Adity ketika jam makan siang, dan Freya masih saja berada di kamar, menghabiskan waktu meliburkan diri, sebelum besok kembali bekerja di bank. Adity memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi laporan berkala pada Archie.
Wanita itu telah selesai makan. Ia meminum satu gelas air putih. Kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam saku, mendial nomor Archie.
"Halo, Adity." Akhir - akhir ini Archie memang selalu gerak cepat dalam mengangkat telepon darinya. Tentu saja karena ia ingin segera tahu bagaimana perkembangan sikap Freya. Karena Archie ingin segera bertemu kembali dengan wanita itu.
"Iya, Tuan. Menurut yang saya lihat, sepertinya Nona Freya sudah tidak marah lagi pada Anda. Tadi bahkan dia duluan yang menyebut nama Anda."
"Oh, ya? Menyebutkan namaku bagaimana?" Terdengar siratan kesenangan dalam suara Archie.
"Dia bilang Anda posesif karena menyuruh orang mengikutinya. Nona Freya tahu karena saya tiba - tiba datang sesaat setelah dia pulang ke rumah. Nona Freya sudah bisa menebak bahwa saya pasti tahu dari Anda. Dan Anda tahu dari orang suruhan Anda."
Archie terkikik mendengar laporan Adity. "Memang dasar, Freya memang gadis cerdas. Baik lah, Adity. Kalau begitu aku akan segera menyusun rencana untuk bertemu dengannya."
"Baik lah, Tuan."
Adity menunggu hingga Archie menutup teleponnya terlebih dahulu. Baru lah kemudian ia membawa piring kotornya ke dapur.
***
Archie tersenyum - senyum sendiri di balik mejanya. Sudah lama ia tidak merasa sebahagia ini. Ia tak menyangka, ketika kemarahan seorang Freya telah hilang, rasanya akan semembahagiakan ini.
Archie sedang memikirkan rencana apa yang akan ia lakukan demi membuat Freya kembali ceria. Ya, mungkin Freya memang sudah tidak marah padanya. Tapi Freya pasti tidak akan semudah itu melupakan apa yang sudah terjadi. Karena hal itu begitu membuatnya sakit.
Archie harus menyusun rencana yang indah, supaya kebahagiaan yang Freya rasakan, mengalahkan rasa sakit yang pernah ia alami.
***
Sore selepas pulang bekerja, Athar merasa begitu lelah. Namun ia sempatkan membeli dua gelas kopi. Satu untuknya, dan satu untuk Freya.
Namun Athar dibuat terkejut ketika tahu tidak ada tanda kehidupan di dalam apartemennya. Kondisi apartemen sudah jauh berbeda dengan tadi pagi ketika ia tinggalkan.
Di sini begitu bersih dan rapi. Bahkan barang - barang yang baru ia beli sudah tertata rapi di tempatnya masing - masing.
Athar masih mencoba berpikir positif. Siapa tahu Freya kelelahan setelah merapikan seluruh isi apartemen ini, kemudian ia tidur pulas sampai sore di kamar.
Athar berjalan pelan menuju kamar. Namun ia dapati kamar itu juga kosong dengan ranjang yang amat rapi pula.
Athar coba mendengar apakah ada suara gemercik air dari kamar mandi. Tapi tidak ada juga
Athar kemudian berjalan menuju ke dapur. Di sana ia menemukan sebuah catatan yang ditempelkan pada pintu lemari es.
'Dear Athar. Makasih sekali lagi karena udah baik sama aku. Aku tadi baca salah satu koleksi buku kamu di rak. Di dalam buku itu, aku nggak sengaja menjatuhkan satu lembar uang 100 ribuan. Maaf uangnya aku ambil, ya. Akan aku gunakan sebagai ongkos pulang. Nanti saat kita bertemu lagi, aku janji akan tukar uangnya. Aku pergi. Aku harap apa yang sudah aku lakukan sudah setimpal untuk menukar kebaikan kamu ke aku. Jaga kesehatan, dan sampai ketemu lagi.'
Athar tersenyum getir membaca catatan itu. Jadi Freya benar - benar sudah pergi.
Athar sebenarnya lebih bingung dengan perasaannya. Ya tidak apa - apa Freya pergi. Justru bagus karena tidak baik seorang laki - laki dan perempuan yang sama - sama sudah dewasa, tinggal dalam satu atap berlama - lama.
Tapi Athar bingung dengan rasa kecewa yang muncul di hatinya. Entah karena ia terlalu lelah karena pekerjaannya. Atau memang karena ia tidak rela melepas kepergian Freya.
Athar harap Freya di sini sedikit lebih lama lagi.
Tak seharusnya Freya terlalu cepat pergi seperti ini.
***
Archie tersenyum manis membawa sebuah buket bunga baby ' s breath di tangannya. Ia begitu ceria keluar dari toko bunga itu. Kemudian berjalan lantang menuju ke mobil.
Di dalam mobil, Archie sekali lagi mencium rangkaian bunga - bunga kecil berwarna putih nan manis itu. Freya pasti akan menyukainya.
Archie memacu mobil dalam kecepatan tinggi. Ia mengenakan baju kasual yang membuatnya nampak lebih muda dibandingkan biasanya. Rambutnya yang biasanya disisir rapi dan ditata klimis, hari ini sedikit ia beri nuansa ala anak muda kekinian. Demi Freya seorang ia rela berdandan seperti ini.
Saking senangnya hati Archie malam ini, ia sampai tersenyum pada penjaga gerbang rumah Freya. Padahal biasanya tak pernah. Sampai penjaga gerbang itu terheran - heran.
Archie memarkir mobilnya di pelataran ruma besar nan indah itu.
Ia segera turun dari mobil, tak lupa membawa buket bunga yang ia letakkan di dashboard.
Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu sesaat setelah Archie menekan bel. Ia segera dipersilakan masuk.
Ketika masuk, ia disambut oleh Fera dan Roni yang seperti biasa, keduanya duduk mesra di karpet bulu rasfur, sembari menonton acara televisi.
"Freya ada, Pak, Buk?" Archie bertanya dengan sopan.
"Iya, dia ada, Nak Archie." Roni yang menjawab. "Buk, ayo cepat panggil Freya di atas." Ia memerintahkan sang istri karena sang tamu agung, sang calon menantu yang tampan paripurna datang.
"Iya, iya. Ibuk ke atas dulu ya." Fera dengan antusias bangkit dari duduknya, kemudian berlari kecil menaiki anak tangga.
Fera sudah cukup lancar naik turun tangga dibandingkan saat pertama pindah ke rumah ini. Awalnya karena tak terbiasa naik turun tangga, ia melakukan hal itu dengan sangat pelan sembari berpegangan pada pagar batas. Sekarang sudah tidak lagi.
Ia mengetuk pintu kamar Freya. "Freya!" Ia juga memanggil nama putrinya dengan mesra.
"Iya, Buk?" Freya bertanya dengan agak malas. Ia tadi baru saja mandi. Dan kini sedang menyisir rambut. Setelah mandi, Freya kembali memakai baju yang dibelikan Athar.
Masih setelan wanita motif tie dye. Warna dasar baju itu tetap putih seperti yang sebelumnya. Hanya saja motif tie dye - nya berwarna kuning mustard.
"Itu, ada Nak Archie di bawah. Nyariin kamu."
Begitu mendengar jawaban Fera, kedua mata Freya langsung mendelik saking kagetnya.
Ya, Freya tahu Archie akan menemuinya dalam waktu dekat. Tapi ia tidak menyangka akan secepat ini. Padahal Freya telanjur pakai baju murahan seperti ini.
Jika ingin ganti baju, pasti lama. Karena bukan proses ganti bajunya yang lama, melainkan proses pilah - pilihnya.
Ia juga tidak berdandan sama sekali. Aduh ... bagaimana ini.
Freya di tengah kebingungannya, tak sengaja menatap pada cermin berukuran besar yang bisa untuk merefleksikan seluruh tubuh Freya dari kepala sampai kaki.
Hey ... penampilannya sama sekali tidak buruk.
Meski tanpa pakaian bermerk dan mahal.
Tanpa polesan make up.
Baju pemberian Athar ini memang ajaib. Athar tahu benar apa yang cocok untuk Freya rupanya.
Freya tersenyum puas. Ia hanya segera menguncir kuda rambutnya. Sedikit berantakan kuncirnya. Sengaja agar terlihat alami.
Kini Freya siap untuk turun, bertemu kembali dengan Archie untuk pertama kalinya pasca bertengkar.
***