Episode 4

1908 Words
Gabriel menghempaskan tubuhnya di sofa setelah dia pulang kuliah. Hari ini Gabriel benar-benar kehilangan rasa semangat hidupnya. Kejadian yang menimpa keluarganya sudah membuatnya frustasi ditambah dengan tugas kuliahnya yang semakin menumpuk. Tinggal beberapa bulan lagi Gabriel wisuda dan dia harus memikirkan bagaimana menyelesaikan skripsinya. Seseorang membuka pintu, Gabriel melihat Renatta masuk ke dalam. Renatta berjengit kaget saat melihat Gabriel duduk di sofa dan menatapnya datar. "Gabriel, kamu udah pulang?" "Hm." "Gimana kuliah kamu hari ini?" "Buat apa lo tanya gitu ke gue? Emangnya penting gue ceritain sama lo gimana kuliah gue, hm?" Bagi Gabriel, dia tidak perlu menceritakan kuliahnya hari ini karena Gabriel tidak berminat untuk menceritakannya pada Renatta. Dulu Gabriel memang sering kali curhat pada Renatta, menceritakan semua kegiatannya sehari-hari. Tapi semua itu sudah berlalu, Gabriel sudah melupakannya. "Aku hanya ingin tau, kalau kamu nggak mau cerita juga nggak papa." Gabriel diam, dia kembali cuek dan memainkan ponselnya. Renatta melihat beberapa buku tebal di meja Gabriel. Renatta mendekat, lalu mengambil salah satu buku itu. Gabriel yang melihatnya langsung merebutnya dari Renatta, membuat Renatta berjengit kaget,"Jangan sentuh barang-barang gue." Renatta mengangguk pelan, dia baru ingat kalau Gabriel hampir wisuda, Gabriel pasti mulai mencari bahan untuk skripsinya. Dan semua buku itu pasti untuk keperluan skripsinya. "Kamu lagi nyari bahan buat skripsi kan?" "Bukan urusan lo." Ketus Gabriel. "Kalau kamu perlu bantuan, aku bisa bantu kamu Gab." Gabriel menatap dingin Renatta, "Kenapa gue harus minta bantuan lo, hm?" "Kamu udah makan atau belum? Kalau belum aku akan memasak buat kamu, kamu mau makan apa?" Gabriel menarik satu sudut bibirnya ke atas, jika dulu Gabriel akan dengan senang hati meminta Renatta untuk memasakkan sesuatu untuknya, sekarang Gabriel bahkan tidak mau makan masakan dari Renatta. Renatta sedang berusaha untuk membuat semuanya kembali normal, tapi tidak semudah itu. Gabriel bukan anak kecil, tidak mudah membuat hati Gabriel luluh. "Lo mau masak buat gue?" Renatta mengangguk, "Iya, kamu mau makan apa?" "Kebetulan malam ini gue ada tamu, jadi lo harus masak banyak." Renatta mengangguk lagi, dia bersemangat karena Gabriel memintanya untuk memasak, "Baiklah, aku akan masak banyak nanti." Renatta tersenyun lalu berbalik dan pergi ke kamarnya, namun langkahnya terhenti saat Gabriel berkata, "Renatta, jangan lupa juga masak yang enak, nggak tau kenapa masakan lo pagi tadi nggak enak. Soalnya tamu gue malam ini sangat spesial, jangan sampai tamu gue kecewa sama masakan lo." Deg. Seketika kaki Renatta lemas, dia memejamkan matanya mencoba untuk tidak terpengaruh dengan kata-kata Gabriel. Sayangnya, Renatta tidak bisa, hatinya sakit mendengarnya. Bukan karena Gabriel mengatakan kalau masakannya tidak enak, tapi karena Gabriel mengatakan dia punya tamu spesial. Walaupun Renatta tidak tau siapa orang itu, tapi Renatta yakin orang spesial yang Gabriel maksud adalah seorang perempuan. Renatta mengangguk tanpa membalikkan tubuhnya, setelah itu dia pergi. Gabriel tersenyum penuh arti, dia ingin tau bagaimana reaksi Renatta malam nanti. Gabriel mengambil tasnya lalu pergi ke kamarnya. "Gabriel?" Langkah Gabriel terhenti saat Revan memanggilnya, Gabriel berbalik, "Papa?" Gabriel cukup kaget melihat Revan pulang lebih cepat, biasanya ayahnya itu akan pulang malam, "Papa udah pulang? Tumben cepet." Revan tersenyum, "Hari ini papa mau mengajak Renatta pergi, jadi papa pulang lebih awal." Tidak biasanya Revan seperti itu, dulu Revan tidak pernah pulang lebih cepat karena sibuk dengan pekerjaannya, tapi setelah menikah dengan Renatta, Revan rela meninggalkan pekerjaannya. Bahkan dulu Revan jarang sekali punya waktu untuk keluarganya. Gabriel tidak menyangka Renatta akan membuat perubahan pada ayahnya. Dan Gabriel merasa ini... tidak adil untuknya dan juga ibu kandungnya. Gabriel tersenyum miris, "Papa aneh ya, dulu aja waktu aku sama mama minta papa pulang cepet, papa selalu nolak karena sibuk, tapi sekarang papa punya istri baru, papa bahkan rela pulang cepet demi pergi sama istri baru papa. Segitu cintanya papa sama dia, hm?" "Kenapa kamu berkata seperti itu Gabriel?" "Karena itu adalah faktanya, kalau mama tau mama pasti kecewa sama papa." Gabriel lalu pergi dari sana, Revan menghela nafas. Di kamar, Gabriel duduk di atas tempat tidur, tangannya mengepal kuat, matanya memancarkan amarah. "Hari ini papa mau mengajak Renatta jalan-jalan, jadi papa pulang cepet." Ada dua alasan yang membuat Gabriel kecewa dengan kata-kata ayahnya itu. Alasan pertama karena Gabriel masih ingat saat dulu mamanya pernah meminta Revan untuk pergi bersama, tapi ayahnya menolak dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya. Alasan kedua karena Gabriel merasa cemburu, Renatta bukan kekasihnya lagi, tapi Gabriel masih tidak terima jika Renatta pergi dengan ayahnya. ******* Renatta sedang menyiapkan makanan sesuai dengan permintaan Gabriel. Revan lalu mendekat, "Sayang, kamu masak banyak sekali." "Iya mas, malam ini teman Gabriel akan makan malam bersama disini. Jadi, aku masak banyak." "Siapa?" "Aku nggak tau mas." Revan mengangguk-anggukkan kepalanya, dia duduk, "Terus, Gabriel dimana?" "Gabriel tadi pergi, mungkin lagi jemput temannya." "Baru kali ini Gabriel mengundang temannya buat makan malam di rumah, apa mungkin teman Gabriel itu perempuan?" Sejenak Renatta terdiam, dia juga memikirkan hal yang sama. Mungkin Renatta harus menyiapkan hatinya jika benar seorang perempuan. "Menurut kamu gimana?" Renatta mengendik, "Mungkin mas." Tak lama bel berbunyi, Renatta lalu membukakan pintu. Renatta tertegun saat melihat Gabriel bersama dengan seorang perempuan. Perempuan itu menggandeng lengan Gabriell. Dan Renatta sangat mengenal perempuan itu. "Chelsea?" Chelsea tersenyum, "Selamat malam Ibu Renatta." "Eh, berhubung Ibu Renatta udah menikah dengan papanya Gabriel, gimana kalo aku panggil mama aja. Boleh kan?" "Mama?" Ucap Renatta. "Iya mama. Aku sama Gabriel udah jadian, jadi boleh kan aku panggil Ibu Renatta mama?" Chelsea sangat tau hubungan Renatta dan juga Gabriel dulu. Chelsea sebenernya juga tidak habis pikir dengan Gabriel. Kenapa Gabriel lebih tertarik dengan Renatta yang umurnya lebih tua bukan perempuan yang umurnya sebaya dengan Gabriel seperti Chelsea. Dan Chelsea juga tidak menyukai Renatta karena telah merebut Gabriel darinya, Chelsea yang dari dulu sudah mengejar cinta Gabriel, tapi justru Renatta yang mendapatkan Gabriel. Chelsea bahagia saat mendengar kabar kalau Renatta menikah dengan Revan, ayah Gabriel. Karena itu berarti hubungan Renatta dan Gabriel sudah berakhir. Dan sekarang, Chelsea berhasil mendapatkan Gabriel. Renatta speechless tau jika Gabriel dan Chelsea berpacaran. Pasalnya dulu Gabriel tidak menyukai Chelsea karena sifatnya yang agresif, selalu mengganggu Gabriel, tapi sekarang mereka justru berpacaran. Renatta yakin, Gabriel tidak menyukai Chelsea karena Renatta tau seberapa risihnya Gabriel pada Chelsea. Atau mungkin Chelsea hanya pelampiasannya saja? "Lebih baik kita masuk." Ucap Gabriel. Chelsea mengangguk, dia sengaja menabrak bahu Renatta. Renatta menutup pintu lalu pergi ke ruang makan. Gabriel menyiapkan kursi untuk Chelsea, Chelsea duduk di samping Gabriel. "Papa, kenalin ini Chelsea." Chelsea tersenyum pada Revan, "Selamat malam Om." "Oh ya Om, kemarin aku belum sempat ngucapin selamat atas pernikahan Om sama Ibu Renatta. Selamat ya Om atas pernikahannya." "Makasih Chelsea." "Aku nggak nyangka Om nikah sama Ibu Renatta." Revan mengernyit, "Kamu kenal dengan istri saya?" Chelsea mengangguk, "Kebetulan Ibu Renatta mengajar di taman kanak-kanak tempat keponakan aku sekolah Om. Jadi, setiap aku jemput keponakan aku pulang sekolah, aku selalu bertemu dengan Ibu Renatta." "Om tau nggak, Ibu Renatta itu kelihatannya sangat menyayangi anak kecil ya? Keponakan aku sering cerita tentang Ibu Renatta, katanya Ibu Renatta itu baik, sabar, dan penyayang." Hal itulah yang membuat Gabriel jatuh cinta pada Renatta sejak pertama kali mereka bertemu. Gabriel juga dulu berpikir sama, dan setelah mereka menjalin hubungan pun ternyata dugaannya benar. Renatta itu perempuan baik dan sangat sabar. Wajar kalau semua murid-murid disana sangat menyukai Renatta. Revan tersenyum, dia lalu merangkul bahu Renatta, "Renatta memang sangat baik, karena itu Om menjadikan Renatta sebagai istri Om." Chelsea sebenarnya tidak bermaksud untuk memuji Renatta karena Chelsea sangat membencinya. Chelsea hanya ingin terlihat baik di depan Revan. Sebelum memenangkan hati Gabriel, Chelsea harus bisa memenangkan hati Revan karena Revan bisa membantu Chelsea untuk membuat Gabriel menjadi miliknya. "Oh ya Chelsea, kamu siapanya Gabriel? Pacarnya?" Chelsea tersenyum, "Iya Om, saya pacarnya Gabriel." Chelsea sengaja menekankan kata "Pacar" agar Renatta mendengarnya dengan jelas. "Pantes. Gabriel nggak pernah ngundang temannya makan malam di rumah, kamu yang pertama." Harusnya Renatta yang pertama, tapi saat itu Renatta terus menolaknya dengan alasan yang sama. "Beneran Om?" "Iya, sekalinya ngundang malah pacarnya. Selama ini yang Om tau Gabriel nggak pernah punya pacar." Chelsea melirik Renatta, jadi selama ini Gabriel tidak pernah mengatakan pada ayahnya kalau dia pernah punya pacar? Chelsea yakin, Gabriel pasti malu karena mantannya lebih tua darinya. Kasihan, Renatta tidak dianggap. Bukannya Gabriel tidak ingin mengenalkan Renatta pada ayahnya, tapi Renatta sendiri yang tidak mau dikenalkan dengan ayahnya, dulu. Alasannya karena umur Renatta lebih tua dari Gabriel, Renatta takut Revan tidak akan merestui hubungannya dengan Gabriel. "Oh ya, kamu sama Gabriel pacaran udah berapa lama?" Chelsea menatap Gabriel seraya tersenyum,"Sebenarnya aku sama Gabriel udah kenal lama, tapi kita baru jadian tadi pagi Om." Renatta yang tadinya menunduk, kini mendongak. Renatta semakin yakin, Gabriel tidak benar-benar menyukai Chelsea. Karena tiba-tiba saja Gabriel setuju untuk berpacaran dengan Chelsea setelah Renatta menikah dengan Revan. "Om nggak nyangka Gabriel bisa dapat pacar, Gabriel itu orangnya sangat sulit dekat dengan perempuan. Kamu perempuan beruntung karena bisa mendapatkan hati Gabriel." Chelsea lalu menyentuh tangan Gabriel di atas meja, Renatta juga melihatnya. Chelsea lalu berkata, "Iya Om, aku beruntung banget punya pacar kaya Gabriel." "Sebenarnya Om ingin Gabriel cepat menikah supaya ada yang bisa mengurusnya. Selama ini Om jarang sekali punya waktu buat Gabriel. Om ingin Gabriel punya seseorang yang bisa jagain dia, bisa buat Gabriel menjadi lebih baik lagi." Tanpa Revan tau bahwa sosok perempuan yang bisa merubah sifat Gabriel adalah istrinya sendiri. Renatta banyak membuat perubahan dalam diri Gabriel selama ini. Gabriel yang dulu nakal, perlahan sifatnya berubah. Tapi Renatta justru menikah dengan Revan, membuat Gabriel kembali seperti dulu lagi. Tak sengaja kedua mata Gabriel dan Renatta bertemu, mereka saling bertatapan. Gabriel berkata,"Papa bener. Dulu aku pernah berpikir buat menikah sama perempuan yang aku cintai karena aku pikir perempuan itu bisa buat aku bahagia. Tapi kemudian aku berpikir lagi, ternyata menikah bukan hal yang tepat." Gabriel beralih menatap Revan, "Karena teman aku pernah mengalaminya sendiri. Mereka sudah punya rencana menikah, tapi sayang, pacarnya lebih memilih buat menikah dengan laki-laki lain yang jauh lebih kaya. Dari situ aku belajar bahwa perempuan yang kelihatannya polos, belum tentu dia perempuan baik-baik. Terkadang perempuan juga bisa menyembunyikan sifat aslinya dengan menggunakan wajah polosnya." Hati Renatta seketika tersayat mendengar perkataan Gabriel. Gabriel menceritakan dirinya sendiri bukan temannya, Renatta tau itu. Walaupun sakit mendengarnya, tapi apa yang Gabriel katakan adalah kebenaran. Renatta sadar, dia sudah sangat jahat. Renatta akan menerima semua perkataan buruk dari Gabriel. Chelsea melirik Renatta, dalam hati dia tersenyum puas. Gabriel kini membenci Renatta, dan ini kesempatan Chelsea untuk menarik hati Gabriel dan membuat Gabriel semakin membenci Renatta. "Tapi nggak semua perempuan seperti itu Gabriel. Contohnya Renatta. Renatta itu perempuan polos, tapi papa yakin Renatta bukan perempuan seperti apa yang kamu bilang tadi." Gabriel menarik satu sudut bibirnya, "Papa yakin, dia bukan perempuan kaya gitu? Papa belum lama kenal sama dia, kenapa papa segitu yakinnya?" "Walaupun papa belum lama kenal sama Renatta, tapi papa sudah sangat yakin." Ucap Revan seraya tersenyum pada Renatta. Gabriel menatap Renatta lalu berkata, "Kamu denger kan? Papa udah sangat percaya sama lo, dan gue harap lo nggak mengkhianati papa seperti pacar temen gue." Renatta harus sabar menghadapi Gabriel yang tengah menyindirnya, walaupun Renatta pernah mengkhianati Gabriel, tapi tidak pernah terfikirkan oleh Renatta untuk mengkhianti Revan juga. Renatta tidak ingin rasa bersalahnya semakin bertambah. "Mas Revan sangat baik sama aku dan Ibu, aku nggak mungkin khianatin dia." Gabriel hanya tersenyum smirk, hal itu justru membuat Gabriel semakin penasaran apa Renatta bisa menepati janjinya atau Renatta justru akan kembali tergoda dengannya. Gabriel ingin membuktikan kalau Renatta benar-benar tidak bisa melupakannya, Gabriel akan membuat Renatta kembali padanya. Setelah itu, hanya Gabriel dan Tuhan yang tau. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD