Freya hampir tidak mempercayai matanya sendiri, kala ia menatap seseorang yang sedang berjalan keluar dari mobil, melenggang dari parkiran menuju dirinya berada sekarang.
Baru saja tadi Freya memikirkannya. Bertanya - tanya dalam benak, bagaimana kabarnya kira - kira, seperti apa penampilannya ketika kini sudah dilantik menjadi CEO sama seperti kakaknya.
Kembali teringat saat mereka bekerja sama dengan begitu kompaknya untuk lari dari Wardhana Dharma. Teringat saat Athar memasangkan Bros Semanggi untuk menutup dadanya yang terlalu terbuka.
Dan sekarang orangnya ada di sini, sudah berjarak begitu dekat dengannya. Nampak sehat meski terlihat lebih kurus.
"Kamu di sini juga?" Ia segera bertanya begitu posisinya dengan Freya sudah lebih dekat.
"Ya, seperti yang kamu lihat. Kamu juga ada di sini." Freya berkata seperti itu karena penasaran kenapa Athar tiba - tiba ke sini.
Eh, berarti kan acara pelantikan sudah selesai. Astaga ... Archie sekarang juga pasti sedang perjalanan ke sini untuk menjemput Freya. Bisa gawat kalau Archie tahu Athar juga ada di sini bersamanya. Padahal ia mereka tidak janjian. Hanya tidak sengaja saling bertemu di sini.
Jantung Freya berdetak tak keruan. Debarnya sungguh kentara dan kencang. Seakan - akan menyembul dari dadanya menembus tulang rusuk.
Antara dirinya yang antusias dengan keberadaan Athar di sini, dan juga takut jika sampai ketahuan Archie. Terlebih ada Adity di sini. Sepertinya ia harus memberi perintah secara khusus pada Adity untuk tidak pernah melaporkan apa pun jika dirinya tida sengaja bertemu atau berinteraksi dengan Athar seperti ini.
"Ya, kebetulan hari ini aku ada urusan bisnis di Pare," jawab Athar. Athar bahkan tidak berterus terang bahwa ia dilantik jad CEO hari ini. Padahal Freya juga sudah tahu. "Aku ke sini soalnya Jena bilang buat jemput dia di sini. Nggak nyangka bakal ada kamu juga." Athar memberikan senyuman tipis. Namun terlihat jelas ketulusannya.
Freya ingin ikut tersenyum, sayang ia sulit melakukan itu. Setelah tahu alasan Athar ke sini. Ya, tentu saja untuk menjemput Jena. Seharusnya Freya sudah mengerti itu sejak awal.
Tapi Freya malah berpikir hal lain. Seperti mereka ditakdirkan tidak sengaja kembali bertemu di sini. Astaga ... Freya malu sekali. Dan entah mengapa Freya kecewa. Hatinya terasa sakit. Ia lagi - lagi merasa iri dengan Jena.
"Oh, Jena masih ke toilet. Lorna juga ikut sama dia. Bentar lagi udah selesai mungkin." Freya buru - buru menjawab. Untuk sedikit mengurangi rasa tak nyaman di hatinya sendiri.
"Dari reaksi kamu, ternyata tadi kalian sempat bertemu di sini."
"Ya, kami bahkan menghabiskan waktu bersama. Dan itu menyenangkan."
Athar mengangguk mengerti. "Ngomong - ngomong aku suka penampilan baru kamu. Kelihatan lebih cantik dan anggun." Athar memuji dengan tulus.
Desiran aneh dalam d**a Freya kembali. Ia menunduk, takut Athar melihat wajahnya yang memerah. Rasanya udara di sekitar tiba - tiba menjadi panas. Freya ... entah lah. Ia senang karena Athar memujinya.
Semenjak Athar memberikan Bros Semanggi waktu itu, Freya secara otomatis selalu memikirkan pakaian apa yang akan ia kenakan. Jika ingin mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, ia selalu pikir - pikir terlebih dahulu. Semua itu berkat Athar.
Archie bahkan juga selalu memuji penampilan barunya.
Pandangan Athar teralih ke arah lain. Sudah bisa ditebak, ia menatap Jena yang muncul dari balik lorong setelah menyelesaikan urusan toiletnya, dengan Lorna berjalan di belakangnya.
Athar tersenyum tulus menyambut kedatangan Jena. Jena pun nampak begitu bahagia karena Athar sudah datang.
"Udah Dateng kamu," kata Jena saat ia akhirnya sampai di sini. "Gimana tadi acaranya, lancar?"
"Ya gitu, deh. Agak membosankan. Tapi lancar." Athar tak berhenti tersenyum ketika menjawab pertanyaan Jena. Terlihat sekali jika Athar benar - benar mencintai Jena seutuhnya.
"Syukur, deh, kalau gitu. Selamat, ya. Setelah ini kamu akan punya rutinitas baru. Harus semangat." Jena mengepalkan tangan kanannya tanda memberi semangat.
Athar terkikik. "Nggak janji akan semangat tiap hari. Soalnya aku jadi menetap di sini, jarang balik ke Kediri. Jadi nggak bisa anter jemput kamu setiap hari. Kita bakal jarang ketemu. Nggak asik."
"Astaga ... jarang ketemu bukan berarti nggak akan pernah bertemu, Athar. Justru kalau jarang ketemu malah mesra, soalnya kangen terus."
Athar lagi - lagi tertawa karena ucapan Jena.
Freya menggigit bibir bawahnya. Athar benar - benar manis ketika berhadapan dengan Jena. Berbeda sekali dengan saat berhadapan dengan Freya. Selalu bicara dengan pedas dan tajam.
Tentu saja, karena Jena dan Freya sangat berbeda. Athar bahkan tahu Freya adalah seorang kupu - kupu malam. Miris sekali.
Jena dan Athar kemudian berpamitan. Ada rasa lega, karena ternyata Archie tak sampai bertemu Athar di sini. Namun rasa tak rela melepas Athar pergi jadi lebih besar.
Entah kapan Freya akan bisa bertemu dengan Athar lagi. Mengingat sekarang Athar akan sangat sibuk di sini. Mungkin Freya dan Athar tidak akan pernah bertemu lagi.
Freya menatap Athar dan Jena yang masih terus mengobrol asyik sembari bercanda ketika berjalan beriringan menuju mobil Athar. Sementara Lorna menuju mobil Jena. Tentu saja Lorna akan kembali ke hotel. Sementara Jena dan Athar aka menghabiskan waktu bersama.
Freya kini beralih menatap Adity. Adity yang merasa bahwa Freya ingin mengatakan sesuatu, ia segera mendekat.
"Ada apa, Nona Freya?" tanyanya.
"Tolong jangan katakan apa - apa pada Archie tentang ini, ya. Meskipun Athar ngga sengaja ketemu kita di sini, dan urusannya pun untuk menjemput Jena, Archie tetep nggak akan suka. Aku cuman pengin jaga perasaan Archie."
Adity tersenyum. "Iya, Nona. Saya mengerti."
"Makasih, Adity."
Freya terdiam di sana, kembali menatap ke arah parkiran. Ternyata mobil Athar sudah hampir sampai di gerbang keluar.
Pandangan Freya beralih pada gerbang masuk. Astaga. Nyaris sekali. Mobil Archie sedang lelahan memasuki gerbang Masjid An - Nur. Terlambat sedikit saja, bisa kacau semuanya.
***
Archie tersenyum menghampiri Freya yang sudah menunggunya. Freya pun tersenyum pada lelaki itu, menyambutnya dengan senyuman terbaik.
"Akhirnya kamu Dateng juga." Freya mengungkapkan kelegaannya.
"Iya, urusan aku di sini udah selesai. Selebihnya, kita bisa lanjut senang - senang di sini. Sesuai janji aku buat bawa kamu seneng - seneng."
Freya mengangguk. Ia senang. Meski hatinya lebih nyaman bersama Athar. Tapi Freya senang, karena masih ada lelaki yang mencintainya dengan tulus. Seperti cinta Athar pada Jena. Archie lah orangnya.
Maka Freya tidak boleh menyia - nyiakan perasaan Archie padanya ini. Ia harus terus bersikap baik pada Archie. Seperti Jena hang bersikap baik pada Athar.
"Uhm ... Adity, sebelum kamu pulang, aku minta tolong dulu, ya." Freya cengengesan karena malu. "Tolong ambil beberapa foto kami di spot - spot foto terbaik di sini. Ambil gambarnya yang bagus, ya." Freya menyerahkan ponselnya.
Archie pun turut tertawa. Berusaha mengerti keinginan Freya. Ya, akan ia turuti saja. Toh tidak ada salahnya sekali - sekali mengabadikan momen kebersamaan.
Mereka pun bersiap untuk melakukan sesi foto bak model profesional.
***