicara. Tidak menyangka jika ternyata Athar dan Freya memang saling mengenal.
***