Freya menuruni tangga perlahan. Pandangannya menatap sosok Archie yang sudah menunggunya di bawah dengan senyum manis di wajahnya. Freya Sebenarnya sedang berusaha mengontrol diri. Supaya ia tidak kebablasan ikut senyum. Ia begitu tertohok dengan penampilan Archie malam ini. Lelaki itu nampak begitu berbeda.
Sampai di bawah, Archie langsung memberikan buket bunga itu pada Freya. Freya tersenyum tipis menerimanya. Ia benar - benar suka dengan rangkaian bunga ini. Bunga baby ' s breath yang manis. Sesuai dengan namanya. Bunga ini melambangkan kepolosan, kesucian, kemurnian, seperti napas bayi yang baru lahir. Bunga ini sering digunakan sebagai buket dalam pernikahan.
Kelak jika saatnya tiba untuk Freya menikah, ia juga ingin menggenggam bunga ini sebagai buketnya. Dengan gaun putih yang cantik. Pasti semuanya akan indah dan membahagiakan.
"Kamu udah makan atau belum?" tanya Archie kemudian.
Freya menggeleng. "Lagi males makan," jawabnya ketus.
"Kita makan keluar aja, ya? Kamu yang pilih tempat."
"Aku lagi males dandan, Ar. Nggak usah."
"Nggak usah dandan nggak apa - apa. You ' re beautiful no matter what."
Freya mencebik. "Meski begitu, aku yang ogah keluar kalau nggak dandan."
Archie pun memutar otak dengan keras. Bingung bagaimana cara mengajak Freya mau keluar. "Ya udah, kalau gitu aku aja yang dandanin kamu," celetuk Archie kemudian.
"What?" Freya tentu saja keheranan, tidak mengerti apa maksud Archie dengan mendandaninya.
"Ayo, kita berangkat." Archie mengangkat lengannya, ingin Freya menggandeng lengannya itu.
Tapi Freya tak kunjung melakukannya. "Aku nggak mau berangkat dengan penampilan awut - awutan kayak begini, Ar."
"It ' s okay, Frey. Kita keluar dulu untuk dandan, baru nanti maka malam. Yuk."
Freya melirik Archie dengan sengit, kemudian menggamit lengan Ardie dengan cepat. Freya bahkan malas untuk ganti alas kaki. Ia masih memakai sandal bunny warna putih itu.
"Pak, Buk ... Freya saya ajak keluar dulu, ya." Archie berpamitan dengan sopan pada Fera dan Roni.
"Iya, Nak, Archie. Hati - hati."
Fera dan Roni turut bahagia, mengantar putri dan calon menantu mereka itu sampai ke depan.
***
Pada awalnya situasi di dalam mobil cukup hening. Archie berusaha keras untuk mencairkan suasana.
"Frey, aku minta maaf, ya. Aku janji nggak akan seperti itu lagi. Aku nggak akan ulang kesalahan yang sama." Archie kembali meminta maaf dengan tulus.
Freya enggan menatap lelaki itu. Pandangannya lurus ke depan, menatap jalanan malam yang ramai.
"Aku sebenarnya cukup tahu diri, Ar. Siapa sih aku dibandingkan Raya. Dulu kamu dan Raya bahkan sudah hampir menikah. Pasti sulit bagi kamu melupakan Raya. Bahkan mustahil bagi kamu untuk lupa sama dia, kan? Aku tahu diri, kok. Untuk apa juga kamu minta maaf?"
Archie menatap Freya penuh rasa bersalah. "Frey, jangan gitu dong. Kamu berharga buat aku. Aku sayang sama kamu. Aku minta maaf karena udah bikin kamu sakit hati. Maaf, ya."
Freya diam - diam tersenyum tanpa sepengetahuan Archie. Ia merasa puas karena sudah membuat Archie melakukan hal ini ke padanya.
Freya kini sudah mengubah niatnya sejak awal. Jika dulu ia hanya ingin harta Archie. Kini ia juga ingin memiliki lelaki itu sepenuhnya. Maka Freya akan sangat sedih jika Archie masih mengingat - ingat Raya terus.
"Nanti akan aku kasih tahu kamu dimaafin atau enggak. Tergantung gimana perlakuan kamu ke aku malam ini."
Archie tersenyum karena merasa mendapat sinyal maaf dari Freya. "I Will give the best treat for you. You can count on me."
"We ' ll see then."
***
Tujuan pertama mereka malam itu adalah sebuah salon kenamaan di Kediri bernama Rich. Salon itu dimiliki oleh ahli kecantikan nomor Wahid di Kediri bernama Surya Pratama.
Sampai di sana mereka langsung disambut hangat. Tampak bahwa seluruh isi salon sudah mengenal Archie.
"Astaga ... dia benar - benar mirip dengan Raya."
Para karyawan di sana segera memberi komentar. Tentu saja mereka dibuat heboh dengan kemiripan Freya dan Raya.
Archie langsung menatap Freya. Takut Freya merasa kembali sedih karena Raya kembali dibahas. Tapi kekhawatiran Archie sirna, ketika melihat Freya justru tersenyum menanggapi komentar - komentar itu.
Freya berusaha maklum. Karena tidak bisa dipungkiri ia sangat mirip dengan Raya. Ya, ada sedikit rasa tak enak dalam hatinya. Tapi sejauh bukan Archie yang salah ucap nama seperti waktu itu, Freya tidak merasa masalah.
"Ya, dia saudari kembar Raya, namanya Freya." Setelah melihat bagaimana reaksi Freya, baru lah Archie menjawab komentar - komentar takjub itu.
"Wah pantesan aja. Astaga ... ternyata Raya punya kembaran."
Mereka pun memberi salam kenal pada Freya. Bahkan sampai saat ini orang - orang itu masih begitu takjub.
Bisa Freya bayangkan betapa dulu Archie sering membawa Raya ke sini. Tentu saja, kan.
"Surya, ada?" tanya Archie kemudian.
Salah satu karyawan bernama Ema lah yang menjawab. "Ah, iya. Mas Surya ada. Biar saja panggilkan."
Ema pun segera berlalu ke dalam untuk memanggil Surya Pratama. Archie dan Freya dipersilakan duduk, dijamu banyak kudapan dan minuman segar.
"Apa Surya Pratama itu teman kamu?" tanya Freya.
Archie mengangguk. "Ya, kami teman sekelas saat SMA."
Freya mengangguk mengerti. Pantas saja dari cara Archie menyebutkan namanya, terlihat bahwa mereka begitu akrab. Ternyata benar teman sekelas saat SMA.
"Ar ...."
Perhatian Archie dan Freya pun segera teralih pada sumber suara itu.
Itu lah dia, Surya Pratama. Sang legenda ahli kecantikan di Kediri.
Freya bahkan baru sekali ini melihatnya secara langsung. Biasanya hanya melihat melalui baliho di jalan. Atau kadang melihat fotonya di i********:, saat Freya stalking salon - salon hits di Kediri
Freya belum pernah ke sini sebelumnya. Karena ia langganan salon di tempat teman kuliahnya dulu.
"Woah ... jadi ini yang namanya Freya." Surya menatap Freya, tersenyum dengan begitu ramah.
Penampilan Surya sangat baik, begitu modern ala anak metropolitan yang kekinian. Ujung kepala hingga kakinya begitu terawat. Meski begitu, ia berbeda dengan pemilik salon kecantikan lain yang biasanya cenderung lemah gemulai. Surya nampak begitu laki - laki.
"Pantes aja anak - anak pada heboh. Ternyata memang semirip itu sama Raya." Bahkan Surya Pratama pun melontarkan pernyataan yang sama.
"Ya, Freya dan Raya itu kembar. Jadi udah pasti mirip." Archie kembali menjelaskan
"Astaga ... pantesan aja. Well, Nona cantik. Ingin melakukan treatment apa malam ini? Akan kamu layani dengan sepenuh hati dan sebaik mungkin. Khusus kamu akan aku tangani sendiri semua prosesnya."
Freya tersenyum puas. Kapan lagi ditangani sendiri oleh sang ahli kecantikan? Jika saja ia ke si i sendirian, belum tentu ia akan mendapatkan keistimewaan ini. Untuk Archie lah yang mengajaknya.
"Aku serahkan pada dia saja. Entah dia mau aku diapain." Freya menyerahkan semuanya pada Archie. Sebagai tes atas segala usaha Archie untuk tidak marah lagi.
Archie terkikik. "Lakukan perawatan terbaik, lalu make over yang cantik. Kami mau dinner romantis setelah ini."
"Ah ya ya ya. Aku ngerti." Surya langsung menyeletuk. "Ayo Nona cantik, ikut aku."
Freya pun segera mengikuti Surya Pratama masuk lebih dalam ke area salon. Dan Archie pun kembali duduk menunggu.
***