"Silakan duduk, Tuan Archie." Freya segera mempersilakan lelaki itu duduk.
Archie hanya langsung duduk pada salah satu sofa pada bagian ruang tamu kamar Freya. Archie sebenarnya terkesan, karena hanya karyawan training untuk naik jabatan, tapi ia menghuni kamar mewah seperti ini sendirian.
Archie cukup penasaran sebenarnya di mana Freya bekerja, dan apa jabatannya.
"Anda mau kopi, Tuan Archie?" tanya Freya lagi.
"Boleh," jawab Archie singkat.
"Anda lebih suka pahit atau manis?"
"Tolong pahit, tanpa gula sama sekali."
Freya tersenyum. "Wow, kebetulan selera kita sama." Untuk kali ini Freya tidak bohong. Ia memang suka kopi hitam pahit tanpa gula sama sekali.
Dulu sebenarnya Freya hanya berusaha membiasakan diri minum kopi hitam. Karena jika ditambah gula ia takut bentuk tubuhnya akan rusak. Apa lagi jika ditambah s**u atau krimer. Lama kelamaan Freya jadi terbiasa dengan kopi pahit. Dan malah cenderung sangat suka kopi pahit.
Freya membawa nampan kecil berisi dua cangkir kopi menuju ruang tamu kamarnya. Ia berjalan tertatih, terpincang. Memang sengaja supaya Archie semakin simpati kepadanya.
Archie menatap Freya, sesuai keinginan gadis itu. Hanya saja raut wajah Archie benar - benar datar. Freya kesulitan menebak apakah Archie peduli padanya, atau hanya sekadar merasa bertanggung jawab karena kaki Freya sakit akibat bertabrakan dengan dirinya tadi pagi.
Freya pun melakukan aksi lain. Ia berpura - pura akan terjatuh.
Nyatanya Archie tidak membiarkan itu terjadi. Lelaki tinggi menjulang itu segera bangkit dari duduknya. Menahan tubuh Freya yang akan jatuh. Untung saja jarak Freya dengannya sudah cukup dekat. Dan syukurlah kopi panas di nampan tidak sampai jatuh. Hanya tumpah sedikit mengenai nampan yang Freya pegang erat.
Freya dan Archie saling berpandangan beberapa saat lamanya. Mereka begitu mengagumi raut wajah indah satu sama lain. Sama - sama saling mengagumi wangi yang menguar dari tubuh satu sama lain.
Ternyata di balik pribadinya yang dingin, Archie memiliki pelukan yang hangat. Kedua tangannya pun hangat ketika memeganginya seperti ini. Rasanya sungguh nyaman didepak oleh seorang Archie. Freya rasanya ingin menjerit. Archie nampak jauh lebih tampan saat dilihat dari dekat seperti ini.
Archie pun akhirnya melepas pegangannya. "Anda baik - baik saja, Nona Freya?" tanyanya sejenak setelah melepaskan pegangan dari pinggang dan punggung Freya.
Freya salah tingkah. Ia merasakan wajahnya memanas. Ia berusaha mengalihkan pandangannya, supaya aArchie tidak melihat wajahnya yang menyemu merah.
"S - saya baik - baik saja." Freya menjawab dengan terbata - bata.
Archie tetap diam. Namun masih menatap Freya. Tatapannya seakan melucuti Freya dari ujung kepala sampai kaki.
Freya pun terdiam karena ia tidak bisa memprediksi apa yang akan Archie lakukan atau katakan setelah ini.
Namun ternyata apa yang Archie lakukan setelah itu benar - benar membuat Freya terkejut. Archie tiba - tiba saja mengangkat tubuhnya, menggendongnya dengan kedua tangan menuju ke ranjang.
Seakan tak peduli dengan jantung Freya yang hampir meledak karena berdetak terlalu cepat. Archie masih saja bertahan degan raut datarnya. Archie benar - benar tak bisa ditebak.
Freya tak bisa mengalihkan pandangan dari wajah Archie. Betapa beruntungnya Raya bisa menjadi kekasihnya dulu, bahkan hampir menjadi istrinya.
Belum jelas apa tujuan Archie, apa yang akan ia lakukan. Freya hanya diam mengamati.
Archie membaringkan Freya di atas ranjangnya. Archie kemudian duduk di pinggiran ranjang. Freya masih belum tahu apa yang akan Archie lakukan setelah ini. Ia hanya banyak menebak dalam otak.
"Jika Anda tidak mau ke rumah sakit, tidak apa - apa. Tadi kaki Anda harus tetap diobati. Kalau tidak bisa bahaya. Takutnya kaki Anda terkilir." Kedua kalinya seorang Archie berbicara cukup panjang dengannya.
Freya sempat menebak. Mungkin Archie akan memanggil seorang dokter untuk mengobatinya. Namun apa yang Archie lakukan setelahnya benar - benar membuat Freya terkejut.
Archie tanpa ragu meraih kaki sebelah kiri Freya. Freya ingin melepaskan pegangan itu tapi di saat yang bersamaan ia juga sulit untuk menolak.
Astaga ... Apa yang akan Archie lakukan sebenarnya?
"T - Tuan Archie ...." Freya ingin bertanya apa yang akan Archie lakukan, tapi Archie kembali bergerak cepat. Ia meraih pergelangan kaki Freya.
Dan apa yang akan Archie lakukan? Ia mulai memijat pergelangan kaki Freya itu.
"T - Tuan Archie, Anda tidak perlu melakukan itu." Freya berusaha menolak perlakuan Archie itu. Jujur keterkejutannya sama sekali tidak dibuat - buat. Ia sama sekali tak menyangka, seorang Archie yang terhormat akan dengan begitu mudah melakukan hal seperti ini.
"Tenang lah. Aku cukup ahli dalam melakukan hal ini." Archie berusaha membuat Freya tenang.
Sekitar lima menit lamanya, Archie akhirnya selesai memijat pergelangan kaki Freya. Ia meletakkan kembali kaki Freya perlahan ke atas ranjang.
"Besok Anda akan merasa lebih baik." Archie menambahkan.
"T - terima kasih, Tuan Archie." Freya Bakan masih tergagap hingga saat ini. Saking tak menyangka Archie memiliki sisi seperti ini di balik sikap dingin dan wajah datarnya.
Freya menatap ponselnya yang berkedip - kedip di atas nakas. Sial, si tua Bangka itu menelepon. Jangan - jangan dia sudah sampai. Sial. Kenapa cepat sekali datangnya kakek bau tanah itu.
Mana Freya menamai kontaknya dengan 'Tua Bangka'. Ia takut Archie akan membaca nama itu.
Atau lebih takut lagi, jika si tua Bangka benar - benar sudah datang, dan akan melihat ia sedang bersama dengan Archie. Sial, sudah tua, banyak dosa, tinggal menunggu mati saja masih menimbun dosa.
***
"T - terima kasih, Tuan Archie." Freya masih juga terbata - bata.
Archie tidak menjawab apa pun, hanya segera berdiri, berjalan kembali pada sofa tempat duduknya tadi. Sampai di sana, Archie segera meminum kopi yang belum sempat ia cicipi.
Archie sebenarnya terkesan karena cara Freya menyeduh kopi benar - benar sama dengan seleranya. Ia menggunakan tingkat air mendidih yang medium, sehingga rasa pahit kopi tidak terlalu kuat.
Semenjak Freya masih berbaring di posisi yang sama.
Pikiran Freya menggila. Ia membayangkan jika seandainya Archie tiba - tiba datang dan melakukan hubungan dengannya. Kemudian mereka menjadi memiliki keterikatan, karena tak mungkin dia orang yang pernah melakukan hubungan atas dasar mau sama mau, pasti akan selalu teringat dengan apa yang pernah dilakukan bersama. Andai saja itu benar terjadi, tentu akan sangat mempermudah langkah Freya.
Sayangnya itu tidak terjadi. Archie tetap duduk tenang, meletakkan cangkir kopinya kembali ke dalam nampan.
Sementara ponsel Freya di nakas kembali berkedip - kedip. Si tua Bangka menelepon lagi. Sial. Kenapa ia tidak sabaran sekali, sih? Sudah tahu sejak tadi teleponnya tidak diangkat, berarti Freya pasti memiliki kesibukan lain untuk dilakukan.
***