Kecurigaan Katie

1144 Words
Megan keluar dari kampus, ia sengaja tak menelpon Mark bahwa ia pulang cepat karena mata kuliah hari ini hanya 1, di karenakan dua mata kuliah lainnya tak masuk. Megan, Helena dan Jessie meninggalkan gedung kampus dan berjalan ke kedai es cream, mereka sudah janjian sebelum mata kuliah berakhir. Jadi, Megan berpikir, ada baiknya untuk menghabiskan waktu di luar daripada harus pulang dan kembali merasakan di tawan di rumah mewah. "Meng, sejak tadi kelihatannya kamu banyak pikiran," kata Hekena, mmbuat Megan menggelengkan kepala. "Aku tidak banyak pikiran kok," jawab Megan. "Tapi, Meng, kamu kapan menikah dengan Arley? Kalian 'kan sudah lama pacaran," tanya Jessie, membuat Megan menatap kedua temannya itu bergantian. "Sudahlah. Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan kalian," sergah Megan, membuat Jessie dan Helena saling bertukar pandangan. *** Mark masuk ke rumahnya, di sambut hangat oleh Bella dan Nawa yang kini berdiri di dekat tangga. Mark menyusuri setiap tempat dengan matanya. Sepertinya ia mencari sesuatu. "Tuan, Megan belum kembali," kata Bella, paham dengan pikiran atasannya. Mark melotor. "Apa? Belum kembali?" "Iya, Tuan," jawab Bella. Mark sesaat berdiam diri, ia sudah menjemput Megan di kampus, namun pesan singkat perempuan itu mengatakan bahwa ia sudah pulang ke rumah. "Awas saja. Kalau kau lari dariku," gumam Mark, mengepalkan tangan kirinya. Membuat Bella dan Nawa saling bertukar pandangan, melihat Mark begitu khawatir. "Baiklah. Katakan padanya jika dia kembali, aku menunggunya di kamar," kata Mark, membuat Bella dan Nawa membungkukkan badan menghormati majikan mereka. "Aku kasihan sama Megan, Nawa," kata Bella, sepeninggalan Mark yang sudah berlalu masuk ke lift menuju lantai atas. Rumah yang ribet, kata Megan. Sudah ada tangga, namun masih saja di siapkan lift. "Apa? Kamu kasihan sama perempuan itu? Jangan berpikir yang tidak-tidak, Bella, seharusnya kamu kasihan sama Nyonya Leonard, bukan malah kasihan sama perempuan yang sudah menjadi simpanan lelaki yang sudah beristri." Nawa menekan perkataan simpanan pada Bella, putrinya. "Aku tidak mengenal Nyonya Leonard, Nawa, dan kita di sini juga 'kan memang harus melayani Megan, sesuai perintah Tuan," jawab Bella, melangkah meninggalkan Nawa yang hanya berdiam diri di tempat, tanpa bisa mengatakan sesuatu. Nawa pun melangkah menyusul langkah kaki putrinya. "Lagian Megan itu baik, Nawa, dia tidak semena-mena sama kita," sambung Bella, membuat Nawa mendengkus. "Tapi posisi Megan itu tetap salah di rumah ini, dia sudah menjadi simpanan seorang lelaki beristri, Bella!" tekan sang Ibu, yang tidak pernah menyukai kehadiran Megan di rumah ini yang dapat menghancurkan kebahagiaan Mark dan Katie. "Siapa yang peduli akan hal itu, Nawa? Lagian masih banyak orang yang berbuat melebihi Tuan dan Megan. Kita tidak usah mengusik mereka. Kita di sini bekerja melayani mereka, jadi sesuai perintah, aku akan tetap bersikap baik pada Megan," kata Bella, membuat Nawa mendengkus dan memilih tidak melanjutkan karena putrinya itu sudah terlanjur menyukai Megan. Di kamar, Mark kini tengah menikmati wine yang ada di gelar berleher tinggi, jika wine habis dari gelasnya, ia akan kembali menuangkannya dari dalam botol. "Awas saja jika kau berani melarikan diri!" tekan Mark, terus minum wine miliknya. Mark beranjak dari duduknya, dan terus melihat ke luar untuk mengecek apakah Megan sudah kembali atau belum. Ia tidak akan membiarkan Megan pergi darinya, ia sudah terlanjur merasa bahwa hidupnya kembali, ketika perempuan itu ada di sampingnya Mark mondar-mandir terus menuangkan wine ke gelas miliknya, ada yang hilang ketika Megan pergi dan hal itu berhasil membuat hati Mark membuncah dengan kerinduan. *** "Apa kau tak bisa berbicara, Jhony?" tanya Katie, membuat Jhony seakan terpenjara ditempat ini. Katie sengaja memanggilnya, untuk menanyakan perubahan Mark yang sudah tidak pernah lagi menyewa perempuan one night stand, apalagi ketika skandal yang terus ada di sekeliling seorang Mark, malah tak lagi berkabar. "Maaf, Nyonya," jawab Jhony, menundukkan kepala. "Jadi, kau memilih setia?" "Maaf," jawab Jhony lagi. "Jadi ... kau tak akan keberatan jika aku yang melabrak tuanmu, dan mempermalukan perempuan itu?" tanya Katie, berhasil membuat Jhony mendongakkan wajah dan menatap istri tuannya itu tengah menatapnya. "Apa yang akan anda lakukan, Nyonya?" "Mengambil hakku, dan—" "Jangan!" tekan Jhony. "Kau membentakku?" "Bukan itu maksudku, Nyonya, tapi ada baiknya Tuan seperti ini daripada setiap hari ia bergonta-ganti wanita. Bukankah ini lebih baik?" tanya Jhony. "Lebih baik? Bahkan ini yang terburuk, Jhony. Jika tuanmu itu setia pada satu wanita. Sudah jelas, bukan, jika tuanmu itu memiliki perasaan, dan itu tidak akan bisa di benarkan." "Tapi—" "Jhon, kau harusnya menasehati tuanmu untuk tidak melakukan hal ini. Aku akan terima dia bergonta-ganti wanita malam, namun aku tidak akan terima jika dia setia pada satu wanita," sergah Katie, membuat Jhony sudah tidak bisa mengatakan apa pun untuk membela atasannya. "Jadi, katakan siapa perempuan itu?" tanya Katie. "Maaf, Nyonya, saya hanya bisa mengatakan memang ada perempuan, tapi siapa perempuan itu, tidak akan bisa saya katakan, karena itu hanya akan membuat Tuan marah pada saya," jawab Jhony. "Aku akui kau memang setia pada b******k itu!" tekan Katie. "Ya sudah. Aku akan mencari tahu semuanya sendiri." "Siapa yang berani mengambil hakku?" gumam Katie. *** Esok paginya Mark bangun dari pembaringannya, ia melihat cahaya menyengat masuk ke dalam kamarnya, mengganggu penglihatannya. Mark mengerjapkan matanya beberapa kali, dan memijat pelipis matanya. Entah berapa botol wine yang ia habiskan, seraya menunggu Megan. Mark berjalan keluar kamar. "Sungguh! Kau akan menyesali perbuatanmu. Keluar dari rumah ini, sama saja kau menggali kuburanmu sendiri!" gumam Mark, mengepal kedua tangannya berusaha menahan amarahnya. "Tuan!" Jhony membungkukkan badan menghormati atasannya. "Bawa saja pekerjaanku kemari. Aku tidak akan ke kantor," perintah Mark pada Jhony. "Tapi bagaimana dengan rapat?" "Lakukan lewat monitor. Aku sedang tidak sehat," jawab Mark. Pasti ada hubungannya dengan Megan. "Tuan, Nyonya sedang mencari tahu tentang Nona Aguelera." Mark sesaat menatap asistennya. "Apa? Kau beritahu dia?" Jhony menundukkan kepala. "Tidak, Tuan, tapi kata Nyonya, dia akan mencari tahu tentang Nona Aguelera." "Biarkan saja! Lagian perempuan itu sudah pergi dari rumah ini." "Nona Aguelera?" "Ya. Siapa lagi?" "Nona Aguelera masih di sini, Tuan, dia sedang berbincang dengan Bella," jawab Jhony, membuat Mark membulatkan matanya dan tanpa sadar ukiran senyum di ujung bibirnya terlihat. Mark berjalan memasuki lift yang akan membawanya ke lantai bawah. Sampai di lantai dasar, Mark menatap Megan yang kini duduk berbincang dengan Bella di meja dapur, Mark tersenyum. Hampir saja ia hancurkan semua milik Megan jika perempuan itu tidak terlihat di rumah ini. Bella menoleh menatap majikannya. Dan, dengan cepat berdiri dari duduknya dan membungkukkan kepala. "Kau pulang jam berapa semalam?" tanya Mark, pada Megan yang kini tengah menikmati secangkir teh hangat. "Jam 2." "Kau darimana?" Megan menautkan alis, dan menatap wajah Mark. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Mark yang kini berdiri dengan tegak di depannya. "Apa urusanmu aku darimana? Bukankah yang kau butuhkan hanya tubuhku?" bisik Megan, membuat Mark menghela napas dan menggigit lembut telinga Megan, membuat Megan meringis. "Auwww!" Megan menatap wajah Mark yang kini tengah menyunggingkan senyum. "Kau apa-apaan, sih?" Mark menggenggam jari jemari Megan, dan membawanya pergi dari dapur. "Kau mau membawaku kemana?" teriak Megan. "Kau akan tahu!" jawab Mark, tanpa menoleh menatap Megan. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD