Freya, Jena, Adity, dan juga Lorna -- asisten Jena -- berakhir menghabiskan waktu bersama berempat di taman Kilisuci. Kebetulan mereka berempat adalah perempuan dengan usia yang tidak terpaut jauh secara usia.
Pada akhirnya mereka juga mencicipi mampir ke Masjid An - Nur. Tidak, mereka tidak sekadar mampir untuk numpang foto. Jena yang mengawali mengambil air wudhu. Ia tidak mengajak yang lain. Hanya segera mengambil wudhu, mengambil mukena dari dalam almari. Lalu ia melakukan sholat duha.
Adity dan Lorna begitu melihat itu segera ikut mengambil air wudhu. Sementara Freya masih sibuk melihat. Menatap Jena yang begitu khusyuk membaca bacaan sholat, setiap gerakan dibatasi dengan tuma'ninah. Dan ia juga berdoa dengan sungguh - sungguh.
Sementara Freya ... ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia sholat. Ada rasa tak tenang dalam dadanya. Namun hatinya belum tergerak untuk ikut sholat bersama yang lain.
"Nona Freya ... lagi halangan, kah?" Adity bertanya ketika ia menatap Freya yang hanya diam tapa kata.
Freya sebenarnya cukup terkejut dengan pertanyaan Adity yang tiba - tiba. Ia sebenarnya tak tahu harus menjawab apa jika ditanya kenapa ia tidak ikut sholat. Tapi berkat pertanyaan Adity, ia jadi tahu harus menjawab apa.
"I - Iya. Aku lagi halangan." Freya sampai tergagap menjawabnya.
"Ya udah Nona Freya tunggu dulu ya. Saya mau ikutan shokat Duha."
"Iya, Adity. Silakan." Freya memberikan senyum terbaik supaya ajudannya itu bisa sholat dengan tenang karena izin penuh darinya.
Kini Freya menatap tiga wanita itu sedang sholat Dhuha. Kini ada pertanyaan dalam benaknya. Apa hanya dirinya lah, satu - satunya manusia yang tidak sholat di dunia ini?
Orang tuanya sholat. Teman - temannya sholat. Bahkan tiga wanita itu. Wanita - wanita yang jika dilihat secara fisik, tidak mencerminkan bahwa mereka agamis. Tapi ternyata mereka juga sholat.
Padahal Freya tahu, dalam agama Islam, jika ia ingin selamat, satu - satunya hal yang bisa menyelamatkan dirinya di akhirat kelak adalah sholat. Tapi Freya masih begitu berat melaksanakan hal itu.
Entah Lah. Seperti ada sesuatu yang begitu besar menghalanginya untuk melakukan sholat.
Freya sebenarnya paling iri dengan Jena. Ia cantik, ia berkelas, ia cerdas, mandiri, memiliki bisnis yang sukses, keluarganya kaya raya, memiliki hati yang baik, memiliki seseorang yang begitu mencintainya. Ia memiliki kehidupan yang sempurna seperti itu, tapi ia tetap mendirikan sholat.
Tapi Freya? Ia bahkan jauh di bawah Jena.
Ia bukan wanita baik - baik, keluarganya miskin, ia masih akan memulai bisnis, ia memiliki pekerjaan lain yang sangat haram, dosa besar.
Tapi bukannya meminta ampun dan melakukan sholat, ia justru masih begitu disibukkan dengan berbagai urusan dunia yang tak akan ia bawa Mati.
Freya benar - benar iri dengan Jena. Pantas saja Athar begitu mencintai wanita itu. Mencintainya dengan begitu tulus, tanpa syarat.
Selepas melakukan sholat, mereka semua melakukan touch up make - up -- termasuk Freya. Keluar dari dalam masjid, Jena lagi - lagi mengawali melakukan sedekah yang ia masukkan dalam kotak amal. Kau Jena itu segera diikuti oleh yang lain. Kali ini Freya juga ikut andil. Sejak dulu ia memang tak pernah pelit jika berbagi masalah materi.
Baru lah, mereka semua kemudian melancarkan aksi. Menelusuri setiap inci arsitektur bagian luar masjid yang begitu megah, apik, nan klasik. Mereka pun tidak ragu untuk mengambil foto sebagai kenang - kenangan. Benar kata orang, ternyata masjid An - Nur memang seindah ini.
***
"Dengan penyematan selempang, saat ini Tuan Athar Virendra telah resmi menjadi CEO Virendra Inc. cabang Pare ini."
Ucapan MC itu disambut tepuk tangan meriah para hadirin. Cukup banyak orang yang diundang. Mereka yang duduk berderet pada barisan paling depan, tentu saja adalah Brama dan Siska, serta petinggi Virendra Inc. yang lain, kecuali Archie.
Karena Archie turut berada di panggung bersama dengan adiknya yang akan segera dilantik. Archie adalah seseorang yang akan memasang selempang pada Athar.
"Kenapa Tuan Archie, dipersilakan untuk memasang selempang pada Tuan Athar." MC kembali memberi instruksi.
Seseorang yang bertugas membawa selempang yang diletakkan dalam nampan berdekorasi apik, segera maju beberapa langkah untuk mendekati Archie dan Athar.
Archie segera mengambil selempangnya. Dengan cepat ia pasangkan selempang bertuliskan CEO, Athar Virendra itu, pada adiknya.
Archie dan Athar bahkan tidak saling bertatapan. Tidak saling bertukar sapa sama sekali. Hanya saling diam. Dalam sekejap Archie sudah selesai melakukan tugasnya.
Para hadirin kembali bertepuk tangan dengan meriah. Archie kemudian segera melenggang turun, karena tadi ia sudah memberi sambutan di awal acara, sebagai pimpinan Virendra Inc. pusat, sekaligus pimpinan tertinggi Virendra Inc. saat ini. Ia lalu bergabung duduk dengan kedua orang tuanya di barisan paling depan.
Kemudian Athar dipersilakan untuk melakukan sambutan singkat, sebagai seorang CEO baru.
***
Archie tidak mengerti kenapa setelah berdiri bersebelahan dengan adiknya dalam kurun waktu yang cukup lama, ia tiba - tiba menjadi terus memikirkan Athar. Padahal ia tidak ingin melakukan itu. Pikirannya hanya terus tertuju pada Athar tanpa sebab yang jelas.
Ah, sebenarnya tentu ada sebabnya. Sekian lama ia tidak berada dalam jarak dekat dengan adiknya. Sekali pun bertemu, mereka tidak saling bicara jika bukan masalah bisnis.
Hanya perasaannya saja, atau Athar memang menjadi jauh lebih kurus dibandingkan sebelumnya? Padahal beberapa waktu lalu, saat Athar terlibat dalam rapat yang diadakan di hotel Halim, adiknya itu masih belum sekurus sekarang. Dan saat Athar bertemu dengannya setelah peristiwa penculikan, ia pun tidak sekurus ini.
Sementara pertemuan terakhirnya dengan Athar adalah saat rapat terakhir di Virendra Inc. dua Minggu lalu. Archie tak terlalu memperhatikan Athar saat itu karena ia fokus menjadi pemimpin rapat.
Kenapa seseorang bisa kehilangan begitu banyak bobot tubuh hanya dalam kurun waktu yang singkat?
Apa Athar stres karena ia akhirnya secara resmi diangkat menjadi bagian dari Virendra Inc? Lemah sekali kalau memang itu adalah sebabnya.
Archie mengendarai mobilnya cepat - cepat. Ia ingin segera bertemu dengan Freya. Pekerjaannya sudah selesai di sini. Sekarang tinggal menghabiskan waktu yang berharga dengan Freya. Pastinya untuk bersenang - senang, sesuai rencana mereka.
Semoga saja sampai akhir Freya tidak tahu bahwa urusannya di sini adalah untuk melantik Athar menjadi CEO. Archie tidak mau jika Freya tahu, kemudian diam - diam bertemu dengan Athar di sini tanpa sepengetahuan Archie.
Athar dan Freya memang sudah lama tidak saling bertemu atau saling kontak, tapi tidak menutup kemungkinan jika keduanya akan bertemu lagi.
Entah lah, padahal baik Athar atau pun Freya, sama - sama menegaskan bahwa mereka tidak ada hubungan apa - apa. Namun Archie merasa resah jika mereka berhubungan, meski hanya sekadar berpapasan atau secara tidak sengaja bertemu.
Instingnya mengatakan, bahwa Athar adalah seseorang yang akan mengancam posisinya di hati Freya.
***