Episode 10

1920 Words
Gabriel dan Renatta tengah menyiapkan masakan yang sudah mereka masak. Kemudian mereka mendengar suara ketukan pintu, Renatta lalu pergi membuka pintu. Selesai menata makanan, Gabriel duduk di salah satu kursi. Gabriel lalu melihat Renatta datang bersama dengan dua orang perempuan yang Gabriel yakin kalau mereka adalah ibu dan adik Renatta. Gabriel speechless saat melihat kembaran Renatta secara langsung. Wajah mereka benar-benar mirip, hanya saja penampilan Renitta lebih modis. Sedangkan Renatta, berpenampilan apa adanya. "Ibu, Nitta, kenalin ini Gabriel. Gabriel, kenalin ini ibu dan adik saya, Nitta." Ucap Renatta mengenalkan ibu dan adiknya pada Gabriel. Gabriel tersenyum seraya berkata, "Selamat siang Tante, dan..." Gabriel menggantungkan ucapannya karena dia bingung harus memanggil Nitta kak atau yang lain karena umurnya sama dengan Renatta. Renitta lalu menjawab, "Panggil aja Renitta atau Nitta." Gabriel lalu mengangguk, " Kak Nitta." Gabriel memanggil Nitta karena Renatta memanggilnya seperti itu, jadi Gabriel mengikutinya. Renitta menatap kagum Gabriel, laki-laki di depannya itu terlihat sangat tampan. Renitta bisa mengira kalau umur Gabriel lebih muda darinya. Renitta menyukai Gabriel. "Selamat siang." Ucap Maya, Ibu Renatta. Renatta melihat ke arah Renitta yang kini tengah tersenyum menatap Gabriel. Gabriel pun sama, dia juga menatap Renitta. Renatta berdehem, membuat keduanya terkesiap. "Ibu sama Nita mending bersih-bersih dulu, habis itu kita bisa makan sama-sama." Maya mengangguk, lalu pergi ke kamarnya. Renitta kembali menatap Gabriel seraya menyusul ibunya. Gabriel, yang di tatap pun merasa heran kenapa sedari tadi Renitta terus menatapnya. "Gabriel?" "Ya?" "Sepertinya kamu suka sama adik saya." Gabriel menautkan kedua alisnya, "Kenapa kamu berpikir kalo aku suka sama adik kamu?" "Sedari tadi kalian saling tatap-tatapan, jadi aku pikir kalo kamu suka sama adik saya." Gabriel mengangguk, dia menatap Renatta dengan serius, "Kalo aku bener suka sama adik kamu, apa kamu nggak keberatan?" Renatta terdiam. Renatta juga tidak tau apa dia keberatan atau tidak, tapi Renatta merasa ada hal yang membuatnya sedih mendengarnya. "Jika kamu serius, saya nggak akan keberatan tapi jika kamu hanya main-main dengan Nitta, aku keberatan." Mendengar jawaban Renatta, justru membuat Gabriel tertawa. Renatta mengernyit bingung, "Kenapa kamu ketawa?" "Kenapa kamu keliatan serius gitu hm?" Ucap Gabriel. "Maksud kamu?" "Pertama kali liat adik kamu, aku cukup kaget karena kamu sama dia bener-bener mirip. Kalo aku boleh jujur, Nitta jauh lebih feminim dan cantik dari kamu. Tapi bukan berarti aku suka sama dia. Tadi aku cuma bercanda doang." Renatta merasa lega, entah kenapa dia bisa merasakan hal itu. Tapi saat Gabriel mengatakan itu, Renatta merasa senang. "Kamu tau nggak kenapa aku nggak suka sama Nitta walaupun adik kamu itu lebih cantik dan feminim dari kamu?" "Kenapa?" "Karena aku lebih suka sama perempuan yang sederhana dan apa adanya. Bukannya aku pernah bilang itu sebelumnya, hm?" Perempuan yang sederhana dan apa adanya adalah Renatta. Tidak peduli secantik apapun perempuan yang Gabriel liat, sebanyak apapun perempuan yang mendekati Gabriel. Hati Gabriel hanya untuk satu orang, orang yang sudah membuatnya jatuh sedalam-dalamnya sampai dia sendiri tidak bisa keluar. Renatta menggangguk, dia masih mengingatnya. Tapi mungkin saja Gabriel berubah pikiran saat melihat Renitta. Tak lama, Maya dan Renitta datang ke meja makan. Gabriel dan Renatta melihat ke arah mereka. "Maaf ya, Ibu udah buat kalian nunggu lama." Renatta menggeleng, "Nggak papa bu." Mereka lalu duduk. Saat Renatta hendak duduk di samping Gabriel, Renitta malah duduk disana lebih dulu. Renatta mengalah, dia duduk di samping ibunya yang berarti dia duduk di depan Gabriel. "Renatta, kamu belum kasih tau Ibu siapa Gabriel." "Oh iya bu. Gabriel itu Om dari murid aku, kita ketemu waktu Gabriel mengantar keponakannya sekolah." "Ibu liat, Gabriel lebih muda dari kamu." "Kebetulan saya masih kuliah Tante." Maya mengangguk-anggukkan kepalanya, "Oh, pantesan." "Jadi kamu masih kuliah, kamu ambil jurusan apa?" Tanya Renitta. "Fotografi." "Wih, berarti kamu bisa dong jadi fotografer? Aku lagi butuh fotografer buat model iklan, dan kebetulan aku yang jadi model. Kamu mau kan?" "Model?" Tanya Renatta. "Sejak kapan kamu jadi model Nit?" Lanjutnya. "Di kantor lagi butuh model buat iklanin produk mereka. Dan aku dipilih untuk jadi model. Karena itu, aku butuh fotografer." Jawab Renitta. Renitta kembali menatap Gabriel, "Gimana? Apa kamu mau?" Gabriel tersenyum sungkan, "Tapi aku masih belum profesional, takutnya nanti hasilnya jelek." "Nggak papa, sekalian kamu bisa belajar kan?" Gabriel masih berpikir, walau sebenarnya dia sangat ingin karena itu sudah menjadi hobinya sejak kecil juga cita-citanya sebagai fotografer profesional, tapi Gabriel merasa tidak enak hati dengan Renatta. Gabriel bahkan berpikir, apa Renatta mengijinkannya menjadi fotografer adik kembarnya? Katakanlah Gabriel bodoh karena memikirkan hal itu, karena dia sendiri tidak tau Renatta menyukainya atau tidak. Tapi Gabriel ragu untuk mengatakan iya. Gabriel lalu menatap Renatta, perempuan itu hanya diam saja. "Ayolah Gab, aku yakin setelah ini kamu pasti bakal jadi fotografer profesional. Karena kalo hasil jepretan kamu bagus, dan dikenal banyak orang, akan semakin banyak juga orang yang butuh jasa kamu sebagai fotografer mereka." Semua orang menunggu jawaban dari Gabriel. Setelah memikirkan ucapan Renitta, Gabriel mengangguk setuju, "Aku mau." Renitta tersenyum lega, "Keputusan yang bagus. Terima kasih Gab." "Sama-sama kak." Mereka lalu kembali melanjutkan makan mereka. Setelah selesai, Renatta membereskan meja makan lalu membawa piring kotor ke dapur untuk di cuci. Sedangkan ibunya dan Renitta istirahat di kamarnya. Saat Renatta tengah mencuci piring, Gabriel mendekatinya. Gabriel merebut piring yang hendak Renatta bilas. "Nggak usah, saya bisa sendiri." Gabriel tetap membilasnya lalu memasukkan ke dalam baskom bersih. Renatta kembali melanjutkan mencuci piring. "Kenapa kamu kesini? Kamu tunggu aja di ruang tamu." "Aku mau bantu kamu cuci piring." "Nggak usah repot-repot, kamu tunggu aja di ruang tamu. Saya bisa cuci piring sendiri." Dari nada bicara Renatta, Gabriel bisa menyimpulkan kalo Renatta tengah kesal padanya. "Kamu kenapa diam aja tadi?" "Saya nggak papa." "Bohong. Dari cara bicara kamu aja, aku tau kalo kamu lagi kesal. Kamu nggak suka, kalo aku jadi fotografer adik kamu?" "Kamu ngomong apa si?" "Kamu kesel karena aku mau jadi fotografer adik kamu, iya kan?" Renatta menghela nafas berat, "Buat apa aku kesel? Kamu mau atau nggak, itu bukan urusan saya." Gabriel meraih bahu Renatta untuk mengahadapnya, dia lalu berkata, "Renatta, entah kamu bohong atau nggak, sikap kamu saat ini udah buat aku ngerasa kalo kamu cemburu. Itu berarti kamu---" Kata-kata Gabriel terpotong kala Renatta menarik tubuhnya ke belakang. "Saya masih banyak pekerjaan, jadi kamu tunggu aja di ruang tamu." Ucap Renatta seraya kembali mencuci piring. Gabriel tersenyum tipis, dia lalu keluar dari dapur. Di depan pintu dapur, Gabriel bertemu dengan Renitta. "Gabriel? Ternyata kamu disini, aku tadi nyariin kamu." "Emangnya ada apa?" "Boleh minta nomor hp kamu nggak? Biar gampang nanti aku hubungi kamu soal kerja sama kita." "Kak Nitta, minta aja sama Renatta. Renatta punya nomor hp aku." Renitta mengangguk, Gabriel lalu pergi dari sana. Renitta langsung berjalan mendekati Renatta yang sudah selesai mencuci piring. "Kak Renatta, boleh minta nomor hp Gabriel?" "Hp kakak di kamar, nanti ya." Renatta berjalan keluar, namun Renitta mencegahnya, "Kak Renatta, tunggu!" Renatta berbalik, "Ada apa?" "Boleh aku tanya sesuatu sama kakak?" "Hm." "Kakak sama Gabriel emang udah deket banget?" "Kita deket kok, tapi nggak deket banget." "Tapi aku liatnya kalian deket banget. Dan juga tatapan Gabriel sama kakak, sepertinya dia suka sama kakak." Renitta tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu ini ada-ada aja, Gabriel nggak mungkin suka sama kakak. Asal kamu tau, Gabriel sama kakak itu beda 4 tahun. Kakak yakin, Gabriel sukanya sama perempuan yang seumuran sama dia. Mana mungkin suka sama perempuan tua kaya kakak." "Kalo kakak, apa kakak punya perasaan sama Gabriel?" Renitta terdiam, tapi kemudian dia menggeleng, "Nggak mungkin kakak suka sama Gabriel. Kakak udah dewasa, kakak lebih tertarik sama laki-laki yang dewasa juga." "Jadi, kak Renatta bener nggak ada perasaan sama Gabriel?" Renatta mengangguk, "Emang kenapa si?" "Bagus kalo kakak nggak suka Gabriel, jadi aku bisa deketin Gabriel." "Kamu suka sama Gabriel?" Renitta mengangguk dengan semangat, "Iya. Sejak pertama kali aku liat Gabriel, aku udah suka sama dia. Walaupun Gabriel lebih muda dari aku, aku tetap suka sama dia. Kakak nggak papa kan?" Renatta mengangguk pelan, namun dia bingung apa yang dia rasakan saat ini. Tubuh Renatta tiba-tiba saja lemas, apa benar dia tidak menyukai Gabriel? Lalu bagaimana kalau suatu saat Gabriel berubah pikiran menjadi suka sama Renitta? Apa yang akan dia lakukan jika nanti Gabriel dan Renitta menjalin hubungan? Banyak hal yang ada dalam fikiran Renatta membuat kepalanya tiba-tiba saja pening. Diam-diam Gabriel menguping pembicaraan mereka. Gabriel tadinya ingin berpamitan dengan Renatta, namun tepat di depan pintu dapur, dia melihat kakak beradik itu tengah mengobrol. Gabriel lalu mengurungkan niatnya, dia mendengar semuanya. Walaupun sakit saat mendengar Renatta mengatakan kalau dia lebih tertarik dengan laki-laki yang lebih dewasa, tapi Gabriel tidak akan berhenti memperjuangkan cintanya pada Renatta. Saat mereka selesai berbicara, Gabriel lantas pergi dari sana. Renatta kembali ke ruang tamu, namun dia tidak menemukan Gabrieo disana. Maya, lalu datang padanya, "Kamu cari Gabriel?" "Iya bu. Gabriel mana?" "Gabriel baru aja pamit pulang sama ibu." "Tapi kenapa Gabriel nggak bilang sama aku?" "Loh, ibu kira Gabriel udah pamit sama kamu, soalnya tadi dia bilang sama ibu mau nemuin kamu di dapur buat pamitan." "Tapi Gabriel nggak nemuin aku di dapur, tadi aku di dapur sama----" Renatta seketika terkejut, apa mungkin Gabriel mendengar percakapannya dengan Renitta? Itu sebabnya, Gabriel pergi tanpa mengatakan apa-apa. "Kamu kenapa?" Renitta menggeleng, "Nggak papa kok bu. Kalo gitu, aku ke kamar dulu ya." Renatta memejamkan matanya sejenak seraya menghembuskan nafas berat, Gabriel pasti mendengar semuanya. Apa yang akan Gabriel lakukan? Apa Gabriel akan menjauhinya? Atau membencinya? Renatta terlihat khawatir. ****** Gabriel tidak kembali ke rumahnya, namun dia pergi ke rumah Nai. Fyi, Nai itu istri dari adik Grace, ibunya. Mereka memang sangat dekat, jika Gabriel butuh sesuatu, Gabriel sering kali meminta bantuan dari Nai, dan Nai sendiri siap membantu Gabriel semampunya. "Mama, ada Om Gabriel!!" Arlan berteriak memanggil ibunya saat melihat Gabriel datang ke rumahnya. Gabriel duduk di sofa, tak lama Nai datang bersama dengan Arlin. "Om Gab?" "Hai Arlin?" Nai duduk di teras bersama dengan Arlan dan Arlin yang tengah bermain bersama. "Ada apa Gab? Tiba-tiba aja kamu datang kesini?" Tanya Nai seraya menyisir rambut Arlin yang habis mandi. "Kak Nai, menurut kakak, apa yang kakak pikirkan tentang laki-laki yang suka sama perempuan yang umurnya jauh lebih tua?" "Siapa laki-laki itu? Kamu?" Gabriel tidak menjawabnya, Nai tersenyum, "Bilang aja kalo laki-laki itu kamu, iya kan?" Nai lalu mendekat dan duduk di sofa depan Gabriel, "Kamu lagi suka sama perempuan yang jauh lebih tua dari kamu ya?" Gabriel tidak bisa mengelak, dia mengangguk. "Siapa perempuan itu?" Tanya Nai penasaran. Ini pertama kalinya Gabriel berbicara tentang perempuan padanya, membuat Nai tertarik untuk mendengarnya. "Renatta, dia guru Arlan dan Arlin disekolah." "Bu Renatta?!" Nai sangat terkejut. Gabriel mengangguk, Nai kembali bertanya, "Sejak kapan kamu kenal sama Bu Renatta?" "Sejak aku jemput Arlan Arlin pulang sekolah satu bulan yang lalu. Sebenarnya, aku ketemu sama Renatta di jalan. Waktu itu dia hampir aku tabrak, tapi untungnya aku bisa rem." Nai mengernyit, "Itu berarti, waktu jaket kamu sobek karena sedikit ada kecelakaan, saat itu kamu mau nabrak Bu Renatta?" Gabriel mengangguk lagi, "Iya. Kak Nai tau, pertama kali aku liat Renatta di jalan, aku ngerasa kalau aku suka sama dia. Dan waktu aku tau kalo Renatta ngajar di sekolah, aku bahagia. Karena aku bisa sering liat dia." Nai mengerti sekarang, itu sebabnya Gabriel sering kali ingin mengantar atau menjemput Arlan Arlin ke sekolah. Rupanya Gabriel sedang jatuh cinta pada Bu Renatta. "Gabriel, kamu tau nggak? Kakak nggak pernah liat kamu cerita sebahagia ini sama kakak. Biasanya kamu selalu cerita soal orang tua kamu, sekalinya cerita soal perempuan, kamu keliatan cuek banget." "Jadi kamu kesini mau tanya pendapat kakak soal Renatta?" Gabriel mengangguk, dia lalu menceritakan soal percakapan Renatta dan Renitta. ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD