Sampai di kamar hotel, Freya segera meletakkan tasnya di meja ruang tamu. Ia juga melepas cardigan dan juga rok span selutut yang ia pakai. Menyisakan stelan dalaman berwarna krim yang membalut tubuh rampingnya dengan begitu baik. Kemudian Freya langsung menuju ke kamar mandi.
Selesai mandi, Freya merasa begitu rileks. Ia ingin tidur sejenak setelah mengalami hari yang berat. Seharian training tentu itu melelahkan. Belum lagi ia bertemu dengan orang yang begitu menyebalkan bernama Athar itu.
Freya berbaring di ranjang, mencari posisi ternyaman. Ia ingin bermain ponsel sebentar sebelum akhirnya berpindah ke dunia mimpi. Sialnya, Freya baru ingat kalau ponselnya masih terletak di dalam tas yang ia letakkan di meja ruang tamu.
Freya mengumpat saking kesalnya. Padahal baru saja ia berbaring. Eh, harus berdiri lagi.
Freya pun terpaksa bangkit dan berdiri, berjalan ke ruang tamu untuk mengambil ponselnya dalam tas.
Sial, lagi - lagi sial.
Freya sudah mencari ke seluruh ritsleting dalam tas, tapi ia tidak menemukan ponselnya.
Astaga ... jangan - jangan ponselnya tertinggal di mobil Athar.
Freya langsung melempar tasnya ke sembarang arah saking kesalnya. Astaga ... mimpi apa dia harus berurusan dengan Athar sekali lagi? Padahal ia sudah lega karena merasa tak akan bertemu lagi dengan lelaki itu selamanya.
Mana di dalam ponsel itu terdapat banyak sekali rahasia hidupnya. Athar yang sudah curiga dengan dirinya, kini bisa mengakses seluruhnya rahasianya.
***
Lelaki dengan tinggi 183 cm itu baru saja memasuki lobi hotel Halim. Tanpa perlu bertanya pada resepsionis -- toh itu tidak akan ada gunanya, karena resepsionis tidak akan menjawab. Athar sudah tahu di mana kamar Freya, atas pengamatan yang dilakukan oleh orang suruhannya.
Pagi ini penampilan Athar berbeda dari biasanya. Biasanya ia lebih senang mengenakan pakaian kasual dengan warna monokrom. Pagi ini ia justru mengenakan setelan jas lengkap. Ia juga melakukan styling pada rambutnya, padahal biasanya ia hanya sisir saja. Athar sengaja menata rambutnya mirip dengan Archie.
Athar juga mengenakan masker. Ya, seperti yang sudah diduga, Athar berpenampilan seperti itu karena ingin menyerupai sang kakak. Bagian mata dan hidungnya memang yang paling mirip dengan kakaknya. Maka dari itu ia melakukan penyamaran dengan masker.
Meski nyatanya tubuh Archie jauh lebih bagus dan proporsional -- berbeda dengan Athar yang cenderung kurus -- namun dilihat sekilas postur mereka juga mirip. Dan tinggi badan keduanya juga sama.
Sampai di depan kamar Freya, Athar segera menekan bel. Ia tahu Freya belum berangkat, karena jam training di hotel Hexagon masih jam 8 nanti. Sementara ini masih jam 7 pagi.
Athar yakin saat ini Freya sedang mengamati siapa gerangan yang datang melalui interkom. Dan tak lama kemudian, pintu terbuka. Athar tersenyum di balik Maskernya. Freya segera membukakan pintu, pasti karena menyangka bahwa ia benar - benar Archie.
Terbukti dengan Freya yang segera memasang senyum terbaiknya setelah membuka pintu. Athar tak habis pikir dengan kelakuan perempuan satu ini. Sikap penuh kepalsuannya benar - benar nampak jelas.
"Tuan Archie ... silakan masuk." Freya mempersilakan masuk dengan begitu sopan, dengan bahasa yang tertata, dengan nada yang sengaja dibuat manja. Benar - benar berbeda dengan sosok Freya yang bicara dengannya di dalam mobilnya kemarin.
Athar menuruti permintaan Freya. Ia segera masuk begitu sang pemilik kamar juga masuk. Cih ... wanita macam apa yang dengan begitu mudah mempersilakan seorang lelaki masuk ke dalam kamarnya. Yah, walau pun ini hanya kamar hotel. Bukan kah itu justru lebih parah?
"Silakan duduk, Tuan Archie." Freya lagi - lagi bicara dengan nada yang sengaja dibuat manja. Dan ia terus tersenyum penuh kepalsuan.
Lagi - lagi Athar pun menurut. Ia duduk di ruang tamu kamar ini.
"Apa Anda sudah minum kopi hari ini?" tanya Freya lagi.
Athar segera menggeleng.
"Baik lah. Kalau begitu saya akan membuat kopi untuk Anda. Kebetulan saya juga belum minum kopi hari ini."
Athar semakin yakin bahwa Freya bukan perempuan baik - baik terlepas dari apa pun masalah hidupnya, yang memacu wanita itu menjadi begitu berani dan liar.
Athar belum bicara apa pun. Karena kalau ia bicara, ia akan langsung ketahuan. Mengingat tone suaranya sangat berbeda dengan Archie. Archie cenderung memiliki suara bass, sedangkan Athar lebih ke baritone.
"Silakan Tuan Archie. Kopi favorit kita. Siapa yang menyangka jika kita memiliki selera yang sama dalam minum kopi hitam, bukan?" Freya meletakkan nampan berisi dua cangkir kopi hitam di atas meja.
Freya mulai menyesap kopinya. Sementara Athar hanya diam.
"Kenapa tidak diminum Tuan Archie?" Freya nampak bingung. Padahal tempo hari Archie begitu antusias minum kopi buatannya, hingga habis dalam waktu yang begitu singkat.
Ini lah saatnya.
"Anda begitu yakin ini adalah kopi favorit saya?" Athar mulai melancarkan aksi, mulai menunjukkan siapa ia sebenarnya.
Mendengar suara seseorang di hadapannya, Freya pun terdiam. Ia langsung curiga. Karena ternyata, ini bukan Archie. Suaranya benar - benar berbeda. Tapi ... secara fisik ini memang Archie.
Athar pun segera membuka maskernya. Benar - benar menunjukan dirinya. Ia menyeringai menatap Freya yang benar - benar terkejut setelah tahu dirinya lah yang sayang.
Freya benar - benar suda tertipu.
"Aku minta satu sendok teh gula, Nona Freya. Karena aku tidak suka kopi hitam yang pahit," ucap Athar sebelum kemudian tersenyum penuh kemenangan.
Sementara Freya sedang menatapnya penuh kebencian.
***