Episode 3

1251 Words
Gabriel keluar dari kamar setelah di selesai bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Saat tiba di ruang makan, Gabriel melihat Renatta tengah menyiapkan makanan. Gabriel memilih untuk tidak sarapan karena dia malas jika bertemu dengan Renatta, apalagi status Renatta kini adalah ibu tirinya. Saat Gabriel hendak melangkah pergi, Revan memanggilnya, "Gabriel?" Gabriel menoleh, Revan lalu berkata, "Ayo sarapan dulu, mamamu sudah membuatkan sarapan untuk kita." Revan berkata seraya melirik Renatta, Renatta tersenyum tipis. Mama? Memang itu takdir yang harus Gabriel terima. Gabriel tidak lagi memanggil Renatta dengan panggilan sayang seperti dulu karena Renatta adalah ibunya sekarang. Dan Gabriel merasa sangat tidak nyaman, lagipula Gabriel sama sekali tidak pernah menganggap Renatta sebagai ibunya. "Nggak usah, aku sarapan di kampus aja pah." "Gabriel, jangan gitu. Renatta sudah masak untuk kita, kamu harus menghargainya." Gabriel menghela nafas, dia ikut bergabung dengan mereka. Gabriel duduk di depan Renatta, sedangkan Revan duduk di samping Renatta. Renatta bahkan tidak berani menatap Gabriel, dia masih belum bisa melupakan kejadian semalam. Gabriel lalu mengambil nasi dan lauk, setelah itu dia makan. Gabriel tersenyum, masakan Renatta memang tidak diragukan, masakannya sangat enak seperti biasa. Dulu, Renatta sering kali memasak untuknya, Gabriel sangat menyukainya. Sayangnya masakan Renatta kali ini terasa berbeda, tidak sespesial dulu. "Renatta, aku tidak menyangka masakan kamu akan seenak ini." "Makasih mas." "Bagaimana menurut kamu Gab?" "Biasa aja." Renatta tertegun saat Gabriel mengatakan kalau masakannya biasa saja, padahal dulu Gabriel akan memuji setiap makanan yang Renatta masak. Gabriel mendorong kursinya kebelakang dengan sedikit keras, lalu berdiri, "Aku berangkat sekarang." Gabriel lalu pergi begitu saja, Renatta bahkan melihat piring Gabriel masih tersisa makanan. Gabriel benar-benar sudah berubah, pikir Renatta. "Sayang, kamu kenapa melamun?" "Ah, aku nggak papa. Oh ya mas, nanti siang aku mau ke rumah ibu, boleh kan?" "Boleh, tapi kamu harus hati-hati." "Iya mas." ******* Gabriel membanting tasnya di meja, dia lalu duduk. Gabriel teringat dengan kejadian semalam, walaupun Gabriel mabuk tapi dia ingat saat dia mencium Renatta. Renatta tidak langsung menolak, dia justru hampir terhanyut ciuman Gabriel. Gabriel tersenyum tipis, rasa bibir Renatta masih sama, manis. Gabriel tidak marah saat Renatta menamparnya, dia justru puas karena sudah mencicipi bibir Renatta. Gabriel yakin, Renatta pun merasakan hal yang sama. Mereka sama-sama menginginkannya, hanya saja Renatta tidak mau melakukan itu karena dia takut, statusnya yang sekarang adalah sebagai istri dari Revan. "Gue tau, lo masih cinta sama gue. Gue bakal bikin lo nggak bisa lupain gue Renatta." Ucap Gabriel penuh tekad. Gabriel tidak akan menerima begitu saja apa yang sudah Renatta lakukan padanya, dia harus melakukan sesuatu agar Renatta tau siapa Gabriel sebenarnya. Gabriel Rendell, bukan laki-laki bodoh yang bisa dipermainkan bergitu saja. Seorang perempuan mendekati Gabriel, lalu merangkul lehernya mesra, "Gabriel sayang..." "Chelsea, lepasin tangan lo." "Emangnya kenapa si? Gue kangen banget sama lo Gab." Ucap Chelsea dengan manja. Gabriel melepaskan tangan Chelsea dengan kasar. Gabriel sudah sangat risih dengan Chelsea yang dari dulu terus mengejarnya. Perempuan seperti Chelsea jauh sekali dari tipenya. Chelsea itu perempuan yang mungkin tidak punya harga diri karena selalu mengejar laki-laki lebih dulu dan rela melakukan apa saja untuk laki-laki itu. Seperti Chelsea terobesi dengan Gabriel, dia akan melakukan apa saja agar Gabriel luluh dengannya, termasuk memberikan tubuhnya. Gabriel tidak munafik, jujur dia pernah mencicipi tubuh Chelsea tapi tidak lebih dari sekedar ciuman atau menyentuh tubuhnya. Gabriel masih sangat sadar, dia tidak mau sampai kebablasan. "Gue lagi nggak mood hari ini, mending lo pergi dari sini." "Lo kenapa? Cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu bikin mood lo baik hari ini." "Lo pergi aja dari sini, dengan lo disini malah bikin mood gue tambah buruk." "Tapi Gab---" "Gue bilang pergi ya pergi!" Gabriel membentaknya. Chelsea cemberut, dia lalu pergi dari sana. Namun Gabriel tiba-tiba berubah pikiran. Gabriel lantas kembali memanggil Chelesa, "Tunggu!" Chelsea tersenyum, dia berbalik, "Iya?" "Lo bilang lo mau bantuin gue kan?" Chelsea kembali mendekat, dia sangat bersemangat, "Iya Gab. Gue bakal ngelakuin apapun buat lo." Gabriel tersenyum miring, dia punya rencana sekarang. ******* Renatta, kini tengah berada di rumahnya bersama ibunya. Ibunya kini tengah berbaring di tempat tidur setelah beberapa hari yang lalu melakukan operasi. Renatta berasal dari keluarga yang sederhana, dia bekerja menjadi guru TK. Renatta hanya tinggal berdua bersama dengan ibunya. Sedangkan adiknya, bekerja di luar kota. Renatta bekerja keras untuk membiayai hidup mereka sehari-hari. Dulu ibunya bekerja sebagai petani kebun teh, tapi karena ibunya sakit keras, ibunya tidak bisa bekerja. Karena itu Renatta terus bekerja membanting tulang agar dia bisa bertahan hidup dan bisa menyembuhkan penyakit ibunya. Walaupun hidupnya sederhana, tapi Renatta bahagia karena seseorang yang selalu disisinya untuk menyemangatinya. Seorang laki-laki yang umurnya bahkan jauh lebih muda darinya, Gabriel Rendell. Mereka tidak sengaja bertemu di taman kanak-kanak saat Renatta tengah mengajar. Tak lama mereka menjalin hubungan karena saling mencintai. Mereka sangat bahagia dengan hubungan mereka, namun itu tidak berlangsung lama. Hubungan mereka hanya bertahan selama 2 tahun. Seorang laki-laki dewasa, punya satu orang anak kemudian datang di hidupnya yaitu Revan yang tak lain adalah ayah dari kekasihnya sendiri. Awalnya Renatta tidak tau, tapi suatu hari Renatta dipertemukan dengan anaknya. Renatta sangat terkejut bahwa anak Revan adalah Gabriel. Karena hal itulah hubungan Gabriel dan Renatta berantakan apalagi saat Renatta memutuskan untuk menikah dengan Revan. Gabriel sangat kecewa dan marah karena Renatta telah mengkhianati cinta mereka. Renatta terpaksa menikah dengan Revan karena Revan menjanjikan hidupnya layak. Renatta tidak boleh egois, dia memikirkan kondisi ibunya yang sedang sakit. Renatta sangat butuh uang agar ibunya bisa diobati. Dan Revan berjanji akan membiayai seluruh biaya pengobatan ibunya termasuk biaya operasi. Renatta harus mengorbankan cintanya demi ibunya. Renatta akan melakukan apapun demi kesembuhan ibunya termasuk mengkhianati orang yang sangat dia cintai. Renatta merasa sangat bersalah, Renatta sadar diri apa yang sudah dia lakukan sangat menyakiti hati Gabriel. Tapi Renatta harus memilih antara keduanya, dan inilah jalan yang sudah Renatta pilih. "Ibu, bagaimana keadaan ibu sekarang?" "Ibu udah lebih baik. Semua ini berkat suami kamu. Tolong sampaikan rasa terima kasih sama suami kamu ya Ren!" "Iya bu. Ibu udah makan?" "Udah tadi." Marisa, melihat anaknya terlihat bersedih, "Ren, apa kamu ada masalah?" "Rena baik-baik aja kok bu." "Terus gimana sama anaknya? Apa dia bisa menerima kamu sebagai ibunya?" Marisa tidak tau kalau Renatta pernah menjalin hubungan dengan anak dari Revan. Renatta tidak pernah menceritakan pada Marisa soal hubungannya dengan Gabriel. Jika Marisa tau kalau Renatta mengorbankan kebahagiaannya demi Marisa, Marisa pasti akan merasa sangat bersalah juga. Renatta mengangguk, dia terpaksa berbohong, dia tidak mau membuat ibunya sedih. "Syukurlah, ibu senang mendengarnya. Awalnya ibu khawatir anak dari suami kamu nggak bisa nerima kamu sebagai ibunya." "Ibu nggak usah khawatir, semua baik-baik aja. Ibu jangan banyak memikirkan sesuatu, pikirkan kesehatan ibu aja." "Iya Ren." "Oh ya bu, gimana keadaan Nita? Apa Nita udah kasih kabar?" Marisa menggeleng, Renatta menghela nafas. Semenjak adiknya merantau ke luar kota, adiknya itu tidak pernah memberinya kabar sama sekali. Bahkan saat ibunya sakit, adiknya tidak menghubunginya. Setidaknya Renatta tau keadaan adiknya agar Renatta tidak khawatir. Marisa juga sangat mengkhawatirkannya. "Mungkin Nita sibuk Ren, jadi dia nggak sempet hubungin kita." "Sibuk gimana bu? Udah lama Nita nggak kasih kabar." "Udahlah, nanti juga Nita kabarin ibu." Renatta mengangguk pelan, "Bu, Rena pulang dulu ya. Besok, Rena pasti kesini lagi." "Ratih mana bu?" Ratih lalu keluar dari arah belakang. Ratih adalah perempuan yang Renatta percayakan untuk merawat ibunya. Walaupun umurnya masih 18 tahun, tapi Ratih bisa merawat ibunya. Ratih akan dibayar setiap bulan. "Ratih, tolong jagain ibu ya. Aku mau pulang dulu." "Iya mbak." "Ibu jaga diri baik-baik ya, Rena pamit dulu." "Hati-hati Ren." Renatta tersenyum, dia lalu pergi dari rumah ibunya. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD