Mereka Bersama

859 Words
Setelah berlari cukup jauh, menelusuri lorong demi lorong, ruang demi ruang. Akhirnya mereka sampai pada titik terterang dalam gedung terbengkalai itu. Dinding dan pintunya terbuat dari kaca. Sehingga memungkinkan bagi Freya dan Athar untuk melihat ke luar. Dan benar, di luar sana adalah dunia nyata yang sedang mereka cari. Langkah mereka untuk kabur sudah semakin dekat. Kekuatan berlari mereka semakin dipercepat. Meski tenaga sudah meranggas, namun dikalahkan oleh semangat yang masih membara. Bahkan makin membara karena sudah melihat hasil dari usaha keras mereka. Sayangnya langkah mereka ternyata harus terhenti sekali lagi. Kenapa? Ada sebuah mobil yang berhenti. Dan dari sana keluar Wardhana dan beberapa anak buahnya yang lain. Tak cukup 1 mobil ternyata. Ada tiga mobil lagi yang menyusul. Dan semua mobil ditumpangi oleh beberapa orang anak buah Wardhana. Pasti si kumis dan yang lain di dalam sana sudah memberi tahu Wardhana tentang kaburnya mereka, makanya Wardhana datang dengan wajah murka. Membawa anak buah sebanyak itu pula. Athar segera meraih tangan Freya, berlari ke arah lain, mencari tempat persembunyian. Mereka berlari pada sebuah lorong sempit. Ada deretan meja. Bisa mereka gunakan untuk sembunyi sementara waktu. Mereka bersembunyi di balik deretan meja - meja usang itu. Wardhana dan beberapa anak buahnya berjalan memasuki area gedung tua ini. Sementara beberapa anak buah yang lain berjaga di depan pintu masuk. Sial. Kalau pintu masuk dijaga seperti itu, bagaimana mereka bisa segera keluar setelah ini? Betapa kesal rasanya, seandainya mereka lebih cepat sedikit saja. Pasti mereka sudah berhasil kabur, keluar dari gedung ini sekarang. "Mereka jaga di luar pintu, terus kita kabur lewat mana lagi, That?" Freya sudah frustrasi dan putus Asa. Rasa kesal, lelah, lapar, jenuh, semua bertumpuk menjadi satu. Napas Athar terengah - engah tak keruan. Dadanya semakin sakit. Rasanya ia benar - benar sudah ingin menyerah. Segala pikiran positif yang selalu ia tanamkan di otak juga seketika sirna. Mereka sudah nyaris lolos, tapi berakhir kembali tak tahu arah. Tak tahu harus bagaimana. Telinga Athar berdenging. Keras sekali suaranya. Pandangannya juga mengabur. Segala yang ia lihat menjadi dua. "Athar ... gimana? Ayo, kamu selalu punya solusi, kan? Katakan, sekarang apa solusi kamu? Ayo kita cari jalan lain buat kabur. Ayo!" Freya yang panik sampai tak menyadari kondisi Athar saat ini. Hingga akhirnya Athar ambruk, tergolek di lantai yang kotor nan dingin itu. Freya pun terdiam, menatap bagaimana Athar terbaring tak bergerak di sana, dengan kedua mata terpejam erat. "Athar ... Athar ...." Freya berusaha membangunkan lelaki itu. Ia mengguncang lengan Athar beberapa kali, namun nihil. Athar tetap diam tak bergerak, tak memberi respons sama sekali. Ketika ia menyentuh kulit lelaki itu, terasa begitu dingin. Freya tak tahu harus bagaimana sekarang. Entah apa yang terjadi pada Athar, ia tak tahu. Yang jelas ... satu - satunya orang yang bisa membantunya telah tumbang. Lalu bagaimana dengan nasib Freya setelah ini? *** Sebenarnya dari pada memikirkan hilangnya Athar, Archie lebih dibuat concern dengan hilangnya Freya. Sampai sekarang tetap belum ada kabar. Rencananya pagi ini ia akan mulai mencari Freya. Ia bahkan sudah memutuskan untuk tidak ke kantor. Tapi malah Siska datang seperti ini. Menangis, dan tidak pulang - pulang. "Ma ... kali aja Papa udah nemuin Athar." Archie coba membuat Siska cepat pulang dengan cara halus. "Nggak mungkin, Archie. Papa pasti langsung ngabarin Mama kalau udah ketemu sama Athar." Siska mengelak. Ia masih tetap duduk di sana. Sampai sekarang jus jeruknya belum diminum. "Ayo bantu Mama cari adik kamu, Nak. Kamu kan punya banyak koneksi. Hubungi teman kamu yang detektif atau intelejen atau apa lah itu. Ya." Archie hanya diam. Ya tentu ia punya banyak orang yang bisa ia mintai bantuan. Hanya saja yang terhebat sudah ia lobi untuk mencari Freya. Archie kini sedang menunggu kabarnya. "Ya, nanti aku hubungi kenalanku, biar dia cari seorang laki - laki dewasa yang lagi pengin bebas. Pas ketemu, nggak tahunya dia lagi tidur bareng seorang cewek di sebuah hotel." Archie masih menganggap bahwa Athar bukannya hilang, hanya sedang bersenang - senang. "Hentikan, Archie. Jangan ngomong begitu lagi. Adik kamu bukan orang seperti itu." Siska terus membela Archie tiada akhir. Ada telepon masuk di ponsel Archie. Dari seseorang yang ia tugaskan untuk mencari Freya. "Gimana, ada perkembangan?" tanya Archie segera. "Ada satu informasi. Katanya Freya tidak hadir dalam training kemarin di hotel Hexagon. Dia juga tidak ada kabar sama sekali. Ketika teman - teman dan atasannya coba menghubungi, hp nya nggak aktif," jawab orang itu. Archie terdiam. Freya ternyata juga tidak menghadiri training kantornya. Ke mana sebenarnya gadis itu? Kenapa seakan hilang ditelan bumi? "Ada yang melihat, Freya dijemput oleh seseorang di depan hotel Halim." Orang itu melanjutkan. Archie mengernyit. "Apa kamu tahu siapa orang itu? Orang yang menjemputnya?" "Ya ... seseorang yang menjemputnya adalah ... Athar." Seketika seluruh tubuh Archie terasa aneh. Seperti terdengar aliran listrik. Freya dijemput oleh Athar? Archie membenci pikirannya saat ini. Seketika ia teringat dengan kata - katanya pada Siska tentang Athar. Bahwa adiknya itu mungkin sedang bersenang - senang dengan seorang wanita, bahkan tidur bersama di hotel. Tidak - tidak. Mereka tidak mungkin bersama kan? "Archie ... setelah telepon itu, segera hubungi teman kamu, ya." Siska mulai meminta lagi. Archie tidak menjawab. Karena ia masih berkutat, berusaha berdamai dengan pikirannya sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD